Suksma Bali 2019 “Social & Charity Dinner”, Wagub Harapkan Kesadaran Masyarakat Menjaga Alam makin Meningkat
(Baliekbis.com),Wakil Gubernur Bali Tjokorda Artha Ardana Sukawati mengharapkan di masa mendatang kesadaran masyarakat dan rasa syukur pada semua karunia yang telah diberikan Tuhan melalui tanah dan alam Bali, akan semakin meningkat.
“Karena di tanah Bali ini kita lahir dan tanah Bali ini yang selalu menghidupi kita,” kata Wagub yang akrab disapa Cok Ace ini pada acara Suksma Bali 2019 Social and Charity Dinner, di Harris Hotel Sunset Road, Kuta, Badung, Rabu (18/12/2019) malam.
Pada acara tersebut juga diserahkan penghargaan kepada 12 tokoh yang dianggap berjasa kepada Bali di berbagai bidang seperti adat, budaya, pendidikan, pemerintahan hingga lingkungan. Turut hadir Ketua Dekranasda Provinsi Bali Ny. Putri Suastini Koster, Ketua PHDI Bali Mayjen (Purn.) Wisnu Bawa Tenaya dan Ketua MADP Bali Ida Penglingsir Putra Sukahet serta
Dijelaskan Cok Ace, budaya Bali kini lahir dengan dijiwai agama Hindu dan tradisi adat istiadat yang telah diwariskan secara turun temurun. Dan tidak dipungkiri, budaya adalah daya tarik wisata Bali. Wagub atas nama Pemerintah Provinsi Bali mengucapkan selamat atas suksesnya acara yang diprakarsai Paiketan Krama Bali ini.
“Suksma Bali ini merupakan gerakan moral yang dirintis para tokoh dan panglingsir kita, dimana di tahun kedua pelaksanaannya melibatkan hampir seluruh masyarakat, Pemerintah Provinsi dan Kabupaten,” ucapnya.
Press Conference Suksma Bali 2019
Sebelumnya, dua kegiatan utama telah dilaksanakan yakni pertama “World Cleanup Day” pada tanggal 21 September 2019. Kegiatan ini sebagai wujud terima kasih kepada alam atau Suksma Palemahan. Kegiatan kedua Gerakan Suksma Bali 2019, adalah simposium pada 17 Oktober 219 di Wiswa Sabha Utama Kantor Gubernur Bali, Renon. Simposium ini mengangkat tema “Menjaga dan menyelamatkan keberlangsungan air Bali”. Dalam simposiom ini juga ditandatangani deklarasi “Panca Kriyamana” yang berarti lima langkah nyata yang berdampak pada masa depan.
Suksma Bali 2019 merupakan kegiatan kedua dimana kegiatan yang pertama sudah dilaksanakan tahun 2018. Suksma Bali merupakan sebuah gerakan terima kasih kepada Pulau Bali dimana gerakan ini merupakan manifestasi refleksi dukungan kepada budaya, lingkungan dan seluruh masyarakat Bali.
I Gusti Agung Ngurah Darma Suyasa
Spirit dan roh dari Gerakan Suksma Bali tahun 2019 masih tetap sama seperti pada penyelenggaraan tahun 2018 yaitu tiga poin utama “Suksma Parahyangan”, “Suksma Pawongan” dan “Suksma Palemahan”. Ketiganya merupakan bentuk pengimplementasian dari visi pembangunan Nangun Sat Kerthi Loka Bali yang mengandung makna menjaga kesucian dan keharmonisan alam Bali beserta isinya untuk mewujudkan kehidupan krama dan gumi Bali yang bahagia dan sejahtera sekala-niskala.
Menurut Wagub Cok Ace, Gerakan Suksma Bali merupakan perwujudan terima kasih pada alam. “Dengan bersih-bersih, penghijauan, pelepasan tukik dan puncaknya pada Rawur Agung Kasanga, Bali tak hanya bersih secara sekala, tapi juga niskala. Kita tekankan juga pada adik-adik siswa kita, seperti apa nikmat yang diberikan alam Bali,” paparnya.
Sebelumnya dalam jumpa pers, Ketua Gerakan Suksma Bali 2019 I Gusti Agung Ngurah Darma Suyasa mengatakan Gerakan Suksma Bali terinspirasi dari filosofi Tri Hita Karana yang merupakan nilai luhur masyarakat Bali.
“Suksma Bali sudah jadi bagian dari World Cleanup Day. 59 ribu orang lebih pegiat lingkungan dan relawan yang turun di 70 titik di Bali. Bersih-bersih sampah plastik, dilanjutkan simposium penyelamatan air Bali, hingga penandatanganan komitmen pelestarian lingkungan,” jelasnya.
Ketua Paiketan Krama Bali Anak Agung Suryawan menyebut acara ini adalah puncak dari beragam kegiatan sebagai komitmen pelestarian lingkungan di Bali. “Suksma Bali Award adalah penghargaan kepada tokoh dengan kontribusi nyata kepada Bali. Putra-putri terbaik yang mencurahkan pikiran dan loyalitasnya pada Bali,” ungkapnya.
Dosen Pariwisata Unud ini juga mengimbau agar semua pihak sama-sama bergabung dengan gerakan Suksma Bali ini untuk menjaga keajegan Bali. “Dengan didukubg banyak pihak maka gerakan ini bisa bisa terus berlanjut dan makin luas,” harapnya.
Ida Rsi Wisesanatha mengatakan bumi saat ini sedang mengalami masa transisi dari zaman Kaliyuga ke zaman Kertayuga. Kemungkinan besar di masa transisi ini, bumi termasuk Indonesia akan mengalami guncangan dan dapat menimbulkan bencana.
“Petunjuk niskala yang diterima, diperlukan doa & ritual penyangga di 18 titik di pulau Bali. Oleh karena itulah upacara Bedawang Yadram dilaksanakan di tempat-tempat suci tersebut. Kasih dewata & dewati menurunkan aksara – aksara suci yang dimohonkan dapat menjaga keajegan Bali Dwipa dalam masa transisi ini,” jelasnya. Upacara Bedawang Yadram dengan melepas penyu ini dilaksanakan di antaranya di pantai Tanah Lot, Pura Geger, Uluwatu, Masceti, Petitenget, Goa Lawah, Padanggalak, Segara Rupek, Menjangan, Pulaki dan Ponjok Batu. (bas)