Tingkatkan Kualitas SDM Pariwisata, GM Hotel Diharapkan Ngajar di Kampus
(Baliekbis.com), Selama ini bukan rahasia umum lagi jika dunia pendidikan tinggi dihantui masalah klasik yakni masih ada kesenjangan antara kualitas dan skill lulusan dengan kebutuhan dunia industri yang dinamikanya bergerak cepat.
Hal itu juga kerap berujung pada banyak lulusan perguruan tinggi yang tidak terserap di dunia kerja. “Ujung-ujungnya tak sedikit mereka menjadi pengangguran terdidik,” ungkap Wakil Ketua Umum IHGMA (Indonesian Hotel General Manager Association) I Made Ramia Adnyana S.E.,M.M., CHA., saat ditemui Sabtu (21/7) di Tuban. Kondisi tersebut juga terjadi dalam pendidikan tinggi pariwisata di bidang vokasi. Salah satu pemicunya kebanyakan yang mengajar di sekolah vokasi pariwisata seperti SMK dan perguruan tinggi vokasi pariwisata tidak berasal dari kalangan praktisi pariwisata melainkan dari tenaga pendidik baik guru maupun dosen yang hanya berlatar belakang akademis pariwisata.
Maka pihaknya mendorong para General Manager (GM) hotel-hotel di Bali untuk menjadi dosen di perguruan tinggi vokasi pariwisata sebagai upaya berkontribusi meningkatkan kualitas SDM kepariwisataan Bali. “Kami ajak para GM hotel yang tentu punya pengalaman praktis bertahun-tahun di dunia pariwisata khususnya perhotelan untuk mau menjadi tenaga pengajar atau dosen dan berbagi ilmu praktis maupun pengalaman nyata di industri pariwisata,” kata Ramia Adnyana saat ditemui di Hotel Sovereign Kuta di sela-sela acara Recognition Prior Learning (RPL), Assessment Calon Dosen Vokasi Ahli Perhotelan Level 8.
GM Hotel Sovereign Kuta ini menambahkan tentu ada perbedaan mendasar dosen yang hanya
berlatar belakang akademik pariwisata dan dosen yang sekaligus praktisi dan pelaku industri pariwisata. Baginya, dosen pariwisata yang berlatar belakang praktisi dan pelaku industri pariwisata apalagi seorang GM hotel bintang empat atau lima mereka tentu sangat menguasai seluk beluk industri pariwisata khususnya perhotelan. “Mereka punya daya analitis dan prediksi yang juga lebih kuat dan akurat tentang perkembangan industri pariwisata ke depan termasuk dalam konteks strategis riil pengembangan SDM,” jelasnya.
Hal itulah yang diperlukan mahasiswa pariwisata di bidang vokasi seperti mahasiswa diploma maupun sarjana terapan pariwisata. Apalagi pendidikan vokasi menekankan 70 persen praktik dan 30 persen teori.
“Kalau pendidikan tinggi pariwisata yang lebih mengarah kajian akademis untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan teori seperti di Unud, tentu dosen berlatar belakang akademis kuat yang lebih banyak. Tapi untuk pendidikan vokasi tentu praktisi dan pelaku industri langsung yang lebih banyak kita perlukan,” ujar pria yang juga pernah menjabat GM Furama Villas and Spa Ubud & FuramaXclusive Villas and Spa itu.
Namun diakui untuk menjadi dosen juga tidaklah mudah bagi praktisi pariwisata atau GM hotel yang tidak berbekal pendidikan minimal S-2. Sebab syarat menjadi dosen sesuai peraturan Menteri Dikti (Pendidikan Tinggi) adalah minimal pendidikan terakhir sudah S-2. Namun dengan adanya program sertifikasi kompetensi level 8 dari Kementrian Pariwisata bagi para GM yang outputnya disetarakan selevel dengan pendidikan S-2, maka diharapkan para GM tergerak untuk mengikuti sertifikasi ini dan mengajar di kampus. “Dengan tersertifikasi level 8, kami harapkan para GM tidak hanya meningkatkan kinerja dan capaian target di hotel tapi juga punya kepedulian sosial mengembangkan SDM pariwisata yang berkualitas di kampus. Apalagi GM ini tahu kebutuhan industri dan juga menjadi user atau pengguna dari SDM yang dicetak di kampus,” ujar Ramia.
Pria asal Kecamatan Abang, Karangasem ini selama ini memang menunjukkan kecintaan dan pengabdiannya pada dunia pendidikan vokasi pariwisata. Di sela-sela kesibukan sebagai GM dan juga terlibat aktif di berbagai organisasi kepariwisataan, lulusan Magister Manajemen Universitas Pendidikan Nasional (Undiknas) itu menyempatkan diri mengajar di sejumlah perguruan tinggi vokasi pariwisata. Seperti STP (Sekolah Tinggi Pariwisata) Nusa Dua baik untuk program S-1 dan S-2, STPBI (Sekolah Tinggi Pariwisata Bali Internasional) serta sekolah perhotelan diploma seperti Elizabeth dan Mediterranean Denpasar. Tidak hanya itu, pria yang juga aktif sebagai Wakil Ketua Bidang Komunikasi dan Informasi PHRI (Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia) Badung itu kini juga tengah merampungkan disertasi pada Program Studi Doktor (S-3) Kajian Pariwisata Universitas Udayana (Unud). (wbp)