PLN Hadirkan Listrik Pedesaan, Masyarakat Belandingan Tak Lagi “Overspanning” Listrik
(Baliekbis.com), Warga Banjar Belandingan Kintamani Bangli kini bisa bernafas lega. Pasalnya setelah bertahun-tahun puluhan warga Desa Pengejaran ini tidak pernah secara langsung merasakan sambungan listrik, kini dengan hadirnya
Listrik Pedesaan PLN, warga bisa memiliki listrik sendiri.
Sebelumnya untuk sekadar menghidupkan lampu mereka terpaksa harus menarik listrik (over spanning) dari desa yang jaraknya mencapai 2 km. Namun kini mereka bisa tersenyum, pasalnya melalui program Listrik Desa (LisDes) PLN, sekitar 40 KK di desa ini sudah bisa menikmati listrik sendiri. Salah seorang warga Banjar Belandingan, Wayan Dika mengatakan dengan masuknya listrik ke desanya, ia beserta warga lain merasa sangat terbantu.
“Secara ekonomi kami merasa sangat terbantu dengan masuknya listrik ke rumah-rumah. Biasanya listrik itu kami gunakan untuk setrika, penerangan, serta kebutuhan rumah tangga lainnya,” ucapnya seraya berujar biaya yang dikeluarkan pun sudah bisa direncanakan. GM PT PLN Distribusi Bali (Persero) Nyoman Suwarjoni Astawa didampingi Camat Kintamani, Klian Subak, Klian Dusun Belandingan di sela-sela peresmian LisDes di Belandingan, Kamis (16/8) mengatakan berdasarkan data yang dimiliki PLN saat ini ada 35 ribu masyarakat yang sudah menikmati listrik tapi dengan menumpang.
Pihaknya akan mengupayakan hingga akhir tahun ini masyarakat bisa menikmati listrik sendiri. “Salah satunya di Desa Pengejaran dengan dibangunnya satu gardu bisa mengaliri 40 KK yang sebelumnya melakukan over spanning dimana mereka menarik jaringan dari saudara atau keluarganya di desa yang jaraknya cukup jauh,” ujar Astawa.
Berdasarkan data, rasio elektrifikasi di Kabupaten Bangli sudah hampir 92 persen. Merujuk pada hasil survei yang dilakukan oleh Universitas Udayana jumlah KK versi BPS itu jauh lebih besar daripada jumlah KK sebenarnya yang ada di Kabupaten Bangli. “Sehingga kalau kita lihat dari kondisi tersebut jumlah pelanggan yang ada saat ini dibagi dengan jumlah KK berdasarkan survei dan juga data Dukcapil yang ada di Bangli itu sebenarnya rasio elektrofikasinya sudah mencapai 92 persen,” tandasnya sembari berharap tahun ini paling tidak rasio elektrofikasi bisa di atas 92 persen walaupun kenyataannya di lapangan sudah hampir mencapai 100 persen warga yang menikmati listrik.
Ia juga menyampaikan kendala utama yang kerap dihadapi PLN yaitu akses jalan juga topografi daerah yang merupakan daerah perbukitan dimana masyarakatnya hidup di “punguk-punguk” bukit. Belum lagi satu rumah dengan rumah yang lain jaraknya cukup jauh. “Tiang listrik yang terbuat dari beton ini kan berat, jadi kita butuh akses jalan yang memadai. Tapi ke depannya kita sudah usulkan untuk daerah pelosok bisa menggunakan tiang dari besi yang bisa dipanggul 2 atau 3 orang,” kata Astawa memberikan solusi bagaimana masyarakat di pelosok akhirnya nanti bisa menikmati listrik.
Ia berharap kerja sama dengan semua pihak bisa menginformasikan di daerah mana yang belum menerima listrik. “Penting bagi kepala desa ataupun kepala dusun menginformasikan ke PLN daerah mana yang belum menerima listrik, pasalnya merekalah yang mengetahui kondisi sebenarnya,” katanya menutup.(aji)