Sambut Hasil Pemilu Dalam Ketenangan: Belajar dari Hari Suci Nyepi
(Baliekbis.com), Di tengah hiruk-pikuk politik dan dinamika pemilu yang kini tinggal menunggu hasil, Indonesia memiliki warisan budaya yang mengajarkan nilai-nilai ketenangan, introspeksi, dan penerimaan yang mendalam. Salah satunya, Hari suci Nyepi yang dirayakan umat Hindu adalah perayaan yang melambangkan kebersihan spiritual dan ketenangan batin.
Nyepi, yang juga dikenal sebagai Tahun Baru Saka, adalah hari di mana umat Hindu di Bali merayakan tahun baru dengan menyepi, tidak melakukan aktivitas apapun, bahkan tidak menyalakan lampu di rumah. Ini adalah saat untuk merenung, berdamai dengan diri sendiri, dan menghadirkan ketenangan dalam batin.
Tahun ini, selain masih dalam suasana pemilu, perayaan Nyepi Tahun Saka 1946/2024 M juga bersamaan dengan bulan Ramadhan 1445 H yang memberi nilai yang serasa lebih spesial. Bagaimana memungkinkan kolaborasi perayaan yang menunjukan ciri khas Indonesia. Sebenarnya ini merupakan hal yang biasa di Bali, dan tetap berlangsung kondusif dan damai. Tapi akan menjadi sangat menarik jika ditelusuri dengan pemaknaan sebagai sebuah nilai keberagaman dan toleransi.
Kalau kita melihat pelaksanaan nyepi di pulau Bali, situasi sepenuhnya hening, tanpa kendaraan berlalu-lalang, tanpa aktivitas bisnis, bahkan bandara pun tutup. Ini adalah momen yang luar biasa, di mana alam semesta tampaknya merenung bersama dengan umat manusia. Dalam konteks pemilu hari ini, kita juga diingatkan untuk merenung dan memperkuat kembali nilai-nilai persatuan dan kebersamaan di tengah perbedaan politik.
Situasi pra hingga pasca pemilu menunjukan persaingan politik yang memunculkan ketegangan dan polarisasi di masyarakat. Namun, memaknai perayaan nyepi ini mengajarkan kita untuk menemukan kedamaian dalam diri, bahkan di tengah kekacauan politik. Ini mengingatkan kita bahwa hasil pemilu, apa pun itu, harus diterima dengan lapang dada.
Penerimaan hasil pemilu adalah bagian penting dari proses demokrasi. Ketika hasil sudah ditetapkan, sebagai warga negara yang bertanggung jawab, kita harus bersatu dalam menerima keputusan tersebut. Ini bukan hanya tentang mengakui kemenangan atau kekalahan, tetapi juga tentang menghormati proses demokrasi yang telah dilakukan dan kepercayaan yang telah diberikan oleh rakyat.
Bagi pemenang pemilu, Nyepi mengajarkan untuk bersyukur dengan rendah hati dan bertanggung jawab atas amanah yang diberikan oleh masyarakat. Itu adalah saat untuk merenungkan bagaimana cara terbaik untuk melayani masyarakat dan memajukan bangsa. Sementara itu, bagi yang kalah, Nyepi mengajarkan untuk menerima hasil dengan keikhlasan dan sikap yang terhormat. Ini adalah kesempatan untuk belajar, tumbuh, dan terus berkontribusi bagi kemajuan negara.
Ketika dalam proses perjalanan pemilu dirasa ada yang tidak sesuai, maka mekanisme yang tersedia rasanya tepat untuk dilalui. Jika bicara soal hasil, maka ketika ada masalah, terdapat jalur Mahkamah Konstitusi. Pun jika ada jalur hak Angket di DPR, yang pada dasarnya untuk menyelidiki pelanggaran dalam proses pemilu, konteks ekseskusi undang-undangnya, itu sangat sah. Karena proses ‘protes’ lewat jalur-jalur tersebut merupakan bentuk membawa kekecewaan di jalan-jalan ke jalur yang lebih baik dan positif. Karena jika kecewa masih dilepas di ruang publik, maka sudah tentu korbannya juga adalah ke rakyat. Maka mekanisme protes juga perlu jalur yang pas, sehingga tak melibatkan rakyat di jalan-jalan.
Nyepi adalah pengingat bahwa kekuatan sejati bukanlah dalam kebisingan, tetapi dalam ketenangan. Dan demikianlah, menerima hasil pemilu dengan ketenangan batin adalah bentuk penghormatan terhadap nilai-nilai budaya dan demokrasi yang kita anut. Dalam momen-momen ketenangan itu, kita dapat menemukan kedamaian dalam diri sendiri dan membangun masa depan yang lebih baik untuk bangsa dan negara.
Hari suci Nyepi mengajarkan kita tentang kesabaran, penerimaan, dan ketenangan dalam menghadapi hasil apapun, termasuk dalam konteks pemilu. Nyepi mengajarkan pentingnya menerima apa yang telah terjadi dengan lapang dada, bahkan jika itu bukanlah apa yang kita inginkan. Dalam pemilu, itu berarti menerima hasil dengan sikap yang tenang dan damai, tanpa menciptakan konflik atau ketegangan yang tidak perlu.