Togar Situmorang: Rencana Pungutan 20 Dolar Bagi Turis Asing akan Lemahkan Daya Saing Pariwisata Bali
(Baliekbis.com), Adanya rencana pungutan 20 dolar AS untuk penanganan kebersihan dan pelestarian budaya Bali kepada turis asing yang datang ke Bali perlu dikaji dengan matang sebab ini akan menambah beban wisatawan.
“Jika pungutan ini dilakukan maka akan mengurangi daya saing pariwisata Bali dan tidak akan kompetitif lagi. Pungutan 20 dolar ini akan membunuh pariwisata Bali secara perlahan,” ujar Pengamat kebijakan publik yang juga dijuluki “panglima hukum” Togar Situmorang, S.H., M.H., M.A.P., di Denpasar, Sabtu (15/12).
Banyaknya pungutan juga akan membingungkan turis. Padahal mereka ingin nyaman dan bersenang-senang. “Secara perlahan Bali bisa ditinggal turis asing karena banyaknya pungutan,” kritik advokat senior yang juga caleg DPRD Bali dapil Denpasar dari Partai Golkar nomor urut 7 ini.
Kritik Togar ini disampaikan terkait adanya wacana dari Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan agar wisatawan mancanegara (wisman) yang datang ke objek wisata salah satunya Bali dipungut uang 10 dolar AS untuk penanganan sampah atau uang kebersihan.
Sebelumnya Gubernur Bali I Wayan Koster juga mewacanakan akan memungut 10 dolar AS kepada wisman dimana dana itu akan digunakan untuk pelestarian adat dan budaya Bali. Maka turis asing yang datang ke Bali siap-siap mengeluarkan uang ekstra 20 dolar AS untuk penanganan sampah plastik dan pelestarian adat budaya Bali. Kedua jenis pungutan yang jika diterapkan bersamaa ini dinilai sangat memberatkan turis asing.
Maka Togar yang juga Dewan Pakar Forum Bela Negara ini lebih sepakat dengan hanya ada satu jenis pungutan sesuai yang diwacanakan Gubernur Koster yakni 10 dolar untuk pelestarian adat, seni dan budaya Bali. Namun dalam pemanfaatannya juga bisa dialokasikan untuk penanganan sampah khususnya di objek wisata di Bali.
“Pungutan 10 dolar untuk sampah itu tidak rasional. Ini memberatkan turis datang ke Bali. Mereka datang liburan untuk menikmati alam, keunikan seni, adat dan budaya Bali. Jadi penanganan sampah jangan dibebankan kepada turis,” kritik advokat nyentrik tapi dermawan ini.
Untuk itu Togar berharap wacana dan rencana pungutan 10 dolar untuk sampah ini dihentikan agar tidak membebani wisatawan. Harus ada solusi lain yang lebih cerdas dari pemerintah untuk menangani sampah, bukan dengan membebankannya kepada wisatawan.
“Kita bicara quality tourism dan berkelanjutan. Ketika ada banyak pungutan, ketakutan kami justru pariwisata Bali tidak berkelanjutan. Turis asing bisa lari ke Thailand yang objeknya lebih menarik dari Bali dan juga bisa lebih murah,” tambah advokat yang kerap memberikan bantuan hukum gratis bagi masyarakat kurang mampu dan tertindas dalam penegakan hukum itu. Togar juga mengingatkan ekonomi Bali sangat tergantung pada pariwisata. Jadi pariwisata ini harus dijaga dengan baik. Sebab kalau sampai terganggu tentu akan berdampak pada pembangunan Bali dan kesejahteraan masyarakatnya. (tmc)