Topeng Dalem Arsa Wijaya yang Dibawakan Prof. Bandem Meriahkan Penutupan Festival Kesenian Rakyat Nusantara
(Baliekbis.com), Festival Kesenian Rakyat Nusantara (FKSN) yang digelar Institut Teknologi dan Bisnis (ITB) STIKOM Bali selama dua pekan di objek wisata Tukad Bindu, Denpasar ditutup Minggu (28/7) malam dengan berbagai pementasan kesenian Nusantara.
Penutupan Festival Seni Nusantara dimeriahkan pula dengan penampilan tari Topeng Dalem Arsa Wijaya yang dibawakan maestro seni yang juga guru besar bidang Etnomusikologi Prof. Dr. I Made Bandem.
Prof. Bandem di usianya jelang 80 tahun masih telihat lincah menarikan tarian topeng yang menggambarkan cerita dari sastra babad atau sejarah silsilah kerajaan, pura, dan keluarga kerajaan. Topeng Arsa Wijaya mengacu pada watak raja yang halus dan bermartabat, yang melambangkan sifat-sifat ideal raja-raja Nusantara dan Bali; murni dalam pikiran, kebenaran dalam tindakan dan yang terpenting anggun dalam kehadiran.
Penutupan FKSN dengan pemukulan kentongan dilakukan langsung oleh Rektor ITB STIKOM Bali Dr. Dadang Hermawan bersama Ketua Yayasan Widya Dharma Shanti (YWDS) Denpasar -induk ITB STIKOM Bali Drs. Ida Bagus Dharmadiaksa,MSi.
Dalam festival ini ditampilkan pula Tari Sekar Jagat dan Tari Widya Prakrti yang merupakan tari kebesaran ITB STIKOM Bali. Tarian yang dibawakan mahasiswa ITB STIKOM Bali ini diciptakan oleh NLN Swasthi Widjaja Bandem yang juga istri Prof. Bandem.
Prof. Bandem mengaku sangat menyukai Tari Topeng Dalem Arsa Wijaya. “Saya ingin mengingat masa lalu,” ujar Bandem yang juga Pembina Yayasan Widya Dharma Shanti -induk ITB STIKOM Bali.
Dalam festival yang hadiri ratusan mahasiswa ITB STIKOM Bali, Prof. Bandem memakai topeng bersejarah yang melambangkan penguasa Raja Majapahit. Melalui festival ini, ia ingin mengajak masyarakat untuk mencintai seni-seni kerakyatan dan seni klasik yang dimiliki Bali, maupun berbagai daerah di Nusantara yang sangat beragam yang mengandung pesan persatuan.
Pelaksanaan festival mengambil tempat di Tukad (sungai) Bindu, di alam terbuka sebagai upaya untuk memanfaatkan lingkungan untuk teater. Di festival mendatang, Bandem ingin membawakan Tari Baris ataupun Tari Kebyar Duduk serta tari lainnya.
Rektor ITB STIKOM Bali Dr. Dadang Hermawan dalam sambutannya mengatakan festival sengaja digelar di kawasan Tukad Bindu itu untuk mencari suasana lain dan sekaligus mendekatkan kampus kepada masyarakat.
“Jika biasanya pentas di ruang tertutup, kali ini kami mencoba untuk berbaur bersama masyarakat di tempat terbuka tanpa mengurangi makna atau hakikat kesenian,” ujarnya.
Dadang menambahkan ke depan, pihaknya berencana melaksanakan festival serupa di kabupaten/kota di Bali. “Ini sumbangsih kami, yang tak hanya berkutat dengan teknologi informasi, juga mengadopsi digitalisasi dengan seni dan budaya,” ujar nya. (bas)