Reses Dr. Mangku Pastika, M.M., Pengelolaan Kawasan Besakih Bisa Tiru Kuil di Akshardham Delhi dan Tokyo
(Baliekbis.com), Mengelola kawasan suci seperti Pura Besakih tidak mudah dan cukup berat. Banyak tantangan dan kendala yang perlu diatasi. Tapi dengan semangat pengabdian dan niat suci serta manajemen yang baik semua akan bisa berjalan baik.
Di luar negeri banyak kuil (temple) yang dikelola dengan profesional hasilnya sangat bagus. “Seperti Akshardham yang merupakan kompleks kuil Hindu di Delhi, India yang menyimpan berbagai arsitektur, spiritual, budaya India dan Hindu tradisional.
Juga kuil di Tokyo. Bukan saja bisa menjaga kesuciannya juga memberi manfaat besar bagi masyarakat. Kita perlu studi banding ke sana dan meniru tata kelolanya sehingga berhasil,” ujar Anggota DPD RI dapil Bali Dr. Made Mangku Pastika,M.M saat kegiatan reses, Senin (18/12) di Besakih Karangasem.
Reses dengan tema “Keberadaan Badan Pengelola Fasilitas Kawasan Suci Pura Besakih: Tantangan dan Solusi dalam Meningkatkan Penataan dan Pengelolaan ke Depan” yang dipandu Tim Ahli Nyoman Wiratmaja, Ketut Ngastawa dan Nyoman Baskara menghadirkan narasumber Badan Pengelola Fasilitas Kawasan Suci Pura Agung Besakih.
Mangku Pastika dalam kunjungannya ke Besakih mengawali dengan sembahyang di Pura Besukian dan melihat lingkungan sekitar. Menurutnya aura kawasan suci Besakih sudah baik, tidak semrawut lagi. Apalagi sekarang sudah ada badan pengelolanya. “Semoga ke depan pelayanan semakin baik. Sebab pura ini zaman dulu dirancang sebagai tempat suci untuk mempersatukan umat. Sekarang kondisinya sudah jauh berubah. Jadi menjaga kesucian ini yang harus dipegang teguh badan pengelola,” jelas mantan Gubernur Bali dua periode ini.
Dikatakan Bali memiliki banyak pura besar. Dengan adanya badan pengelola maka Pura Besakih bisa jadi contoh sebagai tempat suci juga dengan berbagai fasilitas yang ada bisa memberi manfaat dan kesejahteraan bagi masyarakatnya.
“Saya bahagia bisa sembahyang dan hadir hari ini karena ada rasa ingin tahu setelah kawasan ini diresmikan. Mungkin pada awal ada kebingungan karena berbagai perubahan, tapi sekarang sudah terlihat lebih baik dengan adanya pengelolaan,” tambahnya.
Di sisi lain, diharapkan keberadaan badan pengelola bisa berkontribusi bagi parhyangan yang jumlahnya puluhan dan memberi perhatian, kesejahteraan kepada pemangku. “Kalau bisa petugas di kawasan ini juga mengenakan pakaian adat (sesuai bidangnya),” pesan Mangku Pastika.
Terkait sampah, dikatakan sampah itu sumber energi, pupuk dan kesuburan bila bisa dikelola dengan tepat. Sampah buah-buahan dari sisa sembahyang bisa diolah menjadi eco enzyme (pupuk organik) yang sangat bermanfaat bagi tanaman. Juga sampah organik lainnya sebagai pupuk kompos. Pemanfaatan bahan-bahan ini penting bagi Bali menuju Bali Clean and Green.
Sebagaimana diketahui sebelumnya kawasan Besakih yang juga banyak dikunjungi wisatawan ini menghadapi masalah sampah, parkir, pedagang dan guide. Sekarang masalah itu sudah jauh berkurang. Menurut Sekretaris Badan Pengelola Fasilitas Kawasan Suci Pura Agung Besakih Wayan Mastra, tantangan yang dihadapi saat ini adalah masalah sampah, air dan ada ratusan kios yang belum dimanfaatkan. “Dulu kalau Pak Mangku Pastika (Gubernur Bali) datang ke seni saya takut karena kondisinya. Sekarang sudah bagus jadi saya senang Bapak datang,” jelas mantan Camat Rendang Karangasem ini.
Badan pengelola harus membeli air yang cukup tinggi harganya berkisar Rp150 ribu hingga Rp350 ribu per tangki. “Sampah baru sebagian yang bisa diolah karena keterbatasan alat,” jelasnya.
Kepala Bidang Operasional dan Pelayanan I Gusti Bagus Karyawan menambahkan ada 4 prioritas kerja badan pengelola yakni keamanan & ketertiban, kebersihan & keindahan, pelayanan & kenyamanan serta pengembangan SDM. Ia juga memaparkan untuk pelayanan kepada umat maupun wisatawan yang datang sudah diatur sedemikian rupa agar bisa berjalan tertib. (bas)