Tinggi, Ketergantungan Ekonomi Bali pada Pariwisata
(Baliekbis.com), Sejumlah tantangan dihadapi ekonomi Bali ke depan di antaranya tingginya ketergantungan ekonomi Bali pada bidang usaha pariwisata, turunnya kualitas wisman serta tingginya alih fungsi lahan. Demikian dikatakan Deputy Direktur Bank Indonesia KPw Bali Azka Subhan saat diskusi publik bertema “Pembangunan Ekonomi Nasional, Capaian dan Problematika” di Hotel Sense Sunset Seminyak, Sabtu (1/12).
Meski kondisinya demikian, menurut Azka Subhan data statistik perekonomian nasional khususnya Provinsi Bali terus membaik. Kinerja ekonomi Bali pada triwulan III 2018 mengalami pertumbuhan 6,24 persen (yoy). Sementara inflasi pada bulan Oktober 2018 tercatat sebesar 3,62 % (yoy), sedikit lebih tinggi dibanding Triwulan III sebesar 3,60 % (yoy).
Sementara Dr. Panutan S. Sulendrakusuma dari Lemhanas RI mengatakan data statistik menunjukkan dalam kurun waktu 4 tahun ( 2014 sampai 2018) pertumbuhan ekonomi stabil, bahkan meningkat. Direktur Eksekutif Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Bali Ida Bagus Purwa Sidemen, M.Si., mengatakan Bali sebagai tempat tujuan wisata menyumbang 40 persen atau sekitar 8 miliar dolar devisa negara yang diperoleh dari sektor pariwisata dengan total kunjungan wisatawan mancanegara hingga bulan Oktober 2018 4,1 juta dari target kunjungan wisman 6,5 juta di Pulau Dewata.
Adapun wisatawan terbanyak berasal dari Tiongkok. Dikatakan orientasi masyarakat di Bali telah berubah dari yang semula merupakan masyarakat agraris dengan mata pencaharian sebagai petani menjadi masyarakat pelaku penyedia tempat wisata. Hal ini juga berdampak meningkatkan kesejahteraan warga. “Saat ini hampir semua wilayah di Pulau Bali melakukan pembangunan yang berorientasi pada sektor wisata,” ujarnya.
Di tempat terpisah, Ketua PHRI Bali Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati atau yang akrab disapa Cok Ace mengatakan pariwisata Bali menghasilkan devisa tertinggi yang juga menunjang pembangunan ekonomi masyarakat Bali dan Nasional. (rud)