Sejumlah Tokoh dan Pimpinan Organisasi Datangi DPRD dan Kantor Gubernur Bali Menolak Keras Proyek Penyebaran Nyamuk Wolbachia di Bali
(Baliekbis.com), Sejumlah pentolan organisasi kemasyarakatan di Bali menyatakan sikap tegas menolak proyek dari World Mosquito Program (WMP) yang bekerjasama dengan Universitas Udayana dan Safe the Children (bermitra dengan Yayasan Kerti Praja) yang akan menyebarkan 200 juta bibit nyamuk dengan metode Wolbachia di Bali. Pernyataan sejumlah pentolan organisasi itu menyusul sikap tegas Paiketan Krama Bali per 1 Desember 2023 yang dengan tegas menolak proyek tersebut, menyusul seminar di Unud yang mengendors proyek Nyamuk Wolbachia itu.
Para pimpinan organisasi kemasyarakatan itu seperti Ketum Paiketan Krama Bali, Dr. Ir. I Wayan Jondra, M.Si; Ketua Dekornas Puskor Hindunesia IB Ketut Susena; Pentolan Gema Perdamaian Guru Dharma dan aktivis pendukung Gladiator Bangsa, Dewa Putu Sudarsana mendatangi Gedung DPRD Bali dan Kantor Gubernur Bali pada Jumat 1/12/2023 kemarin untuk menyampaikan sikap tegas penolakan atas proyek penyebaran Nyamuk Wolbachia di Bali.
Ketua Umum Paiketan Krama Bali, Dr. Ir. I Wayan Jondra, M.Si menyatakan, kami Paiketan Krama Bali hari ini sudah menyampaikan sikap tegas menolak Nyamuk Wolbachia karena belum jelas hasilnya dan belum jelas dampaknya. “Ini masih terlalu dini. Janganlah terburu-buru. Kami sangat mendukung Pj. Gubernur untuk menunda dalam waktu tidak tentu. Ini yang menjadi kepentingan kami” ujar Jondra.
Menurutnya, penelitian itu harus dilakukan dalam waktu yang panjang sehingga kita punya referensi. Pihaknya menolak tegas proyek itu karena bertentangan dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2023 tentang : Kesehatan. Setiap penelitian yang melibatkan manusia sebagai subyeknya harus mendapatkan persetujuan masyarakat. “Penelitian itu harus mempertimbangkan betul dampaknya bagi subyeknya. Banyak hal lain yang mereka langgar. Kami krama Bali tidak mau jadi kelinci percobaan. Silakan kalau yang lain mau coba silakan di rumah sendiri” ketusnya.
Menurut Jondra, Bali sebagai daerah Pariwisata jangan dipakai coba-coba. Jika di daerah lain berhasil dan memang hasilnya bagus, dia kita siap beli proyek itu. “Jika Rektor Unud mau coba silakan coba di ruang kerjanya, di rumahnya, silakan coba di lingkungannya sendiri. Jangan sampai melebar ke tempat lain” ujarnya.
Menurut Jondra, kesahihan data harus diuji tidak terbatas karena dimuat di jurnal, apalagi jurnalnya ecek-ecek. Kita ingin butuh waktu yang lama, jika memang kita butuh bibit nyamuk itu terbukti mampu meniadakan pandemiatau dengan istilah “Grubug” di Bali, pihaknya siap urunan untuk membeli itu. Tapi jangan justrru dicobakan di Bali. “Seminar yang dilaksanakan di Unud 30 Nopember 2023 justru menjadi drive kami untuk melakukan sikap ini. Saya minta jangan gadaikan keselamatan Bali ini demi sedikit uang. Kita harus jaga Bali ini kedepan untuk anak cucu kita di Bali” ujarnya.
Ketua Dekornas Puskor Hindunesia, IB K. Susena menyatakan sikap serupa. Ia menolak proyek penyebaran nyamuk Wolbachia. Pihaknya berharap pemerintah menolak dengan tegas, bukan sebatas menunda. “Kita sayangkan Unud membuat seminar yang mengendors proyek penyebaran nyamuk Wolbachia. Kita berharap sampai Senin, 4 Desember 2023, kita tunggu surat dari Dinas Kesehatan untuk diketahui masyarakat Bali” ujarnya.
