Sudikerta Ajak Masyarakat Perkokoh Desa Pakraman dan Cintai Produk Lokal
(Baliekbis.com), Calon Wakil Gubernur Bali nomor urut 2, I Ketut Sudikerta mengajak masyakat Bali untuk terus memperkokoh eksistensi desa pakraman dan selalu mencintai dan menggunakan produk lokal terutama buah lokal dalam berbagai upacara. Hal ini disampaikan Sudikerta saat menghadiri upacara peletakan batu pertama pembangunan Pura Gria Sakti Serongga, Kesiman, Kabupaten Gianyar, Sabtu (2/6). Dalam upacara tersebut, Sudikerta didampingi oleh para pengurus Partai Golkar dari DPD Gianyar, perwakilan Tim Koalisi Rakyat Bali (KRB) tingkat provinsi, tokoh-tokoh masyarakat, para relawan Mantra-Kerta dan pemimpin agama lainnya.
Upacara tersebut dihadiri oleh ratusan peserta yang datang dari berbagai daerah di Gianyar. Hadir juga para tokoh dari Dadia Arya Wang Bang Pinatih.
Pada kesempatan itu, calon wakil gubernur dari Kuta Selatan tersebut diberikan kesempatan untuk memberikan arahan dan dharma wacana. Di hadapan ratusan masyarakat yang hadir, Sudikerta meminta agar masyarakat Bali umumnya, dan Gianyar khususnya agar terus memperkokoh desa pakraman sebagai benteng budaya Bali. “Untuk mendukung semangat krama dalam memperkokoh desa pakraman, Mantra-Kerta memprogramkan bantuan Rp 500 juta per tahun. Ini pasti bisa direalisasikan,” kata Sudikerta. Pihaknya juga mendorong krama desa lebih menggunakan dan mencintai produk lokal, terutama dalam upacara agama dan tradisi. Ia meminta agar masyarakat mengurangi produk import dalam berbagai sarana upacara terutama buah-buahan. “Kalau kita menggunakan produk lokal, buah-buah lokal maka petani buah di Bali akan sangat terbantu. Selain buahnya laku, juga buah lokal Bali akan terpromosi dengan sendirinya,” ujarnya.
Ia juga menyampaikan bahwa salah satu program unggulan Mantra-Kerta di bidang pertanian adalah memberikan perhatian lebih terhadap petani di Bali. Salah satunya adalah dengan memberikan kartu tani Nawacandra kepada petani. Dalam kartu tani Nawacandra itu, petani akan mendapatkan subsidi pupuk organik, subdisi bibit, dan berbagai bantuan lainnya. Pemerintah akan menyiapkan anggaran khusus bagi para petani di Bali untuk meningkatkan produksinya.
Selain itu, Sudikerta juga mengajak masyarakat untuk tidak berlebihan atau boros dalam beryadnya atau saat menggelar upacara. “Beryadnya tidak harus berlebihan karena bisa memberatkan diri sendiri. Bukan berarti mengurangi dari yadnya tersebut. Yadnya seharusnya dilakukan dengan semampunya dan tidak mengurangi makna dari yadnya itu sendiri,” ujarnya. Jangan sampai beryadnya itu membuat orang jadi susah, atau sebaliknya membuat orang menonjolkan diri. Maknanya dan niatnya jangan menjadi pudar karena sarana-sarana yang terlalu mewah dan berlebihan.(nwm)