Reses Dr. Mangku Pastika dengan OJK, Bank Besar Masuk Desa Persempit Kinerja BPR
Masuknya bank-bank besar (bank umum) ikut merebut pangsa pasar ekonomi di desa-desa akan semakin mempersempit peluang BPR (Bank Perkreditan Rakyat). Persaingan bahkan makin ketat dengan adanya pinjaman online (pinjol) yang lebih cepat dan mudah.
(Baliekbis.com), Anggota DPD RI dapil Bali Dr. Made Mangku Pastika,M.M. melakukan reses ke OJK Regional 8 Bali Nusra. Sejumlah masalah mengemuka di antaranya terkait relaksasi dan kondisi 133 BPR yang kini sebagian ‘sakit’ serta perlunya Bali mengembangkan kekuatan ekonomi di luar pariwisata.
“Saya mendapat informasi beberapa BPR dalam kondisi tidak sehat. Perlu ada upaya untuk menjaga agar BPR bisa tetap eksis mengingat keberadaanya sangat dibutuhkan masyarakat dan pelaku usaha kecil di desa-desa,” ujar Mangku Pastika saat kegiatan Reses dengan OJK Regional 8 Bali-Nusra, Rabu (21/12) di Denpasar.
Reses bertajuk “Implementasi Relaksasi dalam Upaya Pemulihan Ekonomi” yang dihadiri Kepala OJK Regional 8 Bali-Nusra Giri Tribroto dipandu Tim Ahli Nyoman Baskara didampingi Ketut Ngastawa dan Nyoman Wiratmaja.
Menurut Giri Tribroto kondisi sebagian BPR memang lagi tidak favourable. Sementara bank umum di saat pandemi pasarnya KUR (kredit usaha rakyat) yang juga menjadi segmen BPR.
Karena itu pihaknya mendorong BPR melakukan transformasi digital dan kerja sama peer to peer (p2p) lending sehingga lebih efisien mengingat banyak BPR kerjanya masih manual. Giri Tribroto juga menjelaskan pihak Kementerian Keuangan juga telah menyetujui satu BPR di Bali sebagai penyalur KUR senilai sekitar Rp7 miliar. “Ini yang pertama kali ada BPR (BPR Indra Candra) sebagai penyalur KUR,” tambahnya.
Di awal paparannya Giri Tribroto menjelaskan
pertumbuhan ekonomi Bali terus membaik belakangan ini. Bahkan melonjak 8 persen lebih di triwulan III 2022. “Pertumbuhan ini melebihi nasional yang hanya 5,7 persen. Bali berada di posisi 3 tertinggi nasional. Padahal ekonomi Bali sempat merosot hingga minus 12 persen saat pandemi Covid-19,” jelas Tribroto.
Ada beberapa indikator membaiknya ekonomi Bali di antaranya karena dilonggarkan pembatasan, banyak kegiatan besar diselenggarakan di Bali serta jumlah penerbangan yang makin banyak.
“Akomodasi, makan dan minuman paling dominan dalam mendongkrak pertumbuhan sebagai dampak dampak meningkatnya kunjungan wisatawan,” tambah Giri Tribroto.
Sementara Mangku Pastika mengatakan banyak yang berkepentingan dengan Bali meski wilayahnya kecil. Adanya relaksasi dinilai sangat membantu dunia usaha yang terpuruk ketika pandemi. “Coba kalau tak ada relaksasi puluhan triliun aset pengusaha yang menjadi agunan di bank bisa disita. Dan saya dengar sudah banyak yang siap-siap mengambilnya. Saya ingin Bali jangan hanya pariwisata, juga bisa berkembang di industri keuangan perbankan. Ya semacam jadi sustainable financial center,” ujarnya.
Mantan Gubernur Bali dua periode ini menambahkan pentingnya memperkuat infrastruktur sehingga pengembangan ekonomi bisa makin cepat dan lancar. Terkait BPR, Mangku Pastika menegaskan perlunya penerapan transformasi digital dan saling bekerja sama. “Kuncinya ada terobosan mengikuti perkembangan sebab tak bisa lagi berjalan alami dan konvensional di tengah ketatnya persaingan khususnya masuknya fintech lending sekarang ini,” tambahnya.
Kepala OJK Giri Tribroto juga menambahkan kalau dilihat dari peta IJK (Industri Jasa Keuangan) masih dominan di Bali Selatan. Hal ini karena mengikuti pertumbuhan ekonomi. Diharapkan banyaknya infrastruktur di Bali Utara ke depannya akan membawa pemerataan pergerakan ekonomi.
Terkait kinerja perbankan, dijelaskan pertumbuhan kredit maupun DPK (Dana Pihak Ketiga) terus naik. Demikian pula pasar modal yang naik pesat di saat pandemi.
Untuk restrukturisasi kredit Covid-19 dijelaskan diakui menurun. Perkembangan restrukturisasi menurun dari Rp45,80 triliun pada Desember 2020 menjadi Rp35,54 triliun atau turun sebesar 22,39 persen pada September 2022. Penurunan ini di bawah nasional dari Rp829 triliun menjadi Rp519 triliun (turun 37 persen). (bas)