Tahun Politik, Eksistensi Medsos sebagai Media Komunikasi Politik
(Baliekbis.com), Di tahun politik media sosial kian diminati oleh para kandidat sebagai media komunikasi politik. Intensitas penggunaan media sosial tidak hanya jelang masa kampanye politik, namun sudah dilakukan sejak awal menyusun rencana program kerja strategis. Itu disampaikan Komunikolog dan Akademisi Ilmu Komunikasi di IHDN Denpasar Dr. I Dewa Ayu Hendrawathy Putri, S.Sos.,M.Si. belum lama ini di Denpasar.
“Kandidat yang cerdas memanfaatkan media sosial dalam pemetaan situasi politik sejak awal bahkan mempersiapkan diri semaksimal mungkin sebelum memutuskan untuk tampil dalam perhelatan politik. Media sosial merupakan media komunikasi politik yang masih efektif dalam menyusun strategi politik, rencana kerja logis yang akan ditawarkan dan diseminasi pesan politik melalui kampanye politik”, jelasnya. Menurut Hendrawathy, bagaimana efek media sosial yang begitu dahsyat, sebenarnya sudah sejak dulu diprediksikan oleh pakar atau ilmuwan yang terkait. Salah satu teori dalam ilmu komunikasi yang mengupas tentang efek new media adalah The Media Equation Theory yang dikemukakan oleh Byron Reeves dan Clifford Nass dalam karya mereka yang berjudul “The Media Equation, How People Treat Computer, TV, and New Media Like Real People and Place?”.
“Dalam The Media Equation Theory ini, Reeves dan Nass mencoba memperlihatkan bahwa media juga bisa diajak berbicara. Dalam teori ini media dianggap bagian dari kehidupan nyata”, jelasnya. Dilanjutkan, di era digitalisasi seperti sekarang ini, kehadiran media sosial memberikan banyak kemudahan, kesempatan untuk melakukan publikasi bagi masyarakat sekaligus merupakan tantangan dalam berkompetisi di era pasar bebas. Termasuk para politisi kian marak memanfaatkan layanan lembaga survei online untuk mengetahui sejak diri tingkat elektabilitas yang bisa di vote secara online oleh masyarakat pengguna media sosial. “Keberagaman hasil survei yang dipublikasikan oleh masing-masing lembaga survei online, idealnya disikapi dengan cerdas dan bijak oleh para kandidat, sekaligus bisa dijadikan referensi dalam menyusun strategi komunikasi politik,” ujarnya.
Hendrawathy mengatakan, bahwa fenomena seputar media sosial dan segala sisik-meliknya memang selalu menarik untuk dibahas, baik dalam forum ilmiah sampai diskusi maupun obrolan ringan di saat waktu senggang. Terlebih lagi di tahun politik, intensitas penggunaan media sosial sebagai media komunikasi politik terus meningkat. Para politisi kian intens memanfaatkan media sosial sebagai media komunikasi politik, terlebih lagi para politisi yang akan tampil dalam perhelatan politik.
“Menyikapi fenomena ini, masyarakat sebagai pengguna media sosial, sudah saatnya memiliki pemahaman media literacy (melek media) agar lebih cerdas. Dengan pemahaman media literacy yang baik, masyarakat diharapkan mampu mengenal lebih jelas track record para kandidat, dan memahami program strategis yang ditawarkan oleh para kandidat, sehingga mampu menetapkan pilihan yang tepat,” pungkasnya. (aga)