Spirit ‘Rwa Bhineda’ di Balik Uluwatu Handmade Balinese Lace yang Mendunia
(Baliekbis.com), Pakaian siap pakai yang diproduksi secara handmade (buatan tangan) masih tetap eksis bahkan makin banyak diminati.
“Kami telah melakoni usaha ini sejak tahun 70-an dan tetap eksis hingga saat ini,” ujar Ni Made Jati, pendiri Uluwatu Handmade Balinese Lace saat menerima kunjungan reses Anggota DPD RI dapil Bali Dr. Mangku Pastika, M.M., Rabu (31/7) di Jalan By Pass Ngurah Rai Denpasar.
Dalam Reses dengan tema “Prospek Produk Export di Tengah Persaingan Global”, Mangku Pastika didampingi Tim Ahli Nyoman Baskara, Ketut Ngastawa dan Nyoman Wiratmaja.
Uluwatu Handmade Balinese Lace yang membuat pakaian yang dikerjakan dengan tangan (handmade) tetap memiliki pangsa pasar luas. Bahkan pakaian handmade ini bisa bertahan lama.
Menurut Jati didampingi manajernya Iwan, pakaian dan seprai yang dibuat dengan renda buatan tangan telah menyebar ke berbagai belahan dunia. Uluwatu juga menghasilkan kebaya, blus, celana pendek, rok dan dress.
Yang unik dari Uluwatu Handmade ini, semua hasil karyanya hanya (berwarna) hitam dan putih. Ini menguatkan pada konsep rwa bhineda sebagai sesuatu yang terdiri atas dua unsur yang saling berseberangan, seperti siang dan malam, atas dan bawah, baik dan buruk. Namun, kedua unsur tersebut tidak dapat berdiri sendiri dan saling membutuhkan.
Mangku Pastika memuji apa yang dibuat Uluwatu Handmade ini sebagai karya kelas dunia. “Ini hasil cipta, rasa dan karya yang luar biasa. Dan pasti ada yang unik dan istimewa sehingga diterima berbagai kalangan,” ujar Gubernur Bali 2008-2018 ini.
Mangku Pastika pun menjelaskan tentang hitam-putih yang pada pokoknya bukan warna melainkan dasar yang dapat menciptakan warna lainnya. “Coba perhatikan warna pelangi yang terdiri merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila dan ungu tidak ada hitam dan putih,” ujarnya.
Di sisi lain, Mangku Pastika memuji peran dan kemampuan wanita (Bali) yang ulet, tekun dan inovatif. “Bisa mencapai seperti ini tentu tidak mudah dan perlu waktu panjang,” puji Mangku Pastika atas apa yang dilakukan Made Jadi.
Perjuangan Made Jati terbilang cukup panjang. Ia sempat menjadi pedagang acung di pantai, dan pemain surfing. Ia mengaku gelombang yang mengeluarkan buih menjadi inspirasinya untuk menciptakan desain pada produknya.
Dan untuk menghasilkan sebuah karya memerlukan proses yang panjang. Tiap produk sampai 12 proses dengan melibatkan banyak tenaga. “Pakaian atasan paling banyak. Kita sedang jajaki market remaja dan anak muda. Kita bisa bikinkan apa maunya anak muda,” ujar Made Jati.
Uluwatu Handmade Balinese Lace adalah perjalanan penuh semangat seorang wanita untuk menciptakan produk fashion luar biasa dengan kerajinan tradisional Bali. Ini adalah perjalanan lebih dari 50 tahun. Pada awal tahun 1970-an, Jati mengubah kecintaannya pada renda Bali menjadi sebuah bisnis.
Uluwatu Handmade Balinese Lace mempekerjakan lebih dari 500 pengrajin di sebuah atelier yang benar-benar modern. Atelier di Tabanan, Bali ini terintegrasi secara vertikal untuk membuat produk yang lengkap. Ini adalah pabrik tanpa emisi dan sangat berkomitmen pada manufaktur berkelanjutan. Sejak awal, budaya perusahaan ini berkomitmen pada FairTrade, Fashion Circularity, Blockchain, & Ethical Sourcing, dan saat ini sedang dalam proses sertifikasi.
Berkomitmen pada Kerajinan
Perusahaan ini juga berkomitmen pada sumber etis, dan akan memastikan semua bahan bakunya organik, didaur ulang atau didaur ulang ulang pada tahun 2025. Bukan hanya keterampilan kerajinan tetapi juga gaya yang membedakan Uluwatulace. Palet desain selalu global. Hari ini, para desainer mengeksplorasi tren fashion global untuk memastikan klien dari seluruh dunia mendapatkan produk terbaik. (bas)