Rembuk Nasional Pimpinan PT Lahirkan 12 Pokok Pikiran, Berkembangnya Paham Radikal Berawal dari Kemiskinan
(Baliekbis.com), Tepat setahun yang lalu Aksi Kebangsaan Perguruan Tinggi Melawan Radikalisme menyelenggarakan Pertemuan Pimpinan Perguruan Tinggi (PT) se-Indonesia di Nusa Dua, 25-26 September 2017. Pertemuan yang pertama kalinya itu berhasil mengumpulkan 3.500-an pimpinan PT seluruh Indonesia dan dihadiri Presiden RI, Ir. Joko Widodo. Puncak acara tersebut adalah pembacaan Deklarasi Nusa Dua yang pada pokoknya berisi penegasan komitmen para pimpinan PT se-Indonesia untuk terus mempertahankan Empat Konsensus Kebangsaan (Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, NKRI, dan UUD 1945) dan penyatuan tekad melawan radikalisme dan intoleransi.
Tahun ini ajang serupa kembali digelar tepatnya tanggal 26-27 September 2018 ini. “Berdasarkan aspirasi para pimpinan PT dari berbagai wilayah di Indonesia, khususnya para anggota Steering Committee (SC) AKPT 2017, maka pimpinan PT di Bali berinisiatif untuk kembali menjadi tuan rumah pada Rembuk Nasional Peringatan Setahun dan Tindak Lanjut Deklarasi Nusa Dua, pada 26-27 September 2018 ini. Kegiatan ini mengundang 100 orang pimpinan PT se-Indonesia yang terdiri dari para SC AKPT 2017 dan seluruh pimpinan PT se-Bali,” ujar Penggagas dan Koordinator Kegiatan
Dr. Ida Bagus Radendra Suastama, S.H.,M.H., Kamis (27/9) di sela-sela rembuk hari terakhir.
Secara keseluruhan, pokok-pokok pikiran Rembuk Nasional Pimpinan PT ke-2 yakni (1) Berkembangnya paham radikal salah satunya berawal dari kemiskinan akibat perilaku korupsi pejabat publik, pemimpin nasional & daerah. Di sisi lain, para pemimpin pusat & daerah tersebut dipilih melalui sistem demokrasi. Paradoksal inilah yang sering dijadikan argumentasi para penganut paham radikalisme akan kegagalan sistem demokrasi, untuk kemudian diganti dengan sistem lain. (2) Indikasi adanya kelompok-kelompok radikal dan intoleran di kampus biasanya diawali dari sikap dan pola interaksi mereka yang cenderung eksklusif dan merasa superior di antara kelompok lainnya. (3) Pentingnya mendirikan pusat-pusat studi Pancasila di kampus-kampus sebagai wadah pengkajian dan perumusan kurikulum pengajaran dan pendidikan Empat Konsensus Kebangsaan dengan metode kemasan dan komunikasi yang sesuai dengan generasi sekarang.
(4) Perlunya memasukkan materi pendidikan agama, bela negara, dan Pancasila dalam seleksi dosen dan pengurus organisasi kemahasiswaan, (5) Secara reguler, mengadakan pelatihan dan refreshment bagi dosen pengajar khususnya mata kuliah Pancasila & bela negara, sekaligus untuk menemukan metode-metode pengajaran baru yang lebih inovatif. (6) Pentingnya kerjasama antar pimpinan program studi di dalam kampus maupun antarkampus untuk mencegah berkembangnya radikalisme dan paham-paham intoleransi. Termasuk bekerja sama dengan pemerintah daerah, kementerian pertahanan, dan Badan Pembinaan Ideologi Pancasila.
(7) Pentingnya menegakkan secara tegas aturan & SOP internal PT manakala terdapat indikasi penyimpangan pengajaran oleh dosen, yang mengarah pada bentuk-bentuk penentangan terhadap Pancasila. (8) Masuknya paham radikal dan intoleran biasanya dibawa oleh para senior mahasiswa dan/atau alumni melalui kegiatan organisasi ekstra kampus. Organisasi esktra kampus inilah yang kemudian mendirikan unit-unit organisasi yang (baik langsung, maupun tidak) berafiliasi kepadanya. Ironisnya, kegiatan-kegiatan kemahasiswaan internal ini didanai oleh internal kampus.
(9) Pimpinan PT perlu mengupayakan peningkatan anggaran kegiatan kemahasiswaan, agar mereka tidak perlu lagi mencari sumber pendanaan dari luar kampus (individu, kelompok, organisasi) yang rentan menyusupi kepentingan dan paham-paham intoleran. (10) Generasi milenial sangat membutuhkan keteladanan dari pemimpin bangsa, orang tua, pimpinan PT maupun dosen pengajara di tempat mereka belajar. Jujur, dan tidak korupsi adalah nilai-nilai yang harus ditunjukkan dalam tindakan sehari-hari. Generasi milenial juga perlu memperoleh pendidikan budi pekerti, penghormatan pada hierarki, disiplin, toleransi, dan cinta tanah air sebagai fondasi menerapkan sikap hidup Pancasila.
(11) Perlu memunculkan kisah dan tokoh inspiratif yang memiliki keteladanan, prestasi, dan pengorbanan. Mereka ini lalu diekspose secara masif melalui media-media komunikasi terkini: medsos, media viral. (12) Penyampaian materi Pancasila perlu lebih inovatif, berorientasi praktek/penerapan, gaya komunikasi visual, fun (menyenangkan), kaya content, dan disampaikan melalui media komunikasi viral terkini.
Rembuk Nasional sebelumnya dibuka Ketua Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi Wilayah VIII Bali-Nusra, Prof. Drs. I Nengah Dasi Astawa, M.Si.
juga menghadirkan keynote speech Kapolda Bali Irjen Pol. Dr. Petrus Reinhard Golose, M.M. Tujuan rembuk nasional ini antara lain merumuskan langkah-langkah konkret dalam mencegah masuknya paham radikalisme ke dunia kampus, memperkuat pemahaman Ideologi Pancasila dalam kurikulum pendidikan bagi mahasiswa dan pembinaan dosen pengajar dan merumuskan langkah-langkah pengawasan dan pengendalian organisasi kemahasiswaan & unit kegiatan kemahasiswaan dari pengaruh radikalisme.
Penggagas dan Koordinator Kegiatan
Dr. Ida Bagus Radendra Suastama, S.H.,M.H. mengatakan rumusan yang nanti dihasilkan akan disampaikan langsung kepada Presiden RI. Penggagas kegiatan yang juga Ketua Yayasan Handayani Denpasar tersebut, menambahkan, secara teknis rumusan tersebut diharapkan menjadi rujukan Menteri Ristek dan Pendidikan Tinggi, Menteri Agama, serta menteri-menteri penyelengara pendidikan kedinasan lainnya dalam penyusunan strategi dan kurikulum pendidikan Pancasila di kalangan PT. (bas)