Ratusan Siswa Baru Dwijendra Ikuti Upacara “Sisya Upanayana”
(Baliekbis.com), Ratusan siswa baru SMP dan SMA Dwijendra mengikuti upacara Sisya Upanayana atau sering disebut pawintenan, Selasa (2/8) bertepatan dengan rahina Kajang Kliwon.
Upacara yang berlangsung pagi itu tidak saja melibatkan ratusan siswa baru juga para guru dan pegawai dipuput Ida Peranda Wayahan berlangsung di halaman dalam sekolah.
Pawintenan kepada siswa baru ini dilakukan setelah usai mengikuti masa pengenalan lingkungan sekolah. Ketua Yayasan Dwijendra Dr. Ketut Wirawan,S.H.,M.Hum. di sela-sela pelaksanaan upacara mengatakan kegiatan sisya upanayana diikuti oleh murid termasuk gurunya agar keduanya siap dalam mengikuti proses belajar dan mengajar.
Upacara ini memiliki tujuan yaitu untuk membersihkan dan mempertajam pikiran. Dengan pikiran yang tajam siswa akan mampu lebih cepat menyerap ilmu pengetahuan di sekolah. Juga untuk memperhalus budi pekerti, berbicara sopan dan berprilaku yang baik. Sehingga dengan sisya upanayana diharapkan siswa akan memiliki kecerdasan intelektual, sosial, spiritual dan kecerdasan emosional sehingga menjadi tauladan di masyarakat.
“Jadi upacara ini untuk pertama kali menjadi siswa karena kita sekolah bernuansa agama dan adat Bali. Ini sebagai awal mulai belajar. Ini seperti pawintenan, khusus untuk sisya upanayana dilakukan pembersihan diri kemudian beri ketenangan kepada diri,” tambah Dr. Wirawan.
Dijelaskan, mungkin sebelumnya ada berbuat buruk, berpikiran tidak baik, jadi dibersihkan dulu sehingga bisa belajar dengan baik. Termasuk guru-guru diberikan pembersihan sebelum mulai mengajar.
“Kalau sudah lulus, juga kita adakan upacara seperti ini sebagai ungkapan terima kasih sudah belajar disini dan semoga ilmunya bermanfaat ke depannya. Kita disini menerapkan Catur Guru. Kami mengajarkan agama yang simpel, semuanya dimulai dari diri sendiri. Agama itu unsur pribadi, hanya diri sendiri dengan Tuhan,” tambah Wirawan yang juga sebagai dosen ini.
Di Dwijendra tambahnya, semua program sudah ada dan tujuannya adalah memajukan mutu pendidikan dan SDM. Prosesnya tentu disesuaikan dengan perkembangan zaman. Menurut Wirawan, pada dasarnya tidak ada orang bodoh, hanya ada orang malas, atau ada orang yang ditempatkan tidak pada posisinya.
“Jadi disinilah kita fasilitasi. Jangan hanya sekolah saja yang ngurus. Wali akan setiap minggu lapor pada ortu murid bagaimana perkembangan anaknya supaya ortu tidak paksa anak-anak atas kemauan ortu,” tegas Wirawan.
Anak bisa cari jati dirinya sendiri, jadi mereka punya karakter, itu yang utama. Mereka paham belajar di sekolah ini untuk apa, bukan hanya menghabiskan waktu, tapi punya tujuan akan kemana. “Bagaimana mereka memanfaatkan waktunya dengan didukung semua fasilitas yang disediakan sehingga berhasil,” pungkas Wirawan. (bas)