Supadma Rudana Usul “Tourism 2020”, Eksploitasi Menjadi ‘Green Tourism’
(Baliekbis.com), Anggota Komisi X DPR RI I Putu Supadma Rudana mengatakan pentingnya ‘green tourism’ atau ‘sustainable tourism development’. “Bali ke depan harus menjadi contoh utama dalam pembangunan kepariwisataan yang berbasis Tri Hita Karana -Green Sustainable Tourism Destination-. Kita harus terus gaungkan ini. Kalau sekarang ada revolusi industri 4.0 maka saya usulkan nanti “Tourism 2020″,” ujar Supadma Rudana usai menghadiri acara Indonesia Tourist Atraction Expo & Forum (ITAEF) 2018, Kamis (8/11) sore di Kuta.
Kegiatan yang mengangkat tema “Percepatan Pertumbuhan Destinasi Pariwisata” ini akan berlangsung hingga tanggal 10 November 2019 dibuka Deputi Kemenpar RI Bidang Pengembangan Destinasi Pariwisata Dadang Rizki Ratman dan dihadiri Ketua PUTRI Bali IGAA Inda Trimafo Yudha serta pihak terkait lainnya. Acara ini juga dirangkai dengan Rekernas PUTRI (Perhimpunan Usaha Taman Rekreasi Indonesia).
Dikatakan Supadma Rudana, “Tourism 2020”, ini yakni harus ada perubahan dari quantity menjadi quality, perubahan dari eksploitasi menjadi green tourism dan perubahan dari development yang sifatnya merusak menjadi sustainable development.
“Jadi artinya ini yang harus dibangun untuk meningkatkan devisa. Pariwisata dan ekonomi kreatif menjadi peningkatan ekonomi yang sustainable dan tidak merusak lingkungan,” tegas politisi Partai Demokrat yang kembali maju sebagai caleg DPR RI dari Dapil Bali ini. Ia mencontohkan migas dan batubara yang telah merusak lingkungan. Tapi kalau pariwisata dan ekonomi kreatif dikembangkan justru akan memberi nilai tambah kepada kearifan lokal itu selain pendapatan bagi masyarakatnya.
“Kuncinya adalah jangan sampai kita hanya mengejar kuantitas dan menurunkan harga. Kita harus meningkatkan kualitas dan ‘spending tourism’ itu penting. Di Indonesia memang kita mengejar quantity tourism, targetnya adalah 20 juta. Tapi kita harus melihat size dan spending sustainable-nya. Destinasi ini harus didorong untuk komitmen itu,” ujarnya.
Jadi yang dikejar adalah bukan sekadar jumlah kunjungan wisatawan. Konsep juga harus ditingkatkan bagaimana trend dunia tourism attractions. Menurutnya Bali ke depan akan semakin diminati di dunia karena memiliki komprehensivitas yang tinggi dalam bidang destinasi. “Jangan ‘war’ nya di price tapi ‘war’ nya di quality. Sehingga quality ini yang kita kejar, tingkatkan quality, harga jangan pernah diturunkan, justru harga kita naikkan tapi benefit kepada wisatawan itu juga harus ditingkatkan,” tambahnya.
Supadma juga berharap PUTRI, GIPI, pemerintah menemukan revolusi yang baik, membikin konsep ‘price flooring’ atau ‘bottom’ nya atau harga terendah untuk menjaga kehadiran destinasi agar tempat-tempat ini dapat berjalan dengan baik. Dan kuncinya masyarakat harus mendapatkan benefit untuk kesejahteraannya. (bas)