Sosialisasi Empat Konsensus Berbangsa, Dr. Mangku Pastika: Anak Muda Jangan Apatis dan Salah Pilih

Bangsa Indonesia akan melaksanakan Pemilu Serempak pada 2024. Pemilu akan memilih Calon Eksekutif (Presiden dan Wakil Presiden) dan Calon Legislatif (DPR, DPD DPRD) pada 14 Februari 2024. Sedangkan Pemilukada (Pemilihan Umum Kepala Daerah) dilaksanakan pada 27 November 2024. Pemilu sebagai bagian dari demokrasi yang notabene merupakan pelaksanaan kedaulatan rakyat. Pelaksanaan Pemilu ini, di samping bertujuan untuk membentuk pemerintahan yang demokratis, kuat dan memperoleh dukungan rakyat juga merupakan implementasi dari tujuan nasional dan sesuai dengan UUD 1945.

(Baliekbis.com), Anggota MPR RI Dr. Made Mangku Pastika,M.M. mengatakan Indonesia beberapa kali sempat terancam perpecahan akibat adanya sejumlah pemberontakan. Namun hal itu tak sampai terjadi.
Karena itu empat konsensus kebangsaan yang merupakan nilai-nilai luhur yakni Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan dan Bhinneka Tunggal Ika menjadi sangat penting dan harus dipahami oleh seluruh masyarakat dan menjadi panduan dalam kehidupan untuk mewujudkan bangsa dan negara yang adil, makmur, sejahtera dan bermartabat.

“Jadi empat konsensus ini perlu terus disosialisasikan. Perlu diberi pemahaman agar tahu maksudnya, jangan sekadar hafal. Jadi harus diingatkan terus agar tak menjadi kabur sehingga bisa diwariskan dengan benar,” ungkap Mangku Pastika yang juga Anggota DPD RI dapil Bali ini pada
kegiatan Sosialisasi Empat Konsensus Berbangsa yang mengangkat isu Pemilu Serempak dengan tema “Pemilu 2024: Upaya Memperkokoh Empat Konsensus Kebangsaan”, di Universitas Bali
Internasional Denpasar, Sabtu (22/7).

Sosialisasi dipandu Tim Ahli Ir. Nyoman Baskara, M.M. didampingi Ketut Ngastawa dan Nyoman Wiratmaja dihadiri Rektor Universitas Bali Internasional Prof. Dr. dr. I Made Bakta, Sp.D. (KHOM) dan ratusan mahasiswa. Hadir sebagai narasumber Dr. Gede Marhaendra Wija
Atmaja, S.H., M.Hum. dan Dr. Drs. I Nyoman
Subanda,MSi.

Menurut Mangku Pastika, dalam era global, dunia makin mengecil dengan adanya kemajuan teknologi. Semua jadi transparan dan ada jejak digitalnya.
Terlebih jelang pemilu, apakah pemilu dapat memperkokoh konsensus. Pemilu itu sangat penting karena akan menentukan nasib bangsa ke depannya.

Karena itu peran generasi muda, anak muda sangat menentukan nasib bangsa ini. “Jadi saya harap jangan apatis, mulailah pilih-pilih siapa yang pantas. Yang penting adalah Pemilu dapat memperkokoh empat konsensus berbangsa. Sekarang masih cukup waktu sampai 14 Pebruari 2024. Ini menentukan nasib kita. Jangan salah pilih, agar tak penyamun yang kita pilih,” ujar Gubernur Bali 2008-2018 ini.

Diingatkan pula, anak muda jangan ‘koh’ ngomong, harus berani tampil, berani ngomong. Sebab perubahan harus dimulai dari orang-orang berani, dikawal oleh orang pintar dan harus diselesaikan oleh orang yang tulus.

Sementara itu Rektor Universitas Bali Internasional Prof. Bakta mengatakan anak muda harus punya wawasan politik, meski tak terjun ke politik. Karena itu topik Pemilu Serempak dengan tema “Pemilu 2024: Upaya Memperkokoh Empat Konsensus Kebangsaan” ini sangat penting.

“Motor penggerak kebangsaan itu pemuda. Kalau tak bisa pertahankan empat konsensus ini gak perlu waktu puluhan tahun, besok pun kita bisa runtuh,” ujar mantan Rektor Unud ini. Generasi muda merupakan garda terdepan yang memikul tanggung jawab untuk mengisi kemerdekaan dengan pelaksanaan nilai-nilai kebangsaan, dalam proses pembangunan ke arah yang lebih baik.

Narasumber Dr. Subanda mengatakan daya kritis dari pemilih. Oleh karena itu harus mengerti dan paham konsep bernegara, paham tujuan pemilu, paham kualitas track record dan integritas calon, paham tahapan  mekanisme dan akses informasi tentang Pemilu.

Dikatakan masyarakat sebagai informan, kontrol sosial dan evaluator. “Bagaimana kita terlibat memberikan ruang untuk menyeleksi dari awal sehingga bisa memilih orang yang benar untuk mewakili kita. Jangan jual harga diri dan idealisme karena itu masa depan kita,” ungkap Subanda.

Kalau sampai memilih pemimpin yang ugal-ugalan maka kebijakannya juga ugal-ugalan. Pemilu mestinya menghasilkan pemimpin yang akan merealisasikan programnya saat di kampanye ketika terpilih. Pemimpin harus mampu menjawab berbagai persoalan masyarakat dan mau mendengar aspirasi masyarakat.

Mahasiswa tambah Subanda bisa mengundang calon agar menyampaikan visi-misi. Hasil penelitian ada caleg sudah menyiapkan serangan fajar, ada juga yang sistem agen sehingga merasa tidak perlu sosialisasi lagi. Isu dalam politik,  kecurangan dalam pemilu selalu ada.

Dr. Gede Marhaendra Wija Atmaja SH, M.Hum, Dosen Fakultas Hukum Unud memaparkan secara detail tentang UUD 45 dan Pancasila.(bas)