Schneider Electric Umumkan Pemenang “Go Green in the City 2017” Nasional
(Baliekbis.com), Schneider Electric, perusahaan global di bidang pengelolaan energi dan automasi, hari ini menyelenggarakan seleksi final edisi ketujuh Go Green in the City (GGITC), kompetisi global yang berfokus pada solusi inovatif untuk mewujudkan Kota Pintar. Setelah melalui proses seleksi yang ketat, lima tim finalis dari berbagai universitas terkemuka di Indonesia telah terpilih sebagai finalis. Jumat, (26/5) mereka memaparkan konsep lengkapnya di depan dewan juri yang terdiri dari Xavier Denoly – Country President Schneider Electric Indonesia, Joko Sutopo – Plant Director Global Supply Chain Schneider Electric Indonesia, Budijanto Gunawan – Director Customer Satisfaction & Quality, Customer Care Center, DCE & HSE Schneider Electric Indonesia dan Harris M. Yahya – Deputy Director for Energy Efficiency Business Development, Kementerian ESDM RI.
Dalam konteks krisis energi yang kini tengah menjadi isu global, upaya efisiensi energi merupakan salah satu solusi alternatif yang potensial diterapkan – terutama dalam lingkup kawasan perkotaan. Tidak dapat dipungkiri bahwa peran kota sebagai pusat perekonomian dan lapangan kerja berimplikasi terhadap pesatnya pertumbuhan tingkat konsumsi energi, terlebih di tengah arus urbanisasi yang melanda kota-kota besar di berbagai wilayah dunia, termasuk di Indonesia. Kota-kota di Indonesia tumbuh rata-rata 4,1% per tahun – laju yang lebih cepat dari negara Asia lainnya. Pada tahun 2025, diperkirakan 68% penduduk Indonesia hidup di perkotaan1. Oleh karena itu, diperlukan sebuah sinergi penggunaan energi yang efisien dan cerdas sehingga perkotaan dapat tetap memberikan kenyamanan bagi penghuninya di tengah ledakan jumlah penduduk. Xavier Denoly menuturkan, “Untuk menyambut masa depan, kota di seluruh dunia membutuhkan solusi dan strategi yang baru dan berani dalam mengelola energi. Schneider Electric mengambil pendekatan kolaboratif dalam membantu menciptakan efisiensi energi di perkotaan.
Dengan pemerintah sebagai pemimpin, penduduk sebagai pengguna energi, dan teknologi sebagai enabler atau pembantu pencapai tujuan, kami terus berupaya untuk membangun ekosistem efisiensi energi.“Mahasiswa memegang peranan penting dalam ekosistem ini. Bagi kami, kompetisi GGITC yang sudah kami gelar setiap tahun sejak 2009 ini merupakan kunci penting bagi lahirnya inovasi. Dengan ide-ide segar yang mereka miliki, mahasiswa dapat berkontribusi pada pemetaan strategi yang saat ini dibutuhkan dunia untuk menciptakan lingkungan perkotaan yang tidak hanya efisien secara energi, namun juga ramah lingkungan. Melalui kompetisi ini, kami terus menyaksikan lahirnya inovasi-inovasi brilian yang berkelanjutan dan saling mendukung menuju terciptanya Kota Pintar,” lanjut Xavier.
Mulai tanggal 12 Januari hingga 19 Mei 2017, para mahasiswa di tingkat sarjana, pasca sarjana atau MBA dari seluruh dunia diajak untuk ikut serta dalam tantangan yang diberikan dalam kompetisi ini. Melalui tim yang terdiri dari dua orang, dimana salah satunya harus berjenis kelamin wanita, mereka wajib mengirimkan satu konsep yang mengilustrasikan ide solusi pengelolaan energi inovatif untuk Kota Pintar, dengan berfokus pada salah satu dari empat tema dasar, yaitu: Sustainability & Inclusivity, Cool Solutions/Energy Efficiency, Energy Storage & Efficiency, dan Integrated Urban Energy System. Selain itu, tahun ini kembali dibuka pula tema No Boundaries, dimana para mahasiswa dapat bebas berinovasi sesuai dengan peluang efisiensi energi yang mereka anggap relevan dengan kehidupan perkotaan.
Harris M. Yahya menyampaikan, “Kementerian ESDM sangat mendukung kegiatan ini, dengan harapan bahwa mahasiswa sebagai generasi penerus sekaligus agen perubahan dapat terdorong untuk melahirkan inovasi dan melakukan langkah-langkah konservasi energi. Kompetisi ini dapat menjadi sebuah katalisator untuk memulai hal-hal kecil yang memberikan dampak, seperti perubahan perilaku hemat energi dalam kehidupan sehari-hari hingga ke penerapan konsep konservasi energi yang lebih strategis saat mereka memasuki dunia kerja nanti.”
Melalui proses pendaftaran dan penyaringan oleh tim Schneider Electric, terpilih 5 tim finalis, yaitu:
1. Tim Lemon Chiffon dari Universitas Indonesia dengan konsep “STEP”
2. Tim Traveller dari Universitas Indonesia dengan konsep “Bogie Power”
3. Tim Jayakarta dari Institut Teknologi Bandung dengan konsep “AC Exhaust Fan Wind
Turbine”
4. Tim ELITS_GreenWindow dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember dengan konsep
“Thermoelectric Window”
5. Tim C-Buoy dari Institut Teknologi Bandung dan Universitas Gajah Mada dengan konsep
“Wave Powered Communication Buoy for Local Sailor”
Setelah sesi penjurian hari ini, akhirnya terpilih tiga tim pemenang Go Green in the City 2017 yaitu tim Lemon Chiffon dari Universitas Indonesia (Juara 1), tim Traveller dari Universitas Indonesia (Juara 2) dan tim ELITS_GreenWindow dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (Juara 3). Untuk para pemenang, Schneider Electric Indonesia menyediakan total hadiah mencapai Rp45 juta dan juga kesempatan untuk wawancara kerja di Schneider Electric Indonesia. Selanjutnya, tim Lemon Chiffon akan berkompetisi dengan negara Asia Timur lainnya di Go Green in the City tingkat East Asia Regional pada tanggal 11 Juni 2017.
Hal yang berbeda dari pelaksanaan GGITC tahun ini adalah adanya penghargaan Women in Business Award: selain para pemenang pilihan dewan juri, dari masing-masing regional akan dipilih pula satu tim yang kedua anggota timnya berjenis kelamin wanita untuk ikut maju ke tahap grand final. Pada akhirnya, akan terpilih tiga belas tim terbaik dari seluruh dunia untuk diberangkatkan ke Paris dari tanggal 9 hingga 13 Oktober 2017 dan berkompetisi di tahap Grand Final Go Green in the City 2017. Satu tim pemenang akan berkeliling dunia dengan fasilitas VIP bersama Schneider Electric untuk mengunjungi berbagai infrastruktur milik Schndeider Electric serta menjalin jaringan kerja dengan karyawan dan manajemen tingkat tinggi Schneider Electric. (ist)