Rabiyatul Adawiyah Raih Gelar Doktor ke-161 FIB Unud
(Baliekbis.com), Program Studi Doktor (S3) Ilmu Linguistik, Fakultas Ilmu Budaya (FIB), Universitas Udayana kembali menyelenggarakan Promosi Doktor dengan promovenda, Rabiyatul Adawiyah, S.Pd., M.Pd., Rabu (16/02/2022), secara semi daring di ruang Ir. Soekarno kampus setempat. Ujian terbuka dipimpin Wakil Dekan Bidang Akademik, I Nyoman Arya Wibawa, M.A., Ph.D.
Rabiyatul Adawiyah berhasil mempertahankan disertasi dengan judul “Verba Tindakan Bahasa Bima: Kajian Metabahasa Semantik Alami”. Setelah melalui ujian terbuka, Rabiyatul Adawiyah dinyatakan lulus dengan predikat Dengan Pujian. Ia merupakan Doktor ke-161 di lingkungan FIB Unud dan Doktor ke-202 di lingkungan Prodi S3 Linguistik.
Turut hadir secara daring dalam sidang ujian terbuka kali ini, Rektor Universitas Nahdlatul Wathan (UMW) Mataram, Wakil Rektor UNW Mataram, Dekan FKIP UNW Mataram, WD I FKIP UNW Mataram, Kaprodi Sastra Indonesia FKIP UNW Mataram, dan kolega serta kerabat promovenda.
Bahasa Bima sebagaimana bahasa daerah lainnya memiliki keunikan serta potensi yang perlu digali lebih mendalam. Verba dalam bahasa Bima masih banyak menyimpan khazanah linguistik termasuk fitur semantis yang perlu dikaji dan dikembangkan dengan berbagai macam teori. Verba bahasa Bima merupakan salah satu kelas utama yang bersifat sentral dan kompleks, karena secara semantis, verba bahasa Bima selalu hadir dalam tuturan.
Penelitian ini memperlihatkan adanya perilaku sintaktis verba bahasa Bima serta kekhasan dan keunikan dalam bahasa Bima. Yang dimaksud adalah verba transitif dan verba intransitif. Verba intransitif banyak didominasi oleh awalan ka, ma, na, ta, da, di, ra dan akhiran ku, mu, na, ta, ja, si, ro, ra, du, ni, pu, mpa. Pembentukan kata dalam bahasa Bima tidak mengenal sisipan. Keunikan lain dalam bahasa Bima adalah setiap konsonan akhir pada sebuah kata dihilangkan, terdapat dua buah konsonan laminobilabial dan laminobilabial implosif yang berbeda dengan /b/ dan /d/.
Verba bahasa Bima dapat dibedakan menjadi tiga kelas, yakni: (1) Verba Keadaan, (2) Verba Proses dan (3) Verba Tindakan. Verba Keadaan memiliki stabilitas waktu yang tinggi, yaitu tingkat perubahannya hampir tidak ada, bila ada perubahannya sangatlah lamban. Pada verba proses kestabilan waktunya lebih rendah dan kemudian diikuti dengan verba tindakan.
Verba Tindakan membahas struktur semantik bahasa Bima, khusus mepermasalahkan makna asali do „melakukan‟. Ada dua polisemi takkomposisi merepresentasikan Melakukan: (i) Melakukan dan Terjadi, dan (ii) Melakukan dan Berpindah.
Penelitian ini terdapat tiga temuan empiris, yakni (1) temuan tentang perilaku sintaksis verba dan kekhasan atau keunikan verba bahasa Bima yang tidak ditemukan dalam penelitian lain, tetapi ditemukan dalam penelitian ini; (2) temuan tentang keterkaitan antara banyaknya verba yang digunakan oleh masyarakat Bima, dan (3) temuan tentang fitur-fitur semantik dalam bahasa Bima.
Pertama, penelitian ini memperlihatkan adanya perilaku sintaktis verba bahasa Bima serta kekhasan dan keunikan verba bahasa Bima. Kedua, temuan tentang keterkaitan antara banyaknya verba yang digunakan oleh masyarakat Bima. Ketiga, temuan tentang fitur-fitur semantik dalam bahasa Bima.
Prof. Dr. I Nengah Sudipa, M.A., selaku promotor menyampaikan makna disertasi. Melalui sambutannya, Prof. Sudipa menyampaikan selamat atas capaian Dr. Rabiyatul Adawiyah.
Penelitian-penelitian terhadap bahasa-bahasa daerah merupakan penelitian yang sangat penting dilakukan. Hal ini mengingat bahwa di Indonesia memiliki ratusan bahasa daerah dan belum semua mendapat porsi penelitian yang baik. Sehingga potensi besar yang tersimpan dalam khasanah bahasa-bahasa daerah tersebut belum terungkap dengan maksimal.
“Penelitian ini telah membuka perspektif baru dalam dunia penelitian Meta Bahasa Semantik Alami khususnya pada bahasa daerah. Kajian pada penelitian ini telah mensinergikan beberapa teori modern, sehingga hasilnya merupakan sebuah temuan perspektif yang segar,” ungkap Prof. Sudipa.
Harapan seluruh dosen pembimbing dan penguji, Dr. Rabiyatul Adawiyah dapat menyebarluaskan hasil temuan dalam penelitiannya. Sebab apa yang telah dilakukan dalam penelitiannya tentu akan memberi sumbangan besar bagi dunia penelitian bahasa-bahasa daerah.
(Sumber: http://www.unud.ac.id)