Pihaknya mau mempertegas bahwa harus ada gerakan penolakan proyek Nyamuk Wolbachia ini. Jika sampai Senin 4 Desember 2023 surat dari Dinkes tidak keluar, maka Puskor Hindunesia akan melakukan tindakan yang lebih serius. Apalagi Pj Gubernur sudah mengatakan menunda. Kita berharap seluruh komponen masyarakat Bali ikut mendukung penolakan ini.
Salah satu Steering Committee Gema Perdamaian, Ir. Ketut Darmika alias Guru Dharma menambahkan, bahwa sesuatu yang baru pastilah ada pro – kotra. Saya membaca dari berbagai sumber bahwa rencana proyek penyebaran Nyamuk Wolbachia ini berbau proyek, motif bisnis. Yang membuatnya terhentak dan ekstrim yakni adalah agenda terselubung di balik proyek itu yakni pemberangusan atau depopulasi penduduk bumi. “Singkatnya, kami minta jangan lakukan percobaan ini di Bali. Kami di Bali sudah harmoni dalam setiap tingkatan melalui filosofi Tri Hita Karana. Saya minta para petinggi, penguasa dan pengusaha sama-sama cooling down, mulat sarira karena sudah ada pernyataan Pj Gubernur menyatakan menunda proyek Wolbachia ini. Mari kita hargai beliau sebagai Guru Wisesa kita” imbuhnya.
Salah seorang aktivis pendukung Gladiator Bangsa, Dewa Putu Sudarsana menambahkan, Pj. Gubernur Bali, Pj. Bupati Buleleng dan Walikota Denpasar sudah menyampaikan statement menunda. Artinya, World Mosquito Program (WMP) tidak memiliki aspek legalitas sehingga proyek penyebaran nyamuk Wolbachia ini tidak memiliki legalitas. Kita nantikan surat dari Dinas Kesehatan Provinsi Bali yang menyatakan posisi Dinkes tegak lurus dengan statement Pj Gubernur Bali yang menyatakan menunda dan tidak menjadikan Bali sebagai lokasi percobaan pilot project penyebaran nyamuk Wolbachia.
Sudarsana menambahkan, pihaknya siap mendatangkan masa yang lebih besar, jika World Mosquito Program (WMP) dan pihak yang diajak bekerjasama dalam penyebaran Nyamuk Wolbachia ini akan memaksakan proyek ini di Bali. Ia minta kepada para oknum pejabat di Bali, janganlah memakai nama institusi untuk memaksanakan proyek ini. “Tolong jangan lanjutkan proyek nyamuk Wolbachia ini di Bali” pintanya.
Selama beberapa bulan berlalu, proyek penyebaran bibit Nyamuk Wolbachia ini gencar dikerjakan oleh pihak-pihak yang terlibat di dalam proyek ini melalui berbagai media, e-fliyer, sosialisasi bagi para anggota eksekutif, yudikatif dan legislatif. Wilayah yang rencananya akan dijadikan lokasi percobaan adalah 9 Kecamatan di Kabupaten Buleleng di 55 desa, sedangkan di Kota Denpasar akan dilakukan di 4 kecamatan dan 24 desa kelurahan.
Melalui e-flyer sosialisasi di Sosial Media WMP Indonesia disebutkan bahwa Wolbachia adalah bakteri alami yang terdapat pada 50% spesies serangga, termasuk beberapa jenis nyamuk, lalat buah, ngengat, capung dan kupu-kupu. Wolbachia tidak ditemukan pada nyamuk Aedes Aegypti, spesies utama yang menularkan demam berdarah dengue (DBD), Chikungunya dan Zika serta Demam Kuning. Wolbachia punya kemampuan untuk melindungi manusia dari penularan DBD akibat gigitan nyamuk Aedes Aegypti. Wolbachia aman bagi manusia, hewan dan lingkungan dan dibawa oleh induk ke keturunannya melalui telur serangga.
Disebutkan bahwa uji coba acak berstandar paling utama tahun 2019-2021 di DI Yogyakarta menunjukkan Wolbachia 77 % menurunkan kasus DBD, dan 86 % lebih menurunkan jumlah pasien rawat inap DBD pada wilayah yang menerapkan metode Wolbachia. Kajian analisis resiko independen terhadap penyebaran ber-Wolbachia dapat diabaikan jika tanpa melakukan apa pun. (ram)