Terkait UU HKPD, Dr. Mangku Pastika, M.M.: Perlu Kreatif Gali Pendapatan untuk Meningkatkan PAD
(Baliekbis.com), Anggota Komite IV DPD RI Dr. Made Mangku Pastika,M.M. mendorong Bapenda (Badan Pendapatan Daerah) Bali serta Kabupaten/Kota untuk kreatif menggali sumber-sumber pendapatan untuk mendongkrak PAD agar pembangunan terus meningkat.
Banyak sumber pendapatan yang bisa ditingkatkan seperti pemasukan dari rumah sakit, Jamkrida dan sektor potensial lainnya. “Seperti Jamkrida Bali Mandara kalau bisa disupport dana dari daerah maka akan lebih besar dapat melakukan penjaminan terhadap proyek-proyek besar di Bali. Untuk proyek nasional saja nilainya berkisar Rp7 triliun. Kalau ini bisa dilakukan, keuntungannya akan makin besar masuk ke daerah,” ujar Mangku Pastika saat reses dengan Kepala Bapenda Bali Made Santara, Kepala BPKAD Prov. Bali Dewa Tagel Wirasa dan Kepala Biro Hukum Setda Prov. Bali Ida Bagus Sudarsana, Rabu (1/3) di Kantor Sekretariat DPD RI Perwakilan Bali Denpasar.
Reses yang mengangkat tema “Pemberlakuan UU No.1/2022 tentang Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah Mengenai Kebijakan Baru Pajak dan Retribusi Daerah” dipandu Tim Ahli Nyoman Wiratmaja didampingi Ketut Ngastawa dan Nyoman Baskara. Pada kesempatan itu mengemuka tantangan yang akan dihadapi dengan adanya UU No.1/2022 tentang HKPD bila nantinya diberlakukan. Saat ini UU tersebut masih menunggu Permen dan PP. Perlu ada persiapan menghadapi tantangan bila UU itu diberlakukan.
Adapun tantangan tersebut di antaranya Penurunan Tarif PKB dari 2% menjadi 1,2%, Penurunan tarif BBNKB dari 20% menjadi 12 %, Adanya pengecualian pengenaan pajak terhadap Kendaraan Berbasis Energi Terbarukan, Pembebasan Tarif BBNKB II, penurunan Tarif Progresif paling tinggi dari 10% menjadi 6%, dan pengaturan lebih lanjut diberikan kewenangan penuh masing-masing Pemerintah Daerah. Bahkan ada proyeksi penurunan PAD di tahun 2025 sekitar lebih Rp600 miliar lebih dari potensi pajak daerah saat ini.
Menurut Mangku Pastika, menghadapi tantangan anggaran ke depan, pendapatan bisa juga digali dari RS dengan meningkatkan tambahan pelayanan, seperti layanan kanker. “Sekarang kan untuk kontrol di RS Singapura sampai 300 dolar AS sekitar Rp4 jutaan. Sementara hal serupa di Bali sekitar Rp150 ribuan. Kalau Bali bisa meningkatkan layanan dan kualitasnya tentu dari sini bisa menambah pemasukan,” tambah Gubernur Bali 2008-2018 ini.
Saat menjabat Gubernur Mangku Pastika merintis pendirian Jamkrida Bali Mandara yang memberikan penjaminan bagi UKM untuk mendapatkan kredit. Juga pendirian RS Bali Mandara yang kontribusinya bagi PAD Bali terus meningkat.
Kepala Bapenda Bali Made Santa menjabarkan tarif pajak dalam rancangan perda yakni tarif PKB (pajak kendaraan bermotor) dari 1.75% menjadi 1.05% + opsen PKB sebesar 66%. Ini sesuai petunjuk Kemendagri agar tidak menimbulkan beban tinggi. Tarif BBNKB I dari 15% menjadi 12%, tarif PKB dan BBNKB menjadi 0% dan tarif progresif dari 7.5% menjadi 3%. “Dari kondisi tersebut, kami proyeksi akan ada penurunan PAD kurang lebih Rp600 miliar lebih di tahun 2025 dari potensi pajak daerah saat ini,” ungkap Santa.
Untuk PAD tahun 2022 tercatat Rp3,8 triliun, retribusi daerah Rp14,3 miliar, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan Rp220,6 miliar, lain-lain PAD yang sah Rp396,9 miliar dan pendapatan transfer dan lain-lain Rp2 triliun lebih. Total pendapatan Rp5,885 triliun.
Sementara Kepala BPKAD Prov. Bali Dewa Tagel Wirasa menjelaskan alokasi PAD masing-masing prioritas pembangunan daerah dalam APBD Semesta Berencana Provinsi Bali T.A. 2023, yakni pangan, sandang dan papan sebesar Rp177.198 miliar (2,36%). Untuk kesehatan dan pendidikan Rp2,5 triliun lebih (33,38%), adat, agama, tradisi, seni dan budaya Rp611 miliar (8,13%) dan pariwisata Rp14,7 miliar (0,20%) dari total belanja daerah Rp7,522 triliun. Juga ada pembayaran cicilan pokok hutang yang jatuh tempo (PEN) total Rp187,5 miliar. Sementara pendapatan daerah Rp6,9 triliun.
Di sisi lain dalam reses mengemuka tantangan Bali ke depan sebagai daerah pariwisata. Brand Bali saat ini menjadi daya tarik luar biasa sehingga selalu dijual ke mana-mana. Sementara tak banyak yang didapat dari pariwisata seperti halnya sumber daya alam tambang, dll.
“Padahal tidak sedikit anggaran yang diperlukan untuk menjaga adat, agama dan budaya agar Bali tetap menarik. Jadi bagaimana Bali ini bisa jadi budaya dunia dan dunia konsen dengan Bali, ini yang mesti diperjuangkan,” tambah Mangku Pastika. (bas)