Selama “Karya Agung di Pura Desa dan Puseh” Desa Adat Kerobokan, Krama Meninggal Tak Boleh Diaben
(Baliekbis.com),Desa Adat Kerobokan, Kecamatan Kuta Utara, Kabupaten Badung, menggelar karya agung “Mamungkah, Ngenteg Linggih, Ngusaba Desa, Ngusaba Nini, Tawur Balik Sumpah Utama, Padudusan Agung, dan Segara Kertih, mulai dari Buda Kliwon Gumbreg, 19 Juni 2019 hingga Soma Paing Merakih 9 September 2019. Upacara karya yang telah direncanakan jauh-jauh hari ini akan dipuput 16 sulinggih.
Sesuai petunjuk dari sulinggih, telah dikeluarkan rambu-rambu yang wajib ditaati oleh seluruh krama Desa Adat Kerobokan yang berjumlah sekitar 6 ribu KK. Dimana selama upacara atau karya agung ini berlangsung bila ada warga atau krama yang meninggal dunia maka tidak dibolehkan menggelar upacara ngaben.
“Ketika ada krama yang kena musibah meninggal dunia maka dalam kurun waktu dari 6 Juli hingga 6 Agustus 2019 tidak dibolehkan menggelar upacara ngaben. Namun demikian, krama bisa melakukan mekingsan di geni atau dikubur di setra masing-masing,” jelas Manggala Karya Drs. Anak Agung Ngurah Gde Sujaya,M.Pd., didampingi Bendesa Adat Kerobokan Anak Agung Putu Sutarja. SH., Rabu (19/6) sore di sela-sela upacara Matur Piuning dan Pewintenan Panitia Karya di Pura Desa dan Puseh Desa Adat Kerobokan.
Dijelaskan Desa Adat Kerobokan memiliki 8 setra atau kuburan dan 8 Pura Dalem dengan 50 banjar termasuk yang ada di wilayah Kota Denpasar. Anak Agung Ngurah Gde Sujaya berharap, imbauan ini bisa ditaati oleh seluruh krama desa sehingga karya agung yang menelan anggaran cukup besar ini yakni sekitar Rp6 miliar dapat terlaksana dengan aman, lancar dan sukses.
“Surat edaran dari Jro Bendesa kepada masyarakat sudah diedarkan sehingga kami berharap semua bisa memahaminya,” ujarnya. Karya upacara yadnya ini dilaksanakan menyusul telah rampungnya pembangunan di Pura Desa dan Puseh Desa Adat Kerobokan.
“Upacara ini sebagai wujud rasa stiti-bakti dan angayubagia puji syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas penciptaan alam semesta dan atas segala anugrah yang telah dilimpahkanNya kepada umat manusia.
“Selain itu, karya agung ini juga bertujuan membangun kesadaran kolektif umat sedharma untuk selalu eling akan tugas dan kewajiban kehadapan Sang Pencipta alam semesta dengan segala isinya, termasuk membina hubungan yang harmonis antara manusia dengan Tuhan, hubungan harmonis manusia dengan manusia, dan hubungan harmonis manusia dengan alam lingkungan yang terbalut dalam Tri Hita Karana yakni parhyangan, pawongan dan palemahan,” tambah Bendesa Adat Kerobokan Anak Agung Putu Sutarja, S.H. (bas)