Trisno Nugroho: Penerapan QRIS di Pasar Tradisional Dapat Mempercepat Perputaran Uang UMKM
(Baliekbis.com),Bank Indonesia (BI) mendukung pemanfaatan teknologi di setiap bidang, salah satunya menghadirkan QRIS sebagai sarana transaksi digital di lingkungan pasar tradisional.
Seperti Pasar Phula Kerthi di Banjar Kaja Sesetan Denpasar yang merupakan pasar rakyat pertama di Kota Denpasar dan kedua di Provinsi Bali yang menerima pembayaran dengan QRIS. “Sebelumnya Pasar Ikan Kedonganan di Kabupaten Badung yang bekerja sama dengan BRI dalam mengimplementasikan QRIS,” ujar Kepala KPw BI Provinsi Bali Trisno
Nugroho saat menghadiri peresmian Pasar Rakyat Phula Kerti, Senin (26/1/2020).
Peresmian pasar dilakukan Walikota Denpasar I.B. Rai Dharmawijaya Mantra yang ditandai dengan penandatanganan prasasti, peluncuran aplikasi e-Semeton dan pemotongan pita, Senin (27/1/2020). Turut hadir pada acara tersebut Ketua DPRD Kota Denpasar I Gusti Ngurah Gede, Dirut BPD Bali Nyoman Sudarma, OPD terkait, Camat, Bendesa, Lurah Sesetan serta Kepala Pasar Phula Kerti.
Trisno menambahkan implementasi penggunaan sarana QRIS telah dikenalkan di Bali mulai dari acara Rakornas Transaksi Non Tunai Pemda seluruh Indonesia di Sanur pada tanggal 7 November 2019 dan terakhir dilanjutkan pada event Denpasar Festival tanggal 28-31 Desember 2019.
Menurut Trisno, pasar tradisional menjadi salah satu fokus BI untuk implementasi QRIS mengingat pasar merupakan representasi ekonomi kerakyatan dimana pedagang dan pembeli dengan skala ekonomi kecil dapat bertemu di pasar ini. Dengan implementasi QRIS di pasar tradisional diharapkan selain masyarakat kecil dapat menikmati kemajuan teknologi juga dapat mempercepat perputaran uang di usaha mikro, kecil dan menengah. “Dan pada akhirnya diharapkan sarana pembayaran QRIS ini dapat meningkatkan omzet penjualan, sehingga kesejahteraan pedagang semakin meningkat,” jelas Trisno.
Teknologi QRIS menjadi salah satu sarana pembayaran karena QRIS memiliki beberapa kelebihan atau yang disebut dengan QRIS UNGGUL yaitu :
UNiversal, artinya QRIS merupakan standar internasional sehingga ke depan dapat menerima transaksi domestik dan luar negeri. GampanG, artinya hanya melalui sarana handphone dapat bertransaksi dengan mudah. Pedagang tidak perlu kesulitan menyediakan uang pengembalian. Untung, artinya satu QR code dapat menerima semua aplikasi dari berbagai penerbit. Saat ini QR code berasal dari BPD Bali namun dapat menerima transaksi dari OVO, Gopay, Mandiri dan lainnya.
Langsung, artinya transaksi dapat secara cepat dilakukan dan dana dapat diterima seketika.
Pada saat ini, berdasarkan laporan tercatat sebanyak 44 pedagang di Pasar Phula Kerti yang sudah terpasang QRIS BPD Bali dari 150 pedagang di dalam pasar atau sekitar 30%. Diharapkan jumlah pedagang yang menggunakan QRIS akan selalu bertambah.
Menurut Trisno, sampai 20 Januari 2020 tercatat jumlah pedagang yang telah menggunakan QRIS sebanyak 2.251.136. Di antaranya 44.696 pedagang tercatat di Provinsi Bali atau sekitar 2% dari Nasional. Dari 44.696 pedagang tersebut, sebanyak 23.395 pedagang atau sekitar 52% berada di Kota Denpasar.
Walikota Rai Mantra
“Saya berharap, penggunaan QRIS tidak hanya untuk transaksi penjualan, juga dapat diperluas untuk retribusi pasar dan pengelolaan parkir,” ujarnya. Bersamaan dengan peresmian pasar Phula Kerti, Bank Indonesia berharap masyarakat memperlakukan uang rupiah dengan baik yaitu dengan cara ‘5 Jangan’: Jangan Dicoret, Jangan DiLipat, Jangan DiStepless, Jangan Dibasahi dan Jangan DiRemas. Selain di pasar tradisional, Bank Indonesia juga mendorong perluasan penggunaan QRIS di beberapa tempat, yaitu
perguruan tinggi,
pariwisata, tempat ibadah dan UMKM.
Sementara Walikota Rai Dharmawijaya Mantra mengatakan dengan adanya revitalisasi pasar akan membuat kepercayaan masyarakat terhadap pasar tradisional semakin meningkat. “Tentunya ini akan memberikan dampak positif terhadap perkembangan pasar dan ekonomi kerakyatan ke depannya,” ujar Walikota.
Walikota Rai Mantra juga melauncing aplikasi e-Semeton yang merupakan sebuah aplikasi berbelanja online yang bisa di download di smart phone android. Melalui aplikasi ini masyarakat yang tidak sempat pergi ke pasar bisa berbelanja melalui smartphone mereka dan semua pembelanjaan nantinya akan diantar oleh kurir ke rumah para pembeli.
Sekarang, pasar Phula Kerti menerapkan pasar rakyat tradisional berbasis digital pertama dengan meluncurkan aplikasi bernama e-Semeton untuk memudahkan masyarakat yang tidak sempat pergi ke pasar bisa berbelanja melalui smartphone mereka dan semua pembelanjaan nantinya akan diantar oleh kurir ke rumah para pembeli, selain menggunakan transasksi non tunai. Ini merupakan suatu kemajuan teknologi yang dipadukan dengan kearifan lokal, dan saya harapkan bisa dicontoh oleh pasar-pasar tradisional lainya di Denpasar,” ungkap Rai Mantra.
Kepala Pasar Phula Kerti I Wayan Agus Indrawan menjelaskan
dari revitalisasi Pasar Phula Kerti ini terdapat 229 kios dan los yang terdiri dari 48 kios, 92 los kering, 90 los basah, 1 kantor dan sarana penunjang pasar serta 4 ruko dan 1 kantor koperasi. Pasar Phula Kerti juga dilengkapi fasilitas parkir yang luas serta Wifi Corner, CCTV, Pojok ASI dan pengelolaan limbah pasar. (bas)