Program Simantri Masih Terkendala Etos Kerja
(Baliekbis.com), Program Simantri yang digulirkan Pemprov Bali sejak beberapa tahun lalu sebenarnya sangat bagus. Bahkan semua unit dari Simantri ini bisa menguntungkan. Meski diakui ada sebagian yang belum berhasil karena etos kerja yang belum bagus. “Mulai dari kotoran ternak Simantri, urine, biogas hingga ternaknya memiliki manfaat ekonomi yang besar,” ujar Dekan Fakultas Pertanian Unud Prof. I Nyoman Rai saat memberi pemaparan makalah “Peningkatan Simantri sebagai Sumber Energi Ramah Lingkungan” dalam acara Transfer Knowledge- Bioenergi Goes to Campus, Rabu (8/11) di gedung Agrokomplek Unud. Prof. Rai menambahkan pupuk organik dari Simantri sangat bagus. Bahkan sejumlah penelitian menggunakan pupuk Simantri ini dan terbukti hasilnya yang bagus. Simantri ini merupakan intregrated farming sehingga bisa diterapkan di berbagai tempat, bukan saja di daerah-daerah juga luar negeri. “Jadi Simantri ini bisa dibawa ke mana-mana, daerah-daerah lain di Indonesia,” ujar Prof. Rai menanggapi pertanyaan salah seorang peserta tentang kemungkinan Simantri diterapkan di luar Bali. Dekan FP Unud itu juga menambahkan yang tak kalah penting, Simantri ini bisa dikembangkan jadi kegiatan wirausaha seperti usaha biourine, biogas, kompos selain dari sisi kebutuhan pangan. Apalagi Indonesia membutuhkan sumber energi yang sangat besar. Hal itu sejalan dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan besarnya jumlah penduduk di negeri ini. Cuma diakui dalam prakteknya di lapangan memang ada sebagian Simantri yang belum berhasil. “Kegagalan program Simantri karena etos kerja yang belum bagus,” ujar Prof. Rai.
Sementara Direktur Bioenergi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral RI Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi Drs. Sudjoko Harsono Adi,M.M. mengatakan kegiatan Bioenergi Goes to Campus dalam rangka mendukung pengembangan industri bioenergi melalui penciptaan sumber daya manusia yang profesional sekaligus mengenalkan program ini ke berbagai kalangan. Sebab program ini perlu sinergi yang melibatkan pemerintah, badan litbang, swasta, pengusaha, investor dan akademisi. Ia mengakui pertumbuhan energi terbarukan rata-rata baru satu persen per tahun. Terkait sumber energy Drs. Sudjoko Harsono Adi,M.M. mengatakan energi kaliandra lebih besar dibandingkan barubaru. ”Kalau batubara hanya 5 ribu kalori, sedangkan kaliandra bisa tujuh ribu kalori,” jelasnya. (bas)