Simulasi Kedaruratan Gempa di SLB Negeri 2 Denpasar

Program simulasi kedaruratan gempa di sekolah menjadi bagian penting dari upaya meningkatkan kesiapsiagaan, terutama bagi siswa berkebutuhan khusus yang memerlukan perhatian khusus dalam menghadapi situasi darurat.

(Baliekbis.com), Simulasi Kedaruratan Gempa di Sekolah dengan tema “Sekolah Ku Tangguh, Prestasi Ku Rengkuh” dilaksanakan Yayasan Plan International Indonesia di SLB Negeri 2 Denpasar, Rabu (28/8).

Dalam kegiatan ini, Plan Indonesia yang merupakan sebuah organisasi di bidang pengembangan masyarakat dan kemanusiaan yang memiliki fokus pada pemenuhan hak-hak anak dan kesetaraan bagi anak maupun kaum muda perempuan ini didukung oleh Prudence Foundation dan Prudential Indonesia.

Direktur Eksekutif Plan International Indonesia Dini Widiastuti menjelaskan kegiatan simulasi ini bertujuan untuk mempersiapkan siswa khususnya anak-anak SLB dalam mengatasi bencana alam seperti gempa bumi.

Program ini telah dimulai pada tahun 2022. “Ini tahap kedua, sebelumnya di Yogyakarta, dan sekarang di Bali. Di Yogyakarta sudah ada perubahan dalam kurikulum, sehingga keberlanjutan program ini terjamin,” ujarnya.

Sementara itu Dewi Satriani selaku Chief Human Resources and Community Investment Prudential Indonesia, menjelaskan kegiatan ini merupakan bagian dari program Corporate Social Responsibility (CSR) Prudential yang tujuannya untuk memberikan kenyamanan dan keamanan bagi lembaga pendidikan, terutama sekolah, agar siap menghadapi bencana alam. “Kami ingin memastikan tenaga pendidik dan siswa siap mengatasi bencana,” ujarnya.

Sementara itu, Kepala Seksi Pelayanan Kegawatdaruratan BPBD Provinsi Bali Putu Wita menyatakan simulasi bencana rutin dilakukan di sekolah dan lembaga di Bali, khususnya setiap tanggal 26.

“Kami di Bali punya kebijakan simulasi setiap bulan sesuai Peraturan Gubernur Bali Nomor 434 Tahun 2002. Ini dilakukan untuk meningkatkan kesiapsiagaan karena bencana, terutama gempa. Bencana tidak bisa diprediksi kapan akan terjadi,” jelasnya.

Gung Mas, pengajar di sekolah tersebut mengingatkan siswa bila terjadi gempa agar masuk ke kolong meja. “Ambil tas, kalau tidak ada tas bisa lindungi kepala dengan tangan, lalu berlindung di bawah meja dan menjauh dari kaca. Kalau gempa sudah berhenti, pelan-pelan berjalan ke lapangan,” pesan Gung Mas.

Gung Mas mengakui memang ada sedikit kesulitan berkomunikasi dengan siswa berkebutuhan khusus, namun sejauh ini anak-anak tetap dapat mengikuti arahan yang diberikan guru. Pelaksanaan simulasi di SLB Negeri 2 Denpasar yang diikuti puluhan siswa berjalan lancar. Siswa antusias mengikuti kegiatan yang dilaksanakan. (ist)