PPDB, Zonasi Dikaitkan NEM Bikin Orangtua Siswa Bingung
(Baliekbis.com), Sitem zonasi untuk Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) tahun ajaran 2018/2019 ditingkat SD dan SMP masih dirasakan belum begitu transparan penerimaannya. Karena sistem zonasi untuk lingkungan tempat tinggal orangtua siswa masih terbelenggu oleh Nilai Ebtanas Murni (NEM). “Kendala lainnya adalah jumlah rombongan belajar (rombel) di masing-masing sekolah hanya 32 orang per kelasnya,” ujar Sekretaris Fraksi Demokrat yang juga anggota DPRD Kota Denpasar I Made Sukarmana,SH, Jumat (6/7). Dikatakan, mestinya sistem zonasi PPDB itu jangan bikin orangtua siswa menjadi bingung, sebab orangtua siswa sudah mendaftarkan anak didiknya sesuai sistem zonasi. “Kok malah harus disesuikan juga dengan tingginya NEM. Kalau demikian gak perlu ada sistem zonasi, dan hal ini mesti menjadi evaluasi Dinas Pendidikan dalam mengelurkan aturan. Bila perlu disosialisasikan terlebih dahulu dengan tujuan agar orangtua siswa memahami tentang sistem zonasi tersebut,” terangnya.
Lanjutnya, degan adanya penerapan sistem zonasi dan pembagian rombel justru malah menyulitkan keadaan. Apalagi jumlah masyarakat di Kota Denpasar sangat tinggi, dan semua orangtua sangat menginginkan agar anak didiknya bisa mendapatkan sekolah yang diinginkan. “Kalau sudah NEM yang menjadi persolan untuk bisa mendapatkan sekolah, dan kenapa juga mesti ada sistem zonasi,” ucapnya. Terkait adanya keluhan orangtua siswa yang merasa anaknya tidak bisa diterima di sekolah yang diinginkan lantaran domisili tempat tinggalnya berbeda yakni di Kabupaten Tabanan, namun sejak awal tinggal di Kota Denpasar dan anak dari TK sampai SD bersekolah di Kota Denpasar, namun justru ketika mencari SMP yang diinginkan justru domisili mulai dipertanyakan. Dari situ tidak bisa mendapatkan sekolah yang diinginkan yang dikarenakan domisilinya berbeda. “Jika hanya mencari sekolah saja yang menjadi problem, maka kapan dunia pendidikan kita bisa maju,” imbuhnya.
Ditambahkan, Dinas Pendidikan dan DPRD yang membidangi pendidikan agar segera bisa mencarikan solusinya. Jangan sampai persolan sistem zonasi menjadi kendala kemajuan dunia pendidikan. Jika sitem zonasi ini belum sepenuhnya bisa diterapkan dengan baik, maka jangan dulu diterapkan. “Mestinya diambil kebijakan yang pasti, sebab sistem zonasi masih berpengaruh pada tingginya NEM yang membuat orangtua siswa kesulitan dalam menentukan sekolah yang diinginkan,” tambahnya. (sus)