Rai Mantra: Bali Harus Dibangun dengan “Pekerti, Pakerti dan Pakarti”
(Baliekbis.com), Penjelasan dari pasangan calon (Paslon) nomor urut 2 yakni Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra-I Ketut Sudikerta (Mantra-Kerta) dalam acara “Kupas Kandidat” yang disiarkan secara nasional oleh TVRI pada Kamis (12/4) malam terus menjadi perbincangan publik Bali. Banyak masyarakat Bali yang terpukau dengan penjelasan Rai Mantra dan Sudikerta tentang bagaimana membangun Bali dengan Program Nawacandra berlandaskan Tri Hita Karana.
Mereka (Mantra-Kerta) dari pengalaman yang sudah mereka kerjakan. Jadi kelihatan sangat menguasai materi. “Visinya sangat kuat untuk mewujudkan Bali yang lebih sejahtera. Keduanya sangat berpengalaman dalam birokrasi dan pemerintahan. Rai Mantra menjadi Walikota Denpasr, sementara Sudikerta menjadi Wakil Gubernur Bali saat ini,” ujar Gede Ngurah Wididana, Ketua Tim Kampanye Koalisi Rakyat Bali, yang mengusung paket Mantra-Kerta dalam Pilgub Bali di Denpasar, Jumat (13/4). Pembangunan Bali memang harus holistik dan simultan. Dan Bali mampu melakukan itu semua. Tinggal pemimpinnya saja.
Pelaku pariwisata Bali Wayan Puspanegara juga mengomentari materi penjelasan dalam acara Kupas Kandidat khusus di bidang pariwisata. Visi Mantra-Kerta tentang pariwisata Bali sangat kuat. “Mungkin hal ini dipengaruhi oleh visi ayahnya Rai Mantra, yakni Prof. Ida Bagus Mantra yang pernah menjadi Gubernur Bali sebelumnya. Dulu Prof. Mantra sudah mengkluster akomodasi wisata yang hanya dari penginapan rumah penduduk, kemudian dikembangkan menjadi hotel. Inilah awal mula perkembangan industri hotel dan destinasi pariwisata Bali sampai saat ini,” ujarnya.
Rai Mantra sudah melihat pariwisata Bali jauh ke depan, dengan konsep yang jelas. Rai Mantra menilai, pertumbuhan sektor pariwisata berasal dari sektor dasar yakni pertanian dan kemudian dikembangkan sampai kepada industri kreatif tetap tetapi dalam bingkai kebudayaan.
“Jadi jelas, hanya ada pariwisata budaya di Bali yang ditumbuhkan dari sektor dasar yaitu pertanian, lalu dikembangkan sampai ke industri kreatif. Ini konsep yang sangat bernas, sangat cerdas, yang kita tidak bisa menemukan di paslon lainnya. Keduanya memang sudah belajar dari pengalamannya sendiri,” ujarnya. Artinya, Rai Mantra dan Sudikerta melihat pariwisata Bali tidak hanya soal destinasi dan turis, tetapi merupakan pariwisata budaya yang berbasis masyarakat.
Puspanegara melanjutkan, dalam Kupas Kandidat itu ada juga pertanyaan panelis soal perang tarif dan ketimpangan pembangunan di Bali antara Bali selatan dan wilayah lainnya. “Lagi-lagi jawaban dan penjelasan kedua kandidat sangat konseptual, visioner, demi keberlanjutan pariwisata Bali ke depannya,” ujarnya. Rai Mantra menjelaskan, jika pariwisata Bali harus merujuk pada quality tourism dan quality destination. Pariwisata itu harus berakar dari budaya yang dihidupi masyarakat Bali. Dia harus benar-benar berada di tengah masyarakat. Inilah kualitas yang sesungguhnya. “Rai Mantra menginginkan agar Bali dibangun dengan hati nurani, kerja keras, dan moralitas. Atau singkatnya Bali dibangun dengan 3 P, pekerti (moralitas), pakerti (kerja keras) dan pakarti (pengetahuan yang luas).
Sementara penjelasan Sudikerta juga sangat bernas soal ketimpangan Bali. Menurutnya, saat ini Sudikerta sudah menjadi bagian dari beberapa pembangunan Bali untuk pemerataan. Beberapa di antaranya adalah pembangunan bandara di Bali utara, jalan tol Kuta-Tanah Lot-Soka-Seririt-Negara. Pembangunan short cut ini akan mempermudah akses antara Bali selatan dan Bali utara. Hal lain adalah penolakan reklamasi Teluk Benoa. Bukan hanya sekadar menolak, tetapi menawarkan investasi di utara, timur dan barat Bali. Bila ini terwujud maka pembangunan Bali akan mengalami pemerataan.(nwm)