Prof. Dr. Sukadi: Teknologi Jangan Sampai Menggerus Nilai-nilai Kemasyarakatan
(Baliekbis.com),Dekan FHIS Undiksha Prof. Dr. Sukadi mengatakan teknologi harus bisa dimanfaatkan dengan tepat, sehingga tidak menggerus nilai-nilai kemasyarakatan.
“Kita menggunakan teknologi dalam komunikasi dengan orang lain. Tetapi jangan sampai melupakan nilai-nilai yang sangat penting untuk membangun karakter kita. Jangan sampai membuat kita betul-betul dikontrol oleh teknologi,” tegas Prof. Sukadi dalam acara Konferensi Internasional, Jumat (8/11/2019) di Sanur.
Konferensi yang digelar FHIS (Fakultas Hukum dan Ilmu Sosial) Undiksha ini menghadirkan tiga narasumber, yaitu Prof. Dr. I Wayan Lasmawan, M.Pd., dari Undiksha, Prof. Dr. Peter G. Waterworth dari Deakin University, Australia dan Prof. Dr. A. Mohaimin Ayus dari UNNISA-Brunei Darussalam.
Menurut Prof. Sukadi, hubungan yang harmonis dan humanistik, menjadi hal mutlak untuk diimplentasikan dalam masyarakat. Demikian juga halnya dengaan nilai-nilai Pancasila. “Hubungan humanis ini harus tetap dilaksanakan, meskipun dalam komunikasi ada pengembangan teknologi informasi. Melalui seminar ini, ilmu sosial bisa mengikuti revolusi perkembangan teknologi informasi, sehingga teknologi dan pendidikan sosial bisa berjalan seiring. Jangan sampai kita dijajah oleh teknologi,” imbuhnya.
Ketua Panitia Dr. Dewa Gede Sudika Mangku, S.H.,LL.M., menjelaskan konferensi yang baru pertama kali ini diikuti puluhan akademisi, baik berasal dari Undiksha, maupun perguruan tinggi lain di Indonesia.
Konferensi ini tidak hanya diisi pemaparan materi dari tiga keynote speaker, yaitu tentang kepemimpinan harmoni dan literasi masyarakat dalam perspektif ilmu sosial, tentang revolusi sosial dan wacana hukum, dan tentang penulisan jurnal, tetapi juga ada sesi paralel.
Melalui konferensi ini, diharapkan pemahaman peserta, khususnya berkaitan dengan ilmu sosial dan hukum semakin meningkat.
Narasumber Prof. Lasmawan yang membawakan materi kepemimpinan harmoni dan literasi masyarakat dalam perspektif ilmu sosial mengatakan sampai saat ini, pendidikan IPS masih dianggap sebagai mata pelajaran kedua. Padahal jika dicermati, perannya sangat strategis untuk pendidikan, melatih dan membiasakan seorang siswa untuk menjadi baik dan memperbaiki negaranya.
“Kita selama ini berorientasi pada bagaimana menjadikan siswa itu paham, kemudian berbahasa, tetapi lupa dengan velue dirinya, masyarakat dan bagaimana dia merangcang masyarakat itu dengan nilai-nilai keluruhan. Inilah yang disebut harmoni,” katanya.
Melalui konferensi ini, ia berharap ada pemikirian atau masukan dari peserta yang mampu menjadikan pendidikan IPS mendapat ruang yang utama dan penting untuk pengembangan pendidikan. “Dalam kesempatan saya ini ingin mengajak peserta. Bagaimana kita memaknai pendidikan itu, untuk menjadikn setiap warga negara paham dan sadar tentang eksistensi diri dan pendiriannya dalam bernegara. Terlebih ketika mampu mengembangkan nilai-nilai dan bertumpu pada kepemimpinan harmoni,” pungkasnya. (pas)