Reses Dr. Mangku Pastika, M.M., Penting Kembangkan Olahan Hasil Perikanan
(Baliekbis.com), Budidaya ikan melalui sistem bioflok yang dikembangkan saat ini dinilai berhasil dalam meningkatkan produksi. Namun pemasaran masih menjadi kendala.
“Mereka gak bisa jual hasil akibat covid. Solusinya harus ada pengolahan. Membangun perikanan butuh dukungan sektor lain, tak bisa hanya tanggung jawab satu sektor,” ujar Kepala Balai Pembenihan Budi Daya Air Tawar Mandiangin Kantor Kementerian Kelautan dan Perikanan Andy Artha Donny Oktopura, ST, MT., M.Eng. saat tampil dalam vidcon Reses Anggota DPD RI Dr. Made Mangku Pastika,M.M., Jumat (27/2) di Bindu, Denpasar.
Reses yang dipandu Tim Ahli Nyoman Baskara didampingi Ketut Ngastawa dan Nyoman Wiratmaja dengan tema “Membangun Usaha Perikanan Budidaya sebagai Penggerak Ekonomi Masyarakat Bali dalam Era Pandemi” menghadirkan sejumlah narasumber di antaranya Direktur Produksi dan Usaha DJBP KKP Ir. Arik Hary Wibowo,MSi., Khairul Anwar, SPI, MSi. selaku Pendamping Teknologi Bioflok KKP Wilayah Bali, Ketua Kelompok Budidaya Lele Sistem Bioplok
Ida Bagus Ngr. Putra dan dari Dinas Perikanan Denpasar.
Andy menambahkan ke depan penting adanya pengembangan teknologi dalam budidaya untuk meningkatkan pendapatan masyarakat. “Jadi satu kawasan budidaya ikan bisa dikombinasi dengan sayuran bahkan padi,” tambahnya.
Terkait masalah benih, dikatakan pihaknya telah mencoba mengembangkan melalui sistem logistik benih dan induk dengan membina unit pembenihan rakyat serta memanfaatkan pembenihan yang belum optimal.
Seperti halnya BBI Sangeh yang kini kondisinya memprihatinkan. “Tergantung pemerintah daerah. Kalau berkenan untuk dimanfaatkan kami siap. Seperti halnya di Tabanan sehingga bisa dikembangkan untuk pembenihan,” ujar Andy. Sedangkan Danau Batur karena terbentur kebijakan (pusat) kawasan itu harus bebas budidaya, sehingga belum bisa dikembangkan.
Di sisi lain, Andy mengaku salut dengan langkah-langkah yang dilakukan Dr. Mangku Pastika dalam mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat dengan memanfaatkan potensi unggulan yang ada seperti perikanan. Apalagi potensi Bali sangat besar. “Ke depan dalam pengembangannya agar mengarah ke pengolahan, bukan hanya berorientasi pada produksi,” harapnya.
Mangku Pastika mengatakan sangat mengapresiasi berbagai kreativitas warga mengingat adanya keterbatasan sumber daya. “Kalau tak kreatif kita akan kekurangan seperti bidang pangan. Tugas saya di DPD berhubungan dengan pertanian, lingkungan, dll. Jadi adanya Yayasan Tukad Bindu yang mengembangkan ekonomi kreatif, pangan, perikanan dan menjaga lingkungan hidup sangat berguna bagi kemajuan,” ujar Mangku Pastika.
Mantan Gubernur Bali dua periode ini menceritakan di awal bertugas di DPD langsung mendatangi pembenihan ikan (BBI) di Sangeh. Kini BBI itu dikelola provinsi. Tapi urusan bibit ditangani kabupaten. Sementara kabupaten belum siap. Akhirnya petani sulit mendapatkan bibit.
“Saya prihatin melihat kondisi yang ada, terkesan terbengkalai. Padahal BBI ini luas dan lengkap fasilitasnya. Sementara banyak benih didatangkan dari luar dengan harga yang cukup mahal,” jelasnya. Mangku Pastika berharap kondisi ini segera diatasi sehingga bisa meningkatkan ekonomi masyarakat di tengah kondisi pandemi ini.
Sementara itu Khairul Anwar selaku Pendamping Teknologi Bioflok KKP Wilayah Bali mengatakan bantuan budidaya lele dengan sistem bioflok untuk Bali sudah tersebar di 25 lokasi. Di Soongan Kintamani yang dibantu dengan bioflok hasil lebih bagus dibandingkan dengan KJA (Keramba Jaring Apung).
Ia juga mengaku salut dengan kreativitas masyarakat Bali dalam budidaya ikan, meski diakui pasar lagi lesu. Untuk itu, warga diharapkan bisa melakukan pengolahan hasil. “Di Jembrana, lele diolah sehingga harganya bagus dan pasarnya makin luas,” jelas Khairul. (bas)