Tujuh dari 10 Eksekutif di Rumah Sakit Mengaku Harus Berinvestasi Lebih Banyak untuk Memaksimalkan Efisiensi Staf
(Baliekbis.com), Zebra Technologies Corporation (NASDAQ: ZBRA), inovator di garis depan bisnis dengan solusi dan mitra yang memberikan keunggulan performa, hari ini merilis temuan dari studi healthcare vision terbaru. Laporan global berjudul “Smarter, More Connected Hospitals” menemukan adanya komitmen yang lebih kuat terhadap tool teknologi canggih ketika penyedia layanan darurat berupaya untuk menjadi lebih resilien dan melakukan digitalisasi riwayat kesehatan pasien.
Sebanyak 89% pembuat keputusan eksekutif dan 83% dokter yang mengikuti survei setuju bahwa kecerdasan real time sangat penting untuk memberikan perawatan yang optimal bagi pasien. Sementara rumah sakit perlu meningkatkan investasi pada clinical mobility tools, real-time location systems (RTLS) dan solusi intelligent workflow untuk mendukung alur kerja yang lebih cerdas dan lebih terkoneksi. Namun, lebih dari dua pertiga (67%) eksekutif di rumah sakit masih merasa bahwa perusahaan mereka belum cukup berinvestasi untuk memaksimalkan efisiensi kerja staf yang ada dan masih banyak hal yang harus dilakukan di masa depan.
“Dengan adanya pandemi COVID-19 yang menguji resiliensi sistem layanan kesehatan kita di Asia Tenggara, terdapat kebutuhan yang lebih besar bagi para penyedia layanan kesehatan untuk menggunakan inovasi teknologi agar bisa mendukung kebutuhan para tenaga medis dan pasien dengan lebih baik,” ucap Eric Ananda, Country Manager Indonesia, Zebra Technologies Asia Pacific.
Kebutuhan Terhadap Otomatisasi Alur Kerja yang Cerdas
Sekitar dua pertiga dari para eksekutif mengakui bahwa para dokter dan perawat memiliki shift kerja terlalu panjang dan menghabiskan waktu terlalu banyak untuk mencari peralatan dan persediaan medis. Lebih dari setengahnya mengatakan bahwa staf administrasi juga sangat terbebani dan tidak bisa merampungkan pekerjaan dalam shift mereka. Dengan keselamatan dan kesehatan orang menjadi prioritas utama, eksekutif rumah sakit perlu beralih ke teknologi yang membantu mengatasi kelelahan, mengurangi kesalahan (error) yang disebabkan oleh proses manual, dan membuat para dokter lebih fokus pada pasiennya:
- Sekitar 80% eksekutif berencana untuk mengotomatisasi alur kerja mereka pada tahun depan, untuk meningkatkan pengelolaan rantai pasokan, memudahkan pencarian perangkat dan aset medis yang penting, mengorkestrasi ruang gawat darurat dan ruang operasi dengan lebih baik dan memudahkan pengaturan jadwal kerja staf.
- Sekitar tiga perempat berencana untuk menggunakan teknologi locationing seperti radio frequency identification (RFID) untuk melacak perangkat dan spesimen dengan lebih baik, dan meningkatkan alur dan keamanan pasien. Mereka juga beralih ke solusi locationing untuk menciptakan alur kerja yang lebih dinamis dan meningkatkan efisiensi staf, keamanan dan ketaatan terharap peraturan (compliance).
- Seperti yang dikatakan para eksekutif, mereka akan mengintegrasikan solusi-solusi visioner seperti sensor Internet of Things (IoT), prescriptive analytic, dan artificial intelligence (AI) untuk membantu meningkatkan pelayanan terhadap pasien rawat inap dan rawat jalan. Sebab saat ini peluang untuk melakukan konsultasi secara remote antara dokter dan pasien, maupun antara tenaga medis, meningkat.
“Teknologi lokasi dan solusi otomatisasi dirancang untuk membantu para administrator rumah sakit untuk mengidentifikasi dan meniadakan alur kerja yang tidak efisien di seluruh proses perawatan pasien. Memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi, melacak, mencari lokasi dan memantau kondisi setiap pasien, staf, dan aset sangat penting untuk meningkatkan alur kerja tenaga medis di garis depan dan menyediakan layanan pasien yang berkualitas,” jelas Ananda.
Solusi Mobilitas yang Khusus Dirancang untuk Mendorong Kemampuan Pengelolaan
Mayoritas responden (84%) meyakini bahwa kualitas layanan pasien akan meningkat jika perawat, dokter dