Sosialisasi Empat Pilar, Rai Mantra: Keberagaman merupakan Sumber Energi Bangsa Menghadapi Ancaman Dunia Modern dan Digital
(Baliekbis.com), Sosialisasi Empat Pilar merupakan bagian dari tugas konstitusional Anggota MPR RI dalam rangka memasyarakatkan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika.
Hubungan sosial kebudayaan antara umat Hindu dan ‘braya’ Muslim di Karangasem adalah wujud implementasi nilai-nilai kebhinekaan yang menggambarkan toleransi yang mendalam di tengah keberagaman.
“Keberagaman bukanlah penghalang, melainkan sumber energi bangsa dalam menghadapi segala ancaman, gangguan, hambatan, dan tantangan utamanya di tengah perkembangan dunia modern dan digital yang semakin pesat,” ujar Anggota MPR RI I.B. Rai Dharmawijaya Mantra saat kegiatan Sosialisasi Empat Pilar di Puri Agung Karangasem, Selasa (22/4/2025).
Rai Mantra yang juga Anggota DPD RI dapil Bali mengatakan dalam menata hubungan masyarakat, 4 Pilar harus dijadikan pondasi sehingga dapat tercipta kehidupan masyarakat yg aman, nyaman, adil dan sejahtera.
“Hubungan antara Puri dan Braya Muslim adalah bentuk nilai integrasi kebudayaan dan sosial, melebihi nilai toleransi dalam kerumunan beragama berkelanjutan serta memperkuat ketahanan nasional,” jelas Rai Mantra.
Sosialisasi 4 Pilar MPR RI yang bertajuk “Harmoni Dalam Keragaman Budaya” dihadiri oleh Angga Puri, Angga Griya, Braya Muslim, dan tokoh masyarakat setempat. Sosialisasi ini bukan hanya untuk memperdalam dan memperkuat pemahaman masyarakat tentang 4 Pilar MPR RI, tetapi juga menjadi bukti nyata implementasi 4 Pilar dalam kehidupan bermasyarakat.
Hubungan sosial kebudayaan yang terjadi antara Umat Hindu dengan Braya Muslim di Karangasem sudah terjalin sejak lama. Hubungan yang ada bukan lagi tolernasi tetapi lebih dalam daripada itu, yakni intergasi. Cikal bakalnya memang tidak terlepas dari keberadaan Raja Puri Ageng Karangasem yang sangat memperhatikan umat muslim disana.
“Dahulu ada seorang Pengayah berasal dari Grembeng yang rajin sekali dan Raja menaruh empati kepadanya. Suatu saat dia meninggal dan dikuburkan di wilayah suci Puri, karena demikian Raja kemudian memberikan lahan kepada Braya Muslim untuk dijadikan pemakaman. Inilah kemudian yang menjadi salah satu cikal bakal eratnya hubungan umat hindu dan Braya Muslim di Karangasem,” ujar H. Mursyid, Tokoh Muslim Karangasem.
Braya Muslim di Karangasem terlibat aktif dalam berbagai aktivitas ritual dan kebudayaan di Puri, misalnya ngayah menjadi pemukul bende dan juru sapuh pada saat piodalan di Pura Bukit. Interaksi antara umat Hindu dan Braya Muslim juga terlihat dari keikutsertaannya dalam organisasi adat seperti Subak dan Jaga Baya. Braya Muslim juga turut matetulungan (menolong/membantu) dan ngejot (memberikan hantaran) ketikan sanak saudaranya (Umat Hindu) melaksanakan upacara adat.
Interaksi kebudayaan terwujud pula dalam persilangan kesenian antara Gong Kebyar dan Rebana, serta penggunaan Bahasa Bali dalam Kehidupan Plural. Hal ini menandakan bahwa toleransi yang mendalam (inetgrasi) akan memperkuat dan memperkaya kebudayaan itu sendiri.
A.A. Bagus Partha, Pengageng Puri Ageng Karangasem menyampaikan bahwa “Kami (Angga Puri) mewarisi tradisi sosial budaya yang sudah terjadi sejak lama. Tradisi yang terbentuk dalam pola hubungan ini adalah wujud pengamalan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika.”
Pola hubungan yang tercipta ini adalah Aset/Modal Budaya yang sulit ditiru. Dalam halnya, modal ini adalah kekuatatan untuk mempertahankan kehidupan dan juga penghidupan. Apalagi saat ini kita menghadapi tantangan antara Etik Agama / Kebudayaan dengan Kapitalistme yang menimbulkan goncangan pada 4 Pilar MPR RI.
“Ketika yang dikapitasi hanya kapital yang dikejar hanyalah materi dan akan habis pada waktunya. Namun ketika budaya yang dikapitasi, yang terjadi adalah integrasi sosial kebudayaan yang berkelanjutan sebagaimana yang terjadi hari ini. Kita berkumpul disini juga bukan atas dasar materi, tetapi adanya kesadaran kolektif untuk bersama menajga nilai-nilai dan tata krama yang telah lama terbentuk,” ujar IB. Rai Dharmawijaya Mantra.
Hubungan Umat Hindu dan Braya Muslim di Karangasem memang sangatlah sulit ditiru, dibutuhkan pemahaman yang mendalam dan kesadaran untuk bersama-sama menjaga nilai yang ada. Ini dapat menjadi percontohan nasional dalam rangka menjaga kerukunan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pola hubungan ini juga semakin menegaskan bahwa Budaya adalah pertahanan terkuat yang memberikan signifikansi bagi terwujudnya ketahanan nasional. (ist)
Leave a Reply