“Sunset Clean Up” di Pantai Kuta Libatkan Ratusan Warga dan Edukasi Pedagang Memilah Sampah

(Baliekbis.com), Sekitar 500 warga dari berbagai komponen melakukan gerakan bersih sampah di seputaran Pantai Kuta, Pantai Sakeh, Pantai Jerman dan Candi Bentar, Jumat (15/9) sore. Selain bersih sampah, kegiatan tersebut juga dirangkai dengan mengedukasi para pedagang sekitar tentang pemilahan sampah.

Gerakan yang dikemas dalam “Sunset Clean Up” tersebut berhasil mengumpulkan sekitar 100 kg sampah. Sunset beach clean up ini sebagai bagian program kerja atau rencana aksi nasional yang dilakukan oleh Tim Koordinasi Nasional Penanganan Sampah Laut.

“Kita sudah sejak 2018 sampai sekarang selalu berkegiatan di berbagai tempat yang secara data sudah menghasilkan sampah plastik yang luar biasa. Tahun 2020 zaman Pak Sandiaga Uno sebagai Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, beliau melakukan kegiatan itu di pantai Kuta ini. Kita mengundang komunitas untuk melakukan beach clean up. Selain di Bali, juga kita lakukan di Labuan Bajo, Banyuwangi, Danau Toba dan Lombok,” ujar Direktur Tata Kelola Destinasi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indra Ni Tua di sela-sela gerakan tersebut, Jumat (15/9) sore di Pantai Kuta.

Indra menjelaskan sampah plastik ini secara nasional sekitar 70 juta ton itu dalam setahun. Siklusnya datang dari bulan November-Februari. Diakui kesulitannya di masa itu adalah anggarannya sudah masa akhir. “Kita punya periode anggaran. Masalahnya periode anggaran dengan periode sampah ini tidak kompak. Begitu November mau habis anggarannya, sampah datang,” ungkapnya.Ditambahkan dulu ada kerja sama dengan Pemda Badung, namun waktu covid pendapatan dari pariwisata anjlok sehingga butuh sukarelawan seperti ini.

Menurut Indra, sampah sebaiknya diselesaikan di pangkalnya. Kalau di akhir seperti ini akan susah dan biayanya besar. “Kita lakukan berbagai cara supaya itu bisa kita tangani. Kita tangani dengan alat-alat berat, namun tetap perlu keaktifan masyarakat. Kami minggu lalu kerja sama dengan GoTo, mereka memberikan CSR dan bekerja sama dengan Bali Waste Cycle (BWC). Kalau tidak dilakukan daya tarik wisata akan sangat turun. Kerja sama dengan semua pihak itu penting. Sampah ini bebannya berat, kalau dipikul bersama kita bisa kejar targetnya,” ujarnya.

Dijelaskan ada sampah (plastik) yang bernilai ekonomi. Untuk ini dilakukan kerja sama dengan produsennya langsung. “Kita kerja sama agar mereka membeli sampahnya. Mereka sangat bertanggung jawab, bagi mereka alam itu sangat penting.
Seperti Danone mereka sangat jaga alam, karena kalau alamnya rusak, kualitas air pun yang mereka peroleh jelek. Jadi ada semacam rantai alam yang harus dijaga,” jelas Indra.

Yang jadi masalah adalah sampah kantong plastik/kresek, itu dijadikan bata (brick) atau produk lain. Sekitar 10-20% yang belum bisa diapa-apakan. Kerja sama dengan universitas dilakukan bagaimana sampah ini bisa ditangani sampai terbagi habis.

Direktur Tata Kelola Destinasi Kemenparekraf Indra Ni Tua

“Kita juga pakai teknologi yang lebih canggih namanya pyrolysis kerja sama dengan Astra. Produk akhirnya adalah bahan bakar solar, tapi biaya produksinya terlalu besar. Alternatifnya akan terus diusahakan sebagai proses pembelajaran agar masyarakat tahu sampah plastik perlu penanganan ekstra dari sisi akademik, kebersamaan, dan keindahan.

Indra mengatakan pihaknya juga menempatkan alat berat, karena tidak semua bisa dikerjakan oleh manusia. Namun reduce harus di pangkal, reuse harus dilihat bahwa produsen punya standar sendiri untuk mengambil sampah mereka. Yang 15% harus dilakukan sesuatu dengan recycle.

Sementara itu Olivia Anastasia Padang selaku Direktur Bali Waste Cycle menjelaskan dalam gerakan itu pihaknya menggandeng
salah satu partner Yayasan Waste Hub Alam Lestari dan 10 organisasi pendukung lainnya. “Kegiatan ini bukan sekadar memungut sampah di pantai, tapi ini menunjukkan komitmen kita, determinasi bahwa kita menolak polusi sampah plastik di laut, dan kita punya harapan kegiatan ini baik. Kita juga edukasi pedagang sekitar untuk pemilahan sampah dari sumber,” jelasnya.

Sampah yang terkumpul dipilah jadi 3, yakni organik, anorganik, dan residu. Waste Management mengcover waste education, waste recycle (daur ulang), dan waste recovery. Jadi sampah yang dihasilkan dari kegiatan ini sampai residunya akan diolah.

“Tidak ada yang terbuang ke TPA. Kami memiliki unit Cahaya Terang Bumi Lestari yang mengelola residu jadi RDF. Relawannya ada 300 pendaftar online, dan kontribusi 31 hotel di seputar Kuta masing-masing 10 orang pegawai. Juga ada 2 sekolah yaitu SMPN 2 dan SMPN 3 Abiansemal dan komunitas pegiat lainnya yang terdata 584 orang,” pungkas Olivia. (bas)