Terlalu Keras pada Anak? Ini Dampaknya!
(Baliekbis.com), Mendisiplinkan anak memang penting, tapi tetap perlu ada aturan dan batasannya. Apakah pola asuh Anda sudah benar?
1. Hanya memuji hasil terbaik anak
Apakah Anda baru memuji anak ketika pencapaiannya sempurna? Apabila Anda baru memberi pujian jika nilai ujiannya 100 atau saat ia mencetak gol di pertandingan bola, ia dapat menganggap bahwa Anda hanya menyayanginya ketika ia berhasil. Mulai sekarang, cobalah untuk tetap memuji anak meskipun ia gagal atau tidak mencapai hasil yang diharapkan, selama ia sudah berusaha dengan baik.
2. Hanya memberi perintah
Orang tua yang terlalu keras pada anak cenderung akan terus memberikan perintah yang harus dilakukan saat itu juga. Coba beri kebebasan pada anak. Anda dapat memberikan kalimat tanya atau pilihan yang sama-sama baik. Misalnya, “Mau membereskan kamar dulu atau meletakkan pakaian kotor di ember?”
3. Anda tidak memberi toleransi
Orang tua yang terlalu keras pada anak cenderung tidak melihat penyebab atau alasan saat anak tidak melakukan hal yang diinginkan orang tua. Misalnya, Anda ingin anak menjaga kebersihan pakaiannya, namun sekali waktu ia terjatuh saat berjalan di halaman yang licin dan pakaiannya menjadi kotor. Jangan marah-marah dulu. Sering marah-marah bisa berdampak buruk untuk anak. Cukup minta ia untuk lebih berhati-hati ketika berjalan.
4. Terlalu sering mengomel dan menghukum
Anda sering mengomeli atau menghukum anak saat ia lalai atau lambat dalam mengerjakan sesuatu? Ternyata, terlalu sering mengomel justru dapat membuat anak tidak belajar untuk mandiri. Dia pun jadi tidak belajar untuk bertanggung jawab atas tindakannya. Yuk biasakan hanya menegur anak untuk hal yang benar-benar penting. Selain itu, biarkan anak menghadapi konsekuensi alami dari kelalaian atau kemalasannya. Misalnya, jika anak tidak mau belajar, berarti dia tidak akan memahami materi pelajaran di sekolah. Anda perlu lebih hati-hati karena selain kurang efektif, pola asuh yang terlalu keras atau otoriter seperti contoh-contoh di atas justru bisa berdampak buruk pada anak.
Efek Negatif pada Anak
Disiplin tidak selalu berarti hukuman. Disiplin adalah tentang menanamkan nilai-nilai baik pada anak. Sedangkan hukuman, lebih bersifat kontrol dan kepatuhan dengan paksaan. Disiplin yang terlalu ketat justru dapat menyudutkan anak untuk terpaksa berbohong demi menghindari hukuman. Selain itu, ekspektasi tinggi dari orang tua kadang justru membuat anak menjadi takut mencoba hal-hal baru. Anak pun bisa menjadi terlalu khawatir, tidak percaya diri, berperilaku agresif atau terlalu malu dekat orang lain, susah bersosialisasi, dan sulit mengendalikan diri.
Pola Asuh Otoritatif Lebih Baik
Daripada bertahan dengan pola asuh otoriter yang cenderung membuat anak stres, yuk kenali pola asuh otoritatif atau demokratis. Jika anak dari orang tua bertipe otoriter cenderung lebih mudah depresi dan rendah diri, anak yang dibesarkan dalam pola asuh otoritatif cenderung dapat mengendalikan diri dan percaya diri.
Berikut ciri-ciri pola asuh otoritatif:
- Mendorong anak untuk mengekspresikan pendapat dan mendiskusikan pilihan.
- Menyesuaikan ekspektasi sesuai kondisi dan situasi anak.
- Menerima dan mendengarkan argumentasi anak, meski tidak selalu sepakat.
- Memberi hukuman yang disertai penjelasan dan persuasi.
- Percaya bahwa meskipun anak perlu mengikuti perintah, tetapi mereka juga harus dihormati dan punya kebutuhan sendiri.
- Percaya bahwa orang tua punya kuasa dan kehendak terhadap anak, tetapi juga harus bijaksana.
Terus refleksi dan koreksi diri, serta kenali lebih dekat karakter anak, agar tujuan Anda untuk menanamkan nilai yang baik pada dirinya dapat terwujud. (ist)