“Training Legislative” di PNB, Dr. Mangku Pastika, M.M.: Mahasiswa Harus Bisa Terjun ke Politik

(Baliekbis.com), Anggota DPD RI dapil Bali Dr. Made Mangku Pastika,M.M. mengaku salut dan bangga banyak kalangan mahasiswa, anak muda yang aktif datang pada kegiatan -kegiatan politik seperti halnya mengikuti seminar politik.

“Ini penting dalam melatih kepekaan sosial dan dasar-dasar kepemimpinan serta berorganisasi,” ujar Mangku Pastika saat menjadi narasumber pada acara Training Legislative di PNB (Politeknik Negeri Bali) Jimbaran, Minggu (25/6).

Training dibuka Wadir III PNB IGB Caturbawa dengan pemukulan gong digelar secara hybrid dengan tema “Realisasi Generasi Muda Kritis, Aspiratif dan Solutif melalui Restorasi Wawasan Legislatif” diikuti sekitar lima ratus mahasiswa dari seluruh Indonesia.

Dikatakan meski mahasiswa menekuni bidang teknik bukan berarti tidak perlu dengan bidang lainnya seperti halnya politik. “Bung Karno adalah seorang sarjana teknik jebolan ITB, tapi pada tahun 1926 mendirikan PNI. Padahal Indonesia belum merdeka saat itu. Saat itu umur Bung Karno masih muda, 26 tahun. Jadi meski lulusan teknik, tapi jago politik,” ujar Mangku Pastika.

Karena itu mantan Gubernur Bali dua periode ini menambahkan mahasiswa teknik (PNB) juga perlu membekali diri dengan bidang politik ini, apalagi jelang Pemilu 2024. “Negara ini perlu generasi muda yang mau melakukan perubahan untuk kemajuan. Seperti halnya Korea Selatan yang juga baru merdeka tak beda jauh dengan Indonesia namun bisa maju begitu pesat,” jelas Mangku Pastika.

Mangku Pastika mendorong agar mahasiswa sebagai generasi muda peduli dengan nasib bangsa. “Negeri ini bisa bubar kalau warganya acuh tak acuh, tak sanggup untuk memimpin bangsa ini ke depan. Bangsa Indonesia sangat besar, dengan 280 juta penduduk dan ribuan pulaunya perlu pemimpin yang tangguh,” pesan Mangku Pastika.

Ditambahkan dengan telah mengikuti Training Legislative ini, seharusnya ke depan mahasiswa bisa duduk di legislatif. Untuk itu harus belajar politik. Tugas DPR itu di antaranya bagaimana cara menyusun Undang-undang, melakukan pengawasan dan menyusun anggaran. Di kampus (PNB) juga ada MPM (Majelis Permusyawaratan Mahasiswa) yang juga akan membuat peraturan.

Namun untuk buat aturan ada syaratnya seperti harus adil yakni ada keseimbangan antara hak dan kewajiban, harus ada kepastian agar tak menimbulkan multitafsir dan harus berguna. “Kalau tak berguna buat apa bikin aturan,” ujar Mangku Pastika seraya mengingatkan mahasiswa tentang
slogan PNB yakni “Terdepan, Profesional dan Punya daya saing internasional”. “Profesional itu ahli di bidangnya. Nanti begitu tamat bisa terpakai. Punya daya saing internasional sehingga tidak kalah dengan asing.

Pada sesi tanya jawab, mahasiswa menanyakan tentang peraturan yang kerap muncul pro dan kontra, seperti halnya

UU Cipta Kerja. Menurut Mangku Pastika, pro-kontra itu pasti ada dan hal biasa. Setiap pemimpin itu pasti bikin peraturan. Kalau berani membuat perubahan pasti ada pro-kontra. Untuk memperkecil resiko penting adanya sosialisasi dan komunikasi selain harus pintar, punya nurani dan punya nyali. Kalau takut jangan jadi pemimpin. “Saya waktu jadi Gubernur bikin Podium Bali Bebas Bicara Apa Saja, agar bisa menyerap aspirasi meski ada pro-kontra,” tegas mantan Kapolda Bali ini. (bas)