Triwulan II 2018, Pertumbuhan Ekonomi Bali Lebih Tinggi dari Nasional
(Baliekbis.com), Perekonomian Bali pada triwulan II 2018 menunjukkan akselerasi kinerja dibanding triwulan I-2018. Ekonomi Bali tercatat tumbuh sebesar 6,09% (yoy) di periode triwulan laporan, lebih tinggi dibanding triwulan I 2018 yang sebesar 5,62% (yoy) dan lebih tinggi dibanding pertumbuhan triwulan II 2017 yang sebesar 5,97% (yoy).
Berdasarkan rilis dari Kantor Perwakilan BI Provinsi Bali, Kamis (6/9) pertumbuhan ekonomi Bali pada triwulan II 2018, juga lebih tinggi dibanding pertumbuhan ekonomi nasional pada periode yang sama sebesar 5,27% (yoy). Dari sisi permintaan, akselerasi kinerja ekonomi Bali pada triwulan laporan didorong oleh peningkatan kinerja seluruh komponen utama permintaan, yaitu konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, serta ekspor luar negeri.
Di sisi penawaran, akselerasi kinerja ekonomi Bali pada triwulan laporan didorong oleh meningkatnya kinerja 2 lapangan usaha utama Bali, yaitu lapangan usaha perdagangan dan konstruksi sejalan dengan adanya perayaan hari besar keagamaan (HBKN), pembayaran THR, pelaksanaan pemilukada, libur lebaran yang lebih panjang serta persiapan IMF-World Bank Annual Meeting (IMF-WB AM) 2018 terutama dari sisi penyelesaian proyek konstruksi.
Dari berbagai indikator yang ada, kinerja ekonomi Bali pada triwulan III 2018 diprakirakan akan melanjutkan akselerasi dalam kisaran 6,10%-6,50% (yoy). Pada sisi permintaan, peningkatan kinerja ekonomi Bali diprakirakan akan didorong oleh akselerasi kinerja 2 komponen utama permintaan, yaitu konsumsi rumah tangga dan ekspor luar negeri, sementara kinerja investasi diprakirakan tetap tumbuh tinggi, meskipun sedikit melambat.
Sejalan dengan itu, lapangan usaha yang menjadi pendorong utama ekonomi Bali diprakirakan akan bersumber dari lapangan usaha akomodasi makan dan minum, perdagangan besar dan eceran serta transportasi dan pergudangan. Hal itu sejalan dengan masuknya periode peak season pariwisata, tahun ajaran baru dan stimulus fiskal berupa pembayaran gaji ke-13 serta prakiraan meningkatnya aktivitas MICE menjelang pelaksanaan kegiatan IMF-WB AM 2018.
Realisasi nominal belanja pemerintah (APBN, APBD Provinsi Bali dan APBD 9 kabupaten/kota) pada triwulan II 2018 tercatat sebesar Rp 13,36 triliun atau meningkat sebesar 19,13% (yoy), lebih tinggi dibanding peningkatan triwulan II 2017 yang sebesar 4,92% (yoy). Peningkatan ini terutama didorong oleh akselerasi realisasi belanja pada komponen APBD Provinsi Bali dan APBD 9 kabupaten/kota, sementara komponen APBN cenderung melambat, meskipun tetap tumbuh positif.
Dengan capaian tersebut, persentase realisasi belanja pemerintah di Bali pada triwulan II 2018 mencapai 34,25%, lebih tinggi dibanding triwulan II 2017 yang sebesar 30,74%. Pada sisi yang lain, realisasi nominal pendapatan pemerintah (APBD Provinsi Bali dan APBD 9 kabupaten/kota) pada triwulan II 2018 tercatat sebesar Rp11,31 triliun atau meningkat sebesar 8,05% (yoy), mengalami akselerasi dibanding triwulan II 2017 yang sebesar 2,97% (yoy).
Akselerasi realisasi pendapatan ini, terutama didorong oleh meningkatnya realisasi pendapatan APBD 9 kabupaten kota pada triwulan laporan. Sementara untuk APBD Provinsi Bali cenderung melambat. Dengan kondisi tersebut, persentase realisasi pendapatan pemerintah pada triwulan II 2018 telah mencapai 44,46%, lebih tinggi dibanding capaian triwulan II 2017 yang tercatat 43,79%.
Realisasi inflasi Provinsi Bali pada triwulan II-2018 tercatat sebesar 3,47% (yoy), lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar 3,10% (yoy). Capaian inflasi Bali pada periode laporan juga lebih tinggi dibanding inflasi nasional pada periode yang sama sebesar 3,12% (yoy).
Peningkatan inflasi Bali terjadi pada sebagian kelompok pengeluaran yaitu kelompok bahan makanan, sandang, kesehatan dan kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga, sejalan dengan adanya perayaan HBKN pada triwulan laporan. Meski demikian, inflasi IHK Bali pada triwulan laporan masih berada dalam kisaran sasaran inflasi nasional Bank Indonesia 3,50%±1% (yoy).
Terjaganya inflasi di Provinsi Bali pada triwulan laporan didukung oleh semakin solidnya upaya pengendalian inflasi yang dilakukan Bank Indonesia dan Pemerintah Daerah melalui Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID). Namun demikian, masih terdapat beberapa potensi risiko yang perlu diperhatikan seperti masuknya periode peak season pariwisata (libur musim panas Eropa dan libur musim dingin Australia), potensi gelombang tinggi yang berisiko menghambat kinerja produksi komoditas perikanan laut dan potensi kenaikan BBM non subsidi seiring dengan terus belanjutnya peningkatan harga minyak dunia. Masih terdapat risiko peningkatan tekanan inflasi akibat penyelenggaraan IMF-WB AM 2018.
Inflasi Bali pada triwulan III 2018 diprakirakan lebih tinggi dibanding triwulan II 2018, yaitu pada kisaran 3,95% – 4,35% (yoy). (bas)