Sosialisasi “Empat Konsensus Berbangsa”, Dr. Mangku Pastika,M.M. Dorong Anak Muda Jadi Pemimpin yang Pancasilais

Pemahaman terhadap empat konsensus kebangsaan yakni Pancasila, UUD 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan Bhinneka Tunggal Ika harus menjadi perekat terhadap nilai-nilai budaya lokal yang ada guna membangun bangsa yang tangguh.

(Baliekbis.com), Untuk membangun dan menjaga keutuhan bangsa ini diperlukan pemimpin yang tangguh dan memiliki banyak kelebihan.

“Jadilah strong leadership untuk membangun dan memajukan bangsa ini. Pemimpin harus punya nalar, nurani dan nyali besar. Pemimpin itu bukan manusia biasa, tapi manusia luar biasa yang miliki banyak kelebihan,” ujar Anggota MPR RI Dr. Made Mangku Pastika,M.M. saat menjadi narasumber kegiatan “Sosialisasi Empat Konsensus Berbangsa” dengan tema “Pancasila dan Leadership” pada Selasa (23/1/2024) bertempat di SMA Taruna Mandara, Ds. Kaliasem, Buleleng.

Sosialisasi yang dihadiri ratusan peserta dari sejumlah komponen serta siswa SMA Taruna Mandara itu menghadirkan pula narasumber Prof. Dr. I Nengah Suastika,S.Pd., M.Pd. selaku Dekan FH dan Ilmu Sosial Undiksha dan akademisi Undiksha Dr. Made Sugi Hartono,S.H.,M.H.

Mangku Pastika yang juga Anggota DPD RI dapil Bali ini menegaskan kalau kemampuan seseorang itu biasa-biasa saja maka tidak bisa menjadi pemimpin yang tangguh. Bahkan akan diremehkan karena tidak dianggap oleh bawahannya. “Emangnya kamu bisa apa, main suruh-suruh saja,” ujar Mangku Pastika.

Karena itu menjadi calon pemimpin itu harus dipersiapkan dengan baik, punya semangat tinggi, disiplin, jujur dan bertanggung jawab. “Pemimpin itu harus memiliki daya tahan dan tidak mengenal menyerah. Inilah dasar menjadi pemimpin yang tangguh,” tambah Gubernur Bali 2008-2018 ini.

Mangku Pastika juga mendorong agar generasi muda menjadi pemimpin yang Pancasilais, punya rasa adil, nurani dan tanggung jawab terhadap nasib bangsa ini.

Dijelaskan Pancasila tercantum dalam Pembukaan UUD 45 yang tak boleh dirubah. Kalau ini dirubah maka negeri ini bisa bubar. Karena itu seluruh warga negara Indonesia wajib menghayati dan mengamalkannya. Dalam Pancasila mengandung nilai-nilai luhur, keadilan, persatuan dan demokrasi.

Kepada ratusan siswa Taruna Mandara juga diingatkan sebagai calon pemimpin bangsa maka harus melakukan persiapan dengan baik. Sehingga ketika menjalankan kegiatan sudah tahu dan paham apa yang akan dilakukan. “Kalian digembleng di sini bukan untuk jadi ‘follower’ (pengikut) tapi menjadi pemimpin sesuai janji taruna,” pesannya.

Sementara itu Prof. Dr. I Nengah Suastika, S.Pd., M.Pd. mengaku salut dengan sistem berasrama yang diterapkan SMA Taruna Mandara. “Ini sekolah yang menjadi impian banyak orang karena membangun karakter menyatu dengan alam. Dengan model pendidikan seperti ini saya yakin bisa menjadi pemimpin masa depan. Ini bisa menggembleng moralitas dan keterampilan,” tegasnya.

Ia mengingatkan tentang pentingnya Pancasila meski banyak pilihan idiologi. “Pancasila ini menjadi penting karena negara kita terdiri dari berbagai macam etnis, ada 6 agama dan satu kepercayaan. Jarang ada negara seperti itu, namun ini juga bisa menjadi potensi masalah dan isu yang bisa bikin perpecahan. Kita juga negara kepulauan. Ini juga timbulkan masalah. Seperti adanya keinginan sekelompok orang untuk merdeka. Bahkan ada yang ingin mengganti ideologi Pancasila,” ujarnya.

Demikian pula munculnya politik identitas. Banyak negara mengalami perpecahan karena perbedaan ideologis. “Hancurnya negara karena perpecahan internal dan perebutan kekuasaan. Kalau kita mau negara hebat maka harus bersatu. Penting menjaga karakter dan jati diri,” pungkasnya.

Dr. Made Sugi Hartono mengingatkan saat ini dunia (internasional) dalam kondisi tidak tenang. Ada perang dagang dan perang senjata. Mereka masih berjuang bertahan hidup. “Kita di sini masih aman dan damai. Ini harus bisa terus dijaga,” jelasnya. Namun perlu diwaspadai sebab dengan keberagaman, multietnis bisa berpotensi terjadinya disintegrasi.

Dr. Sugi mengingatkan pentingnya strong leadership sebab tanpa pemimpin yang tangguh dan nakhoda yang kuat tak mungkin bangsa ini bisa besar. “Kuncinya karakter. Pemimpin harus memiliki karakter yang kuat. Seperti yang diajarkan Ki Hajar Dewantoro,” tambahnya. (bas)