PPK Ormawa BEM FP Unwar Dinilai Mampu Ciptakan Wirausaha Mandiri di Desa Ban
(Baliekbis.com), Pelaksanaan Program Penguatan Kapasitas Organisasi Kemahasiswaan (PPK Ormawa) di Desa Ban oleh Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Pertanian-Universitas Warmadewa (BEM FP Unwar) dinilai telah mampu menciptakan wirausaha mandiri di Desa Ban, Kecamatan Kubu, Karangasem. Buktinya wirausaha mulai berkembang dengan mengoptimalkan potensi desa yang selama ini belum terkelola secara optimal.
Contohnya ibu-ibu rumah tangga di Desa Ban kini telah mampu mengolah buah kelapa menjadi Virgin Coconut Oil (VCO). Apalagi produksi VCO dilakukan dengan mengedepankan konsep zero waste, dimana ampas kelapa dimanfaatkan sebagai serundeng, batol kelapa menjadi arang, serabut kelapa diolah menjadi cocopeat dan air kelapa diolah menjadi nata de coco.
Kepala Desa Ban, I Gede Tamu Sugiantara menyatakan kolaborasi antara Desa Ban dan Fakultas Pertanian Universitas, Warmadewa menjadi solusi dalam upaya pengembangan potensi desa dan menciptakan wirausaha mandiri di desa.
“Ini patut diapresiasi sebagai contoh semangat gotong royong dan kebersamaan dalam memajukan potensi desa, terutama dalam mengatasi permasalahan sumber daya alam yang belum termanfaatkan, seperti kelapa yang banyak tumbuh namun belum diolah. Harapannya, ini menjadi awal pengembangan ekowisata dan wirausaha yang menarik serta berkelanjutan di desa” kata Sugiantara saaat memberikan sambutan pada pembukaan kegiatan lokakarya dengan tema Pengembangan Potensi Desa Ban untuk Mendukung Ekowisata di Kabupaten Karangasem pada Kamis (9/11) di Desa Ban, Karangasem.
Sugiantara berharap tim pelaksana PPK Ormawa BEM FP Unwar dapat melakukan pendampingan secara berkelanjutam. Pendampingan berkelanjutan ini penting agar masyarakat mampu terus berinovasi dan mendapatkan pengetahuan baru dalam pemanfaatan sumber daya alam yang tersedia di desa.
Ketua BEM FP Unwar, I Gede Ari Supastiawan mengakui masih banyak potensi desa yang belum termanfaatkan secara optimal. Pelaksanaan PPK Ormawa yang dilakukan juga baru hanya mampu mengoptimalkan pemanfaatan kelapa yang selama ini diolah menjadi minyak goreng secara konvensional.
“Pengolahan menjadi VCO, kemudian pemanfaatan ampas kelapa menjadi serundeng, batok kelapa jadi arang dan air kelapa menjadi nata de coco setidaknya mampu menambah variasi produk dari usaha yang dikembangkan oleh ibu-ibu rumah tangga. Upaya ini kedepan diharapkan mampu mendukung pengembangan ekowisata di Kabupaten Karangasem” ujarnya.