Tingkatkan Kunjungan Wisatawan, CIK: Bali Perlu “Mix Tourism”
(Baliekbis.com), Bali tak bisa meninggalkan mass tourism yang banyak mendatangkan wisatawan. Apalagi mass tourism ini pasarnya sudah ada. “Jadi perlu di zonasi antara mass tourism and tourism yang berkualitas. Kita tidak bisa menghilangkan mass tourism ini karena sudah terjadi dan pasarnya jelas. Namun harus kita atur betul,” ujar Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Causa Iman Karana, Kamis (13/12) di sela-sela acara Pertemuan Tahunan Bank Indonesia 2018 di Denpasar. Dalam acara itu juga hadir Wagub Bali Cok Ace serta pihak perbankan.
Menurut Causa Iman Karana yang kerap disapa CIK, quality tourism ini memang penting, namun juga harus diperhatikan karena akan mengkompensasi mass tourism tersebut. “Yang kami usulkan adalah kita perlu ada semacam mix tourism antara quality tourism and mass tourism. Jadi perlu ada zonasi,” ujarnya. Zonasi itu seperti jika suatu daerah sudah memiliki keunggulan budaya tertentu, maka itu yang dijalankan. Jadi nanti diatur oleh one island management.
Terkait quality tourism, menurut CIK, ada beberapa potensi yang bisa dikembangkan seperti MICE (Meeting Incentive Conference Exhibition). MICE ini bisa mendatangkan wisatawan dalam jumlah besar dan tinggalnya lebih lama. Ini juga membuktikan bahwa Bali mampu. Seperti penyelenggaraan IMF-WB. MICE ini harus didukung baik oleh seluruh pelaku pariwisata, instansi maupun lembaga untuk mengadakan meeting atau conference di Bali untuk membuktikan Bali mampu mengadakan event-event besar. Selanjutnya adalah sport tourism seperti lari maraton, diving, dll. “Turis dengan minat khusus ini akan menghabiskan uangnya lebih banyak. Juga ada retire tourism atau senior tourism. Seperti Jepang kan komposisi orang tuanya lebih banyak. Jadi bagaimana kita menyiapkan rumah istirahat bagi mereka di Bali,” tambah CIK.
Di sisi lain, Kepala BI Perwakilan Bali ini juga melihat tantangan lainnya dari sektor pertanian. Seperti banyaknya alih fungsi lahan dimana sawah-sawah yang jadi perumahan atau lahan komersial. Generasi muda juga jarang berminat terjun ke pertanian. Ke depan bagaimana bisa menjadikan pertanian sebagai sesuatu hal yang menarik. Beberapa kluster yang dikembangkan BI seperti bawang merah, kopi, kakao di Jembrana, melibatkan petani-petani muda untuk memberikan keyakinan bahwa pertanian itu memiliki potensi yang besar apabila dikelola dengan baik.
Perlu juga pendekatan teknologi agar pertanian jadi lebih efisien. Sebab sekarang banyak masih dikerjakan secara manual. Untuk menjadikan pertanian ini sustainable, menurut CIK, pasar-pasar di luar negeri seperti Jepang dan Amerika perlu dibuka lebih luas lagi. Pasar potensial juga ada di Eropa, Afrika dan Timur Tengah. Mereka juga memerlukan banyak komoditas yang ada di Bali seperti buah tropis, kopi, coklat, dsb. Di tempat terpisah, Wagub Bali yang juga Ketua PHRI Bali Cok Ace mengaku tahun ini diprediksi kunjungan wisatawan ke Bali tak sesuai target. Dari target 6,5 juta wisatawan, diperkirakan hanya sekitar 5,6 juta. (bas)