Reses Dr. Mangku Pastika, M.M.: “Marketing Mix”, Kunci Keberhasilan Usaha Pertanian
(Baliekbis.com), Terjun ke usaha pertanian bukan hanya sebatas menanam, produksi tapi juga menyangkut pascapanen, distribusi, packing dan bagaimana barang sampai ke konsumen.
“Jadi faktor harga, siapa yang disasar, bagaimana barang sampai ke konsumen serta apa apresiasi konsumen menjadi kunci di bisnis ini. Ini yang disebut marketing mix,” ujar Anggota DPD RI dapil Bali Dr. Made Mangku Pastika,M.M. saat kegiatan Reses yang berlangsung di DPD RI Perwakilan Bali via Vidcom, Senin (19/7).
Reses dengan tema “Pemasaran Produk Pertanian” yang menghadirkan narasumber dari Baja Tani Bali seluruh Bali dipandu tim ahli Nyoman Wiratmaja didampingi Ketut Ngastawa dan Nyoman Baskara.
Karena itu tambah Mangku Pastika yang jebolan magister pemasaran ini ke depan pertanian harus dijalankan secara profesional dan jadi primadona. Sehingga tidak jadi sektor terbelakang tapi terdepan sebab orang perlu makan (hasil pertanian).
Mantan Gubernur Bali dua periode ini menjelaskan begitu strategis dan pentingnya sektor pertanian sehingga pemerintah melalui Kementan mengadakan pelatihan sejuta petani milenial. Apalagi di masa pandemi ini yang masih positif pertumbuhannya salah satunya pertanian.
Banyak produk pertanian yang diekspor. Seperti porang ke Jepang. Juga jahe dan komoditi lainnya. Untuk mendukung pertanian, pusat juga mengembangkan 1.655 UPPO (unit pengolahan pupuk organik). “Jadi kalau Bali mau organik maka UPPO ini penting,” tambahnya.
Sementara itu Ketua Baja Tani (Bangga Jadi Petani) Bali I Nyoman Herianta berharap kepada Mangku Pastika bisa menjembatani kepentingan petani baik permodalan termasuk informasi di pusat yang bisa meningkatkan SDM dan sektor pertanian di Bali.
Menurut Herianta, petani sudah bisa memproduksi pupuk organik. Namun terkendala perizinan sehingga pemasarannya terbatas. Dijelaskan potensi pertanian di Bali masih besar. Bahkan banyak lahan belum tergarap alias masih lahan tidur.
Sekretaris Baja Tani Bali Ngurah Adnyana mengatakan pengembangan pertanian masih terkendala data base untuk memetakan potensi di tiap wilayah sehingga tahu apa unggulannya.
Hal senada dilontarkan perwakilan kelompok usaha tani dari Jembrana yang mengaku terkendala modal untuk bisa menampung produk petani dalam jumlah besar untuk ekspor. “Jembrana banyak lahan menganggur. Kami terbentur bibit padahal petani sangat antusias menanam,” jelasnya.
Atas sejumlah masukan tersebut, Mangku Pastika menyatakan akan berupaya maksimal membantu akses modal petani melalui Jamkrida Bali Mandara. “Coba ajukan pinjaman ke bank, nanti ada Jamkrida yang bisa memfasilitasi dengan bank,” ujar Mangku Pastika.
Di sisi lain dijelaskan data base sangat penting dalam berusaha (pertanian). “Jangan sampai kita surplus malah import akibat tak didukung data yang tak valid,” jelasnya. Juga dalam hal produksi pupuk organik. Perlu data seperti market survey, agar tahu kebutuhan pasar dan apa yang mereka butuhkan.
Pengusaha kerap memulai dari produksi, tapi tak tahu apa itu diperlukan pasar. Mestinya ‘kamu perlu apa, saya buatkan’. Jadi sekarang ini dari hilir ke hulu. “Contoh sederhana produksi cobek, apa itu masih diperlukan. Sebab orang sudah mulai pakai blender. Jangan ikut-ikutan asal produksi, tapi harus berorientasi pasar, apa yang laku di pasar. Ikuti maunya pasar. Tanya konsumen apa maunya dan buatkan itu,” jelas mantan Kapolda Bali yang fasih beberapa bahasa asing ini.Demikian pula soal bibit, bisa menghubungi Dinas Pertanian. Sebab salah satu tugasnya adalah pengadaan bibit. (bas)