Temui GPS, Pembina Ashram Bantah Terjadi Pedofilia di Ashram Gandhi Puri Sevagram Klungkung
(Baliekbis.com), Maraknya pemberitaan belakangan ini terkait dugaan telah terjadi pedofilia di Ashram Gandhi Puri Klungkung pada tahun 2015 dinilai tidak benar. Pemberitaan itu selain telah membuat 27 anak yang ada di ashram saat ini tertekan juga bisa merusak citra ashram.
“Saya dan Dave Fogarty beserta istri saat itu membina dan mendidik anak-anak ashram yang jumlahnya 8 orang terdiri dari 4 orang laki-laki dan 4 orang perempuan. Dan tidak ada terjadi seperti apa yang diberitakan,” ujar I Wayan Wiase,SPd.H, M.Ag.,CHt. selaku pembina sekaligus pengajar Life Skill Programme AGP saat bertemu Anggota DPD RI Gede Pasek Suardika (GPS) di Kantor DPD RI Renon, Kamis (21/2).
Wiase didampingi pengacara Nyoman Yudara datang bersama belasan anak ashram yang sebagian besar mahasiswa itu untuk menyampaikan aspirasi mereka terkait pemberitaan yang dinilai tidak berdasarkan fakta. Menurut Wiase yang sejak 2009 mengajar di ashram, Dave Fogarty yang warga Amerika itu ikut membantu membiayai anak-anak tersebut. Sementara Guruji Indra Udayana lebih fokus membiayai Ashram Gandhi Puri Denpasar. “Guruji Indra Udayana juga jarang berada di Ashram Gandhi Puri Klungkung tapi lebih banyak di luar negeri karena fokus membangun jaringan,” tegas Wiase.
Namun pada tahun 2015 terjadi pertengkaran antara Guruji dengan Dave Fogarty yang berujung pada pengeluaran Dave beserta istrinya dari Ashram Gandhi Puri Klungkung. Pada kondisi tersebut, anak-anak yang berjumlah 8 orang diberikan pilihan oleh Guruji. Hasilnya hanya 1 orang memilih tetap tinggal di ashram, sedangkan 7 lainnya memilih keluar dari ashram dan mengukuti Dave Fogarty beserta istri karena sudah memiliki ikatan emosional yang kuat dengan Dave dan istrinya. Apalagi Dave sanggup untuk membiayai hidup dan pendidikan mereka sampai pada jenjang perkuliahan. Dan hingga saat ini, mereka masih tetap melanjutkan kuliahnya dengan baik di bawah tanggung jawab Dave Fogarty.
“Dan saya tegaskan bahwa anak yang keluar tersebut murni tidak ada korban pedofilia atau tuduhan lainnya berdasarkan interview yang saya lakukan satu per satu kepada mereka. Bahkan pada saat itu, intel polisi juga mewawancarai mereka dan tidak mendapatkan adanya tuduhan seperti yang diberitakan,” tegas Wiase. Di sisi lain, Wiase mengaku Dave sering berpesan untuk mengawasi anak-anak yang diasuh tersebut. “Ketika ke Bali, Dave tetap bertemu dengan saya dan menginap di hotel tempat saya bekerja. Dave berencana datang pada bulan Maret 2019 ini dalam rangka menghadiri acara festival sekaligus mengunjungi anak asuhnya,” jelas Wiase.
Semenjak kejadian pada tahun 2015, Guruji Indra Udayana lebih fokus di Ashram Gandhi Puri Klungkung dan Denpasar baik untuk mencarikan beasiswa maupun membangun jaringan ke luar negeri dalam rangka The Youth Exchange Program serta mendatangkan voulenteer luar negeri untuk menambah life skill anak-anak di Ashram. Dalam kurun waktu sejak tahun 2015 hinga sekarang puluhan volunteer atau guru-guru yoga lokal, nasional dan mancanegara didatangkan oleh Guruji untuk menambah life skill di bidang yoga dan ini merupakan salah satu program di ashram. “Saya berharap kami yang ada di ashram saat ini tidak lagi diganggu dengan berita-berita yang menyudutkan warga ashram karena sesungguhnya kami semua tidak berada di masa lalu, sehingga kami jangan dikait-kaitkan dengan isu yang belum dapat dibuktikan kebenarannya,” tambah Wiase.
Mendengar pemaparan tersebut, GPS mengaku prihatin atas pemberitaan yang ternyata tidak sesuai fakta serta berdampak telah menyakiti 27 anak di ashram karena berita itu dinilai fitnah. Padahal anak-anak itu merasa dibantu kehidupan dan pendidikan mereka dengan adanya ashram. GPS bahkan minta pihak ashram selektif menerima orang yang datang dan mengaku-ngaku akan melindungi anak-anak. “Kalau yang datang hanya untuk merusak ashram, usir saja mereka. Apalagi mereka itu LSM yang punya agenda tertentu untuk merusak citra ashram. Harus diingat pula pemberitaan menyangkut pedofilia ini sangat sensitif dan bisa berdampak pada pariwisata,” tegas Waketum Partai Hanura itu. Kepada anak-anak ashram, GPS agar tenang dan tetap tekun belajar di ashram. “Kalau ada yang ganggu, saya siap membela,” tegas mantan Ketua Komisi III DPR RI.
GPS mengingatkan mengelola ashram memerlukan biaya yang tidak sedikit. Kalau sampai anak-anak itu keluar, siapa yang akan melanjutkan hidup dan pendidikan mereka. Pihak Imigrasi juga diminta lebih ketat mengawasi orang asing yang ke Bali apalagi mereka masuk ke ashram. (bas)