Tim Kreatif Indomaret Promosikan Herbal Racikan Pak Oles
(Baliekbis.com), Tim kreatif Indomaret mengembangkan Pak Oles untuk mengedukasi masyarakat akan pentingnya Ramuan Herbal Pak Oles. Kerja sama meliputi distribusi pemasaran ke 17.500 gerai toko Indomaret yang tersebar di 30 provinsi di Indonesia. Sementara Bali dan Nusa Tenggara Barat (NTB) Indomaret mengelola 651 gerai.
Tim kreatif yang terdiri atas Nugroho Hadi, Yosafat Bornok Tua Manullang dan Rio Andrianata melakukan shooting tentang proses produk herbal Pak Oles, mulai dari pengolahan bahan baku ratusan jenis tanaman obat hingga menjadi produk Minyak Oles Bokashi (MOB), Minyak Tetes Bokashi dan 33 jenis produk lain yang siap dipasarkan ke seluruh Indonesia dan menembus pasaran mancanegara.
Hasil liputan tim kreatif tersebut akan disiarkan media televisi di Indonesia maupun dalam bentuk video di media sosial. Sebagai media informasi dan promosi obat-obatan herbal, Indomaret dinilai mampu memberikan inspirasi bagi pengembangan usaha kecil menengah (UKM) di Indonesia.
Tim kreatif yang dipimpin Nugroho Hadi itu mengabadikan proses produksi di Pabrik Industri Obat Tradisional PT Karya Pak Oles Tokcer di Jl Tukad Balian, Renon, Denpasar. Direktur Perusahaan PT Karya Pak Oles Tokcer, Ir. H. Agus Urson Hadi Pramono didampingi Manajer Keuangan, Ni Ketut Tisnawati dan Putu Sudarsana turut menyaksikan helatan tersebut. Agus Urson menjelaskan tentang proses pembuatan produk industri obat tradisional mulai dari pengolahan bahan baku, proses produksi, pengemasan hingga siap menjangkau pasar.
Industri obat tradisional itu dirintis dari nol pada tahun 1997 atau 22 tahun silam dari skala rumah tangga yang kini berkembang memiliki dua pabrik berlokasi di Jl Tukad Balian, Denpasar dan Desa Bengkel, Kecamatan Busungbiu, Kabupaten Buleleng yang kini menjadi pabrik obat tradisional terbesar di Bali. Perusahaan yang bernaung di bawah payung PT Karya Pak Oles Tokcer menampung ribuan tenaga kerja yang merupakan hasil kerja keras selama puluhan tahun, setelah Pak Oles menyelesaikan pendidikan di Fakultas Faculty Agriculture Universitas of The Ryukyus Jepang.
Direktur Utama PT Karya Pak Oles Tokcer, Dr. Ir. Gede Ngurah Wididana M.Agr menjelaskan, setelah menyelesaikan pendidikan S-1 (Ir) di Fakultas Pertanian Universitas Udayana lalu bekerja sebagai sukarelawan bidang pertanian pada Univeritas Nasional (Unas) Jakarta yang didirikan Sutan Takdir Alisahbana (STA). Berkat jasa STA, Wididana mendapat beasiswa untuk melanjutkan pendidikan ke Jepang mengenai Sastra dan bahasa Jepang selama setahun (1987), kemudian melanjutkan program S-2 di Faculty Agriculture University of The Ryukyus (1988-1989).
Dalam proses belajar mengajar di negeri Sakura itu mendalami teknologi effective microorganisme (EM) yang ditemukan dan dikenalkan Prof. Dr. Teruo Higa yang menjadi cikal bakal pengembangan Minyak Oles Bokashi maupun produksi pupuk organik yakni pupuk Bokashi Kotaku dan EM4.
Pria kelahiran Desa Bengkel, Buleleng 9 Agustus 1961 itu setelah tiga tahun tinggal di Jepang, kembali ke Indonesia bekerja sebagai dosen di Universitas Nasional Jakarta, sambil melakukan penelitian dan mengembangkan fermentasi. Ketika sebagai dosen itu langsung dipercaya menjadi penanggung jawab kebun percontohan sambil mengembangkan teknologi fermentasi melalui berbagai penelitian, seminar dan menjalin kerja sama dengan berbagai pihak.
Profesi dosen itu ditekuninya selama 5 tahun (1990-1995), lalu kembali ke Bali untuk mulai merintis usaha mandiri berbasis obat-obatan tradisional. Suami dari Komang Dyah Setuti setelah merantau ke ibukota Jakarta dan Jepang kembali ke kampung halamannya Desa Bengkel, Buleleng untuk melakukan penelitian tentang tanaman obat herbal yang dipelajarinya dari lontar menyangkut pengobatan (usadha). Lontar usadha tersebut berhubungan dengan Ayurwedha di India yang kemudian berkembang ke China, Jepang, Eropa dan negara-negara di kawasan ASEAN.
Ilmu pengobatan ayurwedha di Indonesia, khusus ya Bali berkembang karena didukung masyarakat dengan prilaku kehidupan yang sehat dan awet muda. Namun perkembangan itu tidak sesuai harapan akibat berbagai kendala seperti angka buta huruf sangat tinggi, sehingga lontar-lontar itu disakralkan, menyebabkan menurunkan kualitas.
Pak Oles menjelaskan, pihaknya harus bekerja keras untuk mencari tanaman obat, kemudian memperbanyak dan merawat ratusan jenis tanaman obat untuk dibudidayakan pada lahan miliknya seluas 8 hektar di Desa Bengkel, Kabupaten Buleleng. Alumnus Fakultas Pertanian Unud itu dengan ketekunan dan kerja keras berhasil mengembangkan sekitar 350 jenis tanaman obat di atas hamparan seluas 8 hektar yang menjadi cikal bakal produk Minyak Oles Bokashi, Minyak Tetes Bokasi dan 33 jenis produk lain yang pemasarannya menjangkau seluruh daerah di Indonesia dan mancanegara.
Mengoleksi ratusan jenis tanaman obat itu secara kebetulan didukung oleh Neneknya Dadong Bandung (alm) yang juga sedang beraktivitas mengembangkan “Arak Lengis Nyuh” yakni minyak kelapa yang dipermentasi dengan tanaman herbal, yang dibiarkan begitu saja dengan menggunakan asap dan pemanasan. Hal itu hampir sama dengan temuan gurunya di Jepang yakni Prof. Dr. Teruo Higa yang menemukan fermentasi teknologi Effective Mieroorganisme (EM) yang kemudian kedua hal itu dikombinasikan yang akhirnya menemukan obat berkhasiat Bokashi.
Obat racikan Pak Oles itu didaftarkan sebagai industri kecil obat tradisional ke Balai Pengawasan Obat dan Makanan yang bernaung di bawah Kementerian Kesehatan di Jakarta. PT Karya Pak Oles Tokcer kini mengelola dua pabrik yakni di Kota Denpasar dan Desa Bengkel Buleleng merupakan pabrik obat tradisinal terbesar di Pulau Bali. Pihaknya produksi dua jenis produk yakni cairan obat dalam (COD) yakni Minyak Tetes Bokashi dan cairan obat luar (COL) seperti Minyak Oles Bokashi dalam berbagai kemasan.
Selain itu juga produksi berbagai jenis madu herbal untuk menyembuhkan penyakit dalam, belasan kemasan teh herbal, pabrik kopi dan minuman herbal. Demikian pula mengembangkan tanaman herbal di desa-desa wisata sekaligus merintis restoran di sejumlah tempat seperti Sanur (Denpasar), Bedugul (Tabanan) dan Buleleng dengan brand Pak Oles. “Berkat informasi media massa dan media sosial, brand Pak Oles telah dikenal luas di Indonesia maupun mancanegara,” tutur Pak Oles. (ist)