Temu Kangen Dr. Mangku Pastika, M.M. dengan Tokoh Pariwisata, Bali Harus Beradaptasi dan Terus Berinovasi
(Baliekbis.com), Pertanyaan apa Bali masih bisa berharap banyak dari sektor pariwisata seperti saat sebelum pandemi Covid-19, mengemuka dalam diskusi santai yang digelar NCPI (Nawa Cita Pariwisata Indonesia) Bali, Rabu (29/12) di Gujji Cafe Jalan Merdeka Renon.
Diskusi terbilang istimewa karena selain dihadiri belasan tokoh pariwisata, akademisi juga pihak NCPI mengundang Anggota DPD RI Dr. Made Mangku Pastika, M.M.
Dalam diskusi yang berlangsung santai itu, berbagai pendapat mengemuka baik menyangkut peluang maupun tantangan pariwisata Bali di 2022 nanti.
“Saya kira Bali harus tetap optimis. Sebab dari sisi infrastruktur sudah sangat memadai. Yang penting bagaimana bisa beradaptasi dan memperkuat daya tahan terhadap kondisi saat ini,” ungkap Pengamat Sosial Drs. Putu Suasta, M.A.
Ia juga mengingatkan pemimpin mesti berjuang ke pusat agar Bali lebih diperhatikan. Sebab kontribusi Bali selama ini begitu besar. Jadi di saat seperti ini harus didukung.
Hal senada disampaikan Dekan Fak. Pariwisata Unud Dr. N. Sunarta yang melihat peluang wisatawan domestik sangat terbuka. “Jadi jangan hanya terlalu berharap wisman, yang domestik sebenarnya punya peluang besar,” tegasnya.
Dari pengamatannya, Sunarta melihat hal itu pada “Sepuluh Bali Baru” yang banyak dibanjiri wisatawan domestik.
Soal harapan di G20 nanti, Sunarta juga mengingatkan agar Bali lebih mempersiapkan diri dalam menghadapi isu-isu lingkungan yang saat ini menjadi perhatian dunia.
Dalam diskusi yang berlangsung dua jam lebih itu juga hadir Sesepuh HPI I Nyoman Kertya, CEO Aman Group Jro Gede Witama, Senior Pariwisata Eddy Sunyoto, mantan Kadispar Bali AA Yuniarta serta dari kalangan perbankan.
Sejumlah praktisi pariwisata pada diskusi tersebut mengatakan cukup banyaknya peluang pendapatan yang bisa digali, seperti bank devisa yang saat ini belum ada di Bali. “Saya kesulitan menerima kiriman yang dalam jumlah besar dari luar negeri,” jelasnya.
Juga soal digitalisasi di pariwisata dimana internetnya lelet. “Kalau kita mau kembangkan digital tourism, maka perangkatnya harus siap,” ujarnya.
Soal adanya anggapan pariwisata Bali sudah tua, menurut pelaku pariwisata memang demikian karena boleh dibilang pariwisata Bali lahir sudah sejak lama. “Masalahnya kalau dianggap tua, lantas mau diapakan, diremajakan? Mestinya anggarannya harus digelontor untuk itu agar Bali bisa lebih baik,” ujar mereka.
Menanggapi berbagai masukan maupun kritik yang ada, Mangku Pastika mengatakan minat wisman ke Bali sangat besar dan perhatian pusat terhadap Bali tak kalah besarnya. “Jangan ragukan soal itu dan saya punya dukungan data soal itu,” tandas Gubernur Bali 2008-2018 itu.
Sekarang yang perlu dilakukan adalah bagaimana menata pariwisata ke depannya (2022). Pariwisata seperti apa dan persiapannya bagaimana. “Inovasi dan kreativitas penting diperhatikan. Sebab kita sudah mati-hidup di pariwisata. Jadi harus tetap optimis dan kerja keras dengan memanfaatkan peluang yang ada,” harapnya.
Ketua NCPI Bali Agus Maha Usadha didampingi Sekretaris Adi Parnama mengatakan sebelum Pandemi Covid-19, pihaknya mengadakan sarasehan pariwisata pada 7 Februari 2020 di Toya Devasya Kintamani yang dihadiri Anggota DPD RI Dr. Made Mangku Pastika, M.M. bersama tokoh-tokoh pariwisata. Saat itu Mangku Pastika mengajak semua pihak membangun kebersamaan untuk menjaga pariwisata Bali.
Menyongsong “Tahun Baru 2022”, NCPI Bali kembali melaksanakan kegiatan “Temu Kangen” dengan mengundang Dr. Made Mangku Pastika, M.M., anggota DPD RI Perwakilan Bali yang juga sebagai Anggota Dewan Penasihat NCPI Bali serta sejumlah tokoh pariwisata Bali. Harapannya ada semacam kesamaan tekad untuk tetap bersama menjaga dan membangun pariwisata Bali. (bas)