Togar Situmorang: Persaingan Lapangan Pekerjaan dan Mafia Tanah “PR” Utama Bali
(Baliekbis.com), Advokat senior yang juga praktisi hukum Togar Situmorang, S.H.,M.H.,M.A.P., menilai masyarakat Bali sudah mencapai tataran spiritualitas yang membumi. Spirit atau nafas agama Hindu yang dianut mayoritas masyarakat Bali mampu diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
“Saya bahagia tinggal di Bali karena aspek religi masih sangat kental di tanah ini. Dalam hal beradaptasi, sosialisasi, saya sebagai minoritas diterima sangat welcome,” ungkap “Panglima Hukum” yang kerap membantu masyarakat kurang mampu secara cuma-cuma ini, Sabtu (5/1) di Denpasar.
Togar Situmorang yang kini Caleg DPRD Provinsi Bali Dapil Denpasar nomor urut 7 dari Partai Golkar ini mengaku juga mendapatkan segalanya di Pulau Dewata. Mulai dari ketentraman hidup antarumat beragama, kesempatan mengais rezeki, hingga mengenyam pendidikan tinggi.
Namun di tahun 2019 ini, ia tidak memungkiri makin sempitnya lapangan pekerjaan serta persaingan global membuat sejumlah pergeseran terjadi. Salah satu problem yang sangat mudah memantik konflik adalah rebutan lapangan pekerjaan. Di samping kasus-kasus tanah di Bali yang dominan merugikan penduduk asli Bali. Ini merupakan “PR” yang harus mendapat penanganan serius ke depannya. “Bila di tingkat nasional sedang marak dibahas mafia sepakbola, di Bali yang marak beroperasi adalah mafia tanah. Saya sebagai advokat tidak nyaman melihat kondisi ini. Bali telah memberi saya banyak hal dan sekarang waktunya saya untuk membalas semasih Tuhan memberi kesempatan,” tandasnya. Kesempatan dimaksud adalah perang melawan mafia tanah lewat kursi legislatif.
Terkait sikap intoleransi yang kian mengancam di beberapa wilayah di tanah air, Togar Situmorang mengatakan kewaspadaan terhadap ancaman tersebut wajib dilakukan. Namun ia yakin infrastruktur adat atau desa pakraman di Bali sangat memadai untuk menangkal radikalisme. “Kita masih bisa saling menghargai. Sikap ini yang harus dijaga. Baik penduduk Bali maupun pendatang harus sama-sama membela Bali,” tegasnya.
Merespons jagat media sosial yang semakin gaduh jelang Pemilu Presiden dan Pileg April 2019 mendatang, Togar memilih santai. Dikatakannya masyarakat Bali relatif cerdas bermedia sosial. Sekaligus memiliki sikap toleransi yang tinggi. “Yang ribut-ribut di media sosial itu kebanyakan akun medsos palsu. Biarkan saja. Yang penting di kehidupan nyata kita masih menyama braya,” tutupnya sembari mengucapkan selamat hari raya Galungan dan Kuningan kepada sameton Bali. (tmc)