TSUBASA Jepang Gandeng ITB STIKOM Bali Kirim Mahasiswa ke Jepang
(Baliekbis.com), Kiprah ITB STIKOM Bali mengirim mahasiswanya bekerja di luar negeri menarik perhatian sebuah perusahaan PMA Jepang di Bali, yakni PT TSUBASA Internasional Academy. Bertempat di Kantor LPK DARMA Denpasar, Kamis, 6 Juni 2024, Rektor ITB STIKOM Bali Dr. Dadang Hermawan dan Presiden Direktur PT TSUBASA Internasional Academy, Yoshiyuki Kyomoto menandatangani kerjasama pengiriman mahasiswa ke Jepang menggunakan visa kerja atau Tokutei Ginou. Yoshiyuki Kyoto menerangkan, untuk visa kerja ini perusahaannya konsen pada tiga bidang yakni building cleaning, food processing dan hospitality.
“Tapi di seluruh Jepang saat ini kebutuhan tenaga kerja building cleaning sangat banyak, itulah menjadi prioritas kami,” kata Yoshiyuki Kyomoto usai acara tersebut. Dr. Dadang Hermawan mengatakan kerjasama dengan TSUBASA sebagai salah satu solusi membantu mahasiswa yang berlatarbelakang ekonomi kurang mampu. “Mereka hanya bayar Rp 6 juta, dapat kuliah satu semester di Bali sambil kursus Bahasa Jepang. Kalau sudah lulus bahasa Jepang dan keterampulan kerja, kami kirim ke Jepang. Kontraknya 5 tahun. Penghasilan yang besar selama di Jepang bisa membayar kuliahnya dan membantu keluarganya,” sebut Dadang Hermawan.
Dadang menambahkan, melalui program ini dalam waktu 5 tahun, seorang mahasiwa ITB STIKOM Bali yang pulang dari Jepang akan membawa empat manfaat. Pertama ijazah sarjana, kedua modal dalam bentuk uang yang banyak, ketiga pengalaman kerja internasional, dan keempat kemampuan berbahasa Jepang yang luar biasa. “Inti yang mau saya katakan, 5 tahun nanti mahasiswa kami yang pulang dari Jepang penampilannya sudah jauh berbeda. Dia bisa membuka lapangan kerja bagi dirinya dan orang lain. Bandingkan dalam periode yang sama, seorang yang tamat kuliah di Indonesia masih cari kerja atau sudah kerja tapi penghasilannya pas-pasan,” beber Dadang Hermawan.
Di tempat yang sama, Rahman Sabon Nama, SE, Staf Khusus ITB STIKOM Bali yang mengurus mahasiswa ke Jepang menambahkan, sebenarnya syarat agar bisa bekerja di Jepang menggunakan visa kerja atau Tokutei Goniu sangat gampang, yakni calon pekerja hanya memerlukan kemampuan berbahasa Jepang yang dibuktikan dengan sertifikat Bahasa Jepang Level N-4 dan sertifikat pekerja berketrampilan khusus atau Specified Skill Worker (SSW), serta tentu saja harus sehat jasamani dan rohani. “Seperti di jelasakan Mr. Yoshiyuki tadi, peluang kerja di Jepang sangat banyak. Itulah maka Pak rektor meluncurkan program kuliah di ITB STIKOM Bali sambil kerja di Jepang. Para mahasiswa hanya bayar Rp 6 juta, mereka kuliah dulu satu semester di Bali sambil kursus bahasa Jepang di LPK DARMA. Kalau sudah lulus N4 dan SSW, barulah mereka terbang ke Jepang. Meski belum dipublis secara luas, sudah 20 orang terdaftar mengikuti program ini,” kata Rahman.
Menurut Rahman, waktu enam bulan kursus bahasa Jepang itu sebenarnya sudah cukup karena Level N-4 itu tidak terlalu sulit, asal calon harus punya kemauan kuat untuk belajar bahasa Jepang, baik lisan maupun tulisan. “Level N-4 itu sama seperti peserta magang atau Jissuusei. Bedanya, kalo magang sertifikat N-4 dikeluarkan oleh LPK penyelenggara magang, seperti dilaksanakan oleh LPK DARMA selama ini. Sedangkan untuk visa Tokutei Ginou sertifkat bahasa Jepang dikeluarkan oleh lembaga khusus, seperti Japan Foundation,” Rahman menjelaskan.
Direktur LPK DARMA, Drs. Dede Heryadhy, MM menambahkan, animo anak muda Bali ke Jepang sebagai peserta magang selama ini sangat tinggi. Disebutkan, sejak tahun 2018 sampai sekarang LPK DARMA sudah mengirim sedikit 515 peserta magang. Sebagian sudah selesai magang dan berpindah ke visa kerja, ada yang pulang ke Indoemsia, dan sebagian lagi masih mengikuti magang. “Sayangnya program magang ini segera akan hilang karena sudah mulai digantikan oleh visa kerja Tokutei Gonou. Nah kerjasama ITB STIKOM Bali dengan TSUBASA ini membuka peluang bagi calon peserta magang dari LPK DARMA maupun LPK lain di Bali yang selama ini masih antri supaya segera mengikuti program Tokutei Gonou,” terang Dede Heryahdy. (rsl)