Tampil di PKB, Janger Kedaton Angkat Cerita Hanoman Kecangkik
(Baliekbis.com), Janger Kedaton, Desa Adat Sumerta Kecamatan Denpasar Timur sebagai salah satu Janger tertua di Kota Denpasar dan bahkan di Bali sejak Tahun 1938 silam. Kini Janger Kedaton yang masih tetap dilestarikan dilanjutkan para generasi muda banjar setempat berkesempatan tampil dalam ajang PKB ke-41 tahun ini. Pementasan Janger Kedaton sebagai Janger yang disakralkan masyarakat banjar setempat membawakan cerita atau lelampaan Hanoman Kecangkik di panggung Ksirarnawa, Art Centre Denpasar, Minggu (23/6) malam.
Tampak dalam pementasan , masyarakat pengunjung PKB menanti penampilan Janger Kedaton. Tak terkecuali Walikota Denpasar, I.B Rai Dharmawijaya Mantra, Sekda Kota Denpasar, A.AN Rai Iswara bersama Ketua TP PKK Denpasar, Ny. I.A Selly Dharmawijaya Mantra, Wakil Ketua PKK, Ny. Antari Jaya Negara dan juga Ketua Dharmawanita Persatuan Kota Denpasar Ny. Kerti Rai Iswara turut menyaksikan dan memberikan dukungan penampilan salah satu duta Kota Denpasar ini. Disisi belakang panggung para seniman Janger Kedaton tampak sudah bersiap menampilkan tarian Janger khas Banjar Kedaton.
Kepala Dinas Kebudayaan Kota Denpasar, I Gusti Ngurah Bagus Mataram mengatakan Janger Kedaton memiliki penggalan lagu yang sangat sakral. Sejarah panjang kesenian Janger Kedaton tentunya banyak sudah dikethaui masyarakat tidak hanya di Kota Denpasar. Salah satu pementasan penting yang jadi kenangan abadi bagi krama Kedaton adalah saat leluhur diundang majangeran oleh Gubernur Jendral Batavia di Pasar Gambir, Batavia sekarang Jakarta pada 28 Agustus 1939 silam. Atas partisipasinya itu, Janger Kedaton menerima piagam penghargaan Diploma Eerst Prijs dari pemerintah Batavia. “Betapa pun derasnya gempuran kesenian kontemporer-modern, kesenian Janger tetap harus dilestrarikan. Ini warisan adiluhung leluhur yang tak boleh punah,” ujarnya.
Sementara koordinator Janger Kedaton, Made Sudiatmika mengatakan pada penampilan di ajang PKB lewat Janger Melampan dengan mengangkat cerita “Hanoman Kecangkik”. Ia menjelaskan bahwa cerita ini diangkat dari Titah Raja Ayodya Sri Rama, Sang Hanoman melakukan perjalanan bersama pasukan kera menuju negeri Alengka untuk merebut kembali Dewi Sita yang merupakan permaisuri. Sri Rama telah diculik oleh Raja Alengka Rahwana. Dalam perjalanan, sampailah Sang Hanoman disuatu tempat yang bernama Karang Siluman yang merupakan istana Raksasi Sayempraba yang bertugas menjaga tapal batas wilayah negeri Alengka.
Mengetahui maksud tujuan perjalanan Sang Hanoman, Sayempraba melakukan tipu daya, menyuguhkan berbagai makanan dan buah-buahan yang sudah dilumuri racun untuk menggagalkan perjalanan Sang Hanoman beserta pasukannya. Dampak dari racun tersebut menyebabkan Sang Hanoman dan pasukannya mabuk dan buta. Alangkah sedih dan menyesal Sang Hanoman atas musibah yang menimpa diri beserta pasukannya. Dalam suasana menyakitkan dan memalukan itu, datanglah Sang Sempati kakakdari Jatayu memberikan pertolongan, karena sudah memperoleh anugerah dari Rsi Rawatmaja dengan meneteskan air liur kemata Sang Hanoman atas perbuatan Sayempraba yang licik itu, terjadilah pertempuran sengit antara Sang Hanoman melawan Sayempraba yang telah berubah menjadi Rangda. Sayempraba dapat dikalahkan akhirnya Sang Hanoman beserta pasukannya melanjutkan perjalanan menuju negeri Alengka. (gus)