President of APRN: Baru Sepuluh Persen PR Kantongi Sertifikat
(Baliekbis.com), President of APRN (ASEAN Public Relations Network) Prita Kemal Gani mengatakan negara-negara ASEAN termasuk Indonesia masih membutuhkan banyak tenaga PR (Public Relations). Apalagi tenaga PR yang bersertifikasi masih sangat sedikit.
“Padahal hampir semua perusahaan membutuhkan PR. Di Indonesia sendiri baru sekitar separuh perusahaan memiliki PR. Itupun hanya sekitar sepuluh persen yang mengantongi sertifikat,” jelas Prita di sela-sela penandatanganan komitmen kerja sama ASEAN Public Relations Network (APRN) dan Public Relations Institute of Australia (PRIA)
yang disebut dengan program “Kick-Off PRIA Competency and Framework”,
Selasa (16/10) di Kampus LSPR Bali yang baru di Jl. Raya Puputan No. 140 (Renon).
Penandatanganan ini dilakukan oleh Prita Kemal Gani, MBA, MCIPR, APR sebagai Ketua APRN dan Jennifer Muir sebagai Former President PR Institute of Australia. Dikatakan Prita, semua lini bisnis perlu profesi PR. Bahkan perusahaan butuh PR untuk bisa eksis. Terlebih di era digital banyak dibutuhkan PR untuk mengantisipasi adanya berita hoax. “Jadi sesungguhnya PR-lah yang bisa beri informasi yang benar,” ujar Prita yang juga Founder of LSPR Jakarta ini.
Namun diingatkan sesungguhnya tugas PR cukup kompleks. “PR bisa bantu marketing dan HRD. Jadi mesti bisa semuanya,” tambah Prita. Untuk itu tambah Prita, ada sepuluh hal penting yang harus dimiliki seorang PR, di antaranya kreatif dan inovatif, kecepatan (real time), bisa bikin event (konten kreator), punya kemampuan entrepreneurship, berpengetahuan luas, bisa riset dan sudah tentu mengantongi sertifikat.
Ditanya kemampuan PR Indonesia, Prita mengatakan dari sisi kompetensi, PR di Indonesia tak kalah bahkan ke depannya bisa ‘ekspor’ PR. “Kalau mengacu jumlah penduduk yang mencapai sekitar 260 juta, itu sesungguhnya potensi yang sangat besar,” jelasnya.
Dalam perjanjian tersebut APRN dan PRIA memiliki tujuan yang sama yaitu meningkatkan kualitas individu para PR di ASEAN secara global. Sehingga mereka dapat memperluas jangkauannya hingga benua Australia. “Pengembangan diri individu PR sebagai profesional, peningkatan pendapatan dan produktivitas hingga membuka peluang bagi mereka untuk dapat berkarir di Australia menjadi tujuan utama dijalankannya kerja sama ini,” jelas Prita.
Dijelaskan untuk tahap awal pihaknya
harus menemukan gap/perbedaan level sertifikasi dari tiap negara ASEAN dan Australia, agar gap tersebut bisa dijembatani, hingga ditemukannya standar kompetensi yang dapat diakui oleh Negara ASEAN dan Australia. Standar kompetensi ini diperlukan agar semua yang berprofesi PR dapat berkarir di tingkat ASEAN maupun di Australia.
Oleh karena itu diperlukan kerja sama dengan PRIA agar dapat tercipta standar kompetensi yang dapat diakui oleh kedua belah pihak. “Tentunya para PR tersebut harus memiliki kompetensi yang dibutuhkan oleh Australia,” ujar Jennifer Muir, Former President of PRIA.
Pada acara itu juga hadir Dato Haji Ibrahim Abdul Rahman selaku President of Institute Public Relations Malaysia, Director General Department of Information Malaysia, Ramon Osorio selaku Former President of PR Society of The Philippines, Former VP / Head of Corporate Communications of ABS-CBN Philippine, Bao Nguyen Quoc selaku Managing Director of PR Organisation International Vietnam, Nutthaboon Pornrattanacharoen selaku perwakilan dari Thailand PR Association, Gesille Buot selaku Managing Director of ASEAN PR Network.(bas)