STMIK Primakara Tuan Rumah GSI, Made Artana: Startup Harus Jeli Lihat Peluang Pasar
(Baliekbis.com),Banyaknya startup yang tak jalan umumnya karena produknya tidak diterima pasar serta tidak didukung tim yang solid.
“Mereka bikin produk yang tidak dibutuhkan pasar. Sehingga saat diproduksi tak laku. Jadi sebelum produksi, startup harus jeli melihat peluang yang ada,” ujar Ketua Yayasan STMIK Primakara Made Artana, Selasa(1/10/2019) di sela-sela acara Mentoring & Kompetisi GoStartup Indonesia (GSI) yang berlangsung di kampus STMIK Primakara Jalan Tukad Badung Denpasar.
Untuk itu, saran Artana, sebuah startup sebelum memproduk sesuatu harus ada semacam tes pasar, ada validasi pasar seperti apa peluangnya dan daya serap pasarnya. Selain pasar menurutnya kendala yang kerap dialami startup ini karena tidak didukung tim yang kompak.
Biasanya tiap startup itu ada tiga anggota pelakunya. Jadi secara tim mereka harus solid dan memiliki kompetensi. “Tim sangat diperlukan oleh startup agar lebih kuat dan lebih luas jaringannya. Jadi masing-masing di dalam tim memiliki kemampuan yang seimbang. Gak boleh hanya satu saja yang bagus, semuanya harus merata,” tambah Artana.
Dikatakan startup dalam perjalanannya tidak sedikit yang gagal. Amerika saja sebagai negara asal startup ini setiap tahunnya lahir sekitar 17 ribuan startup. Namun 12 ribu di antaranya gagal. Tapi ada 5 ribuan yang jalan. Di Bali sendiri menurut Artana kondisinya tak jauh beda. “Saya kira ada seratusan yang lahir tiap tahunnya. Sebab dari Primakara sendiri ada puluhan,” tambahnya.
Namun diingatkan agar para startup ini tidak putus semangat menghadapi tantangan dan persaingan yang ada. Proses belajar sangat penting bagi startup agar bisa maju ke depannya.
Terkait digelarnya kompetisi GSI di STIMK Primakara, Artana mengaku senang sebab Primakara selama ini sangat konsisten dengan ekosistem startup. STMIK Primakara adalah merupakan Kampus IT Terbaik Bali Nusra.
“Jadi kita sangat mengapresiasi Primakara dipercaya jadi tuan rumah GoStartup Indonesia Roadshow oleh Bekraf (Badan Ekonomi Kreatif) Indonesia. Kita makin dapat ruang dengan digelarnya GIS ini,” ujarnya.
Menurut Artana, Primakara mendapat hal-hal positif dari digelarnya acara ini, seperti branding, di internal Primakara sendiri, mereka makin yakin dengan lembaga ini, juga networking yang semakin luas. Sebab Bekraf juga datang bawa investor. Startup yang berkembang bisa dibantu dicarikan dana pembinaan.
Primakara sendiri telah menjalin kerja sama dengan Pemkab Badung dalam hal pengembangan startup yang terkait dengan program di Badung seperti pertanian. Ditanya masalah modal, menurutnya dukungan dari luar (investor) terkait pendanaan/permodalan jangan dijadikan hal utama. Startup harus bisa berdiri sendiri. Tapi kalau sudah jalan maka bisa dapat modal.
“Sekarang sudah tak zamannya bikin startup cari investor. Karena investor juga menilai keadaan startup. Tapi kalau dinilai prospektif pasti invertor tak segan-segan akan membantu,” ujar Artana.
Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) melalui Direktorat Akses Non Perbankan, Deputi Akses Permodalan melaksanakan kegiatan Mentoring dan Kompetisi GoStartup Indonesia
di STMIK Primakara Technopreneurship Campus, Jl. Tukad Badung No.135, Denpasar.
Dalam kegiatan yang diikuti ratusan milenial ini hadir sebagai
narasumber Deputi Akses Permodalan Bekraf Fadjar Hutomo, Direktur Akses Non Perbankan Bekraf Syaifullah dan Kasubdit Modal Ventura Bekraf Herwanto Sidik Prabowo.
Juga Ketua Yayasan STMIK Primakara Made Artana, Rieke Carolina selaku CEO Kontrak Hukum, Mehr Vaswani (Startup Business Development Associate Amazon Web Service/AWS), Eddi Danusaputro selaku CEO Mandiri Capital Indonesia (MCI), Hendriko Gani (Analyst Sucor Sekuritas) dan Chrish Saragih, Wakil Ketua Amvesindo II Bidang Legal & Government Business Alliance. (bas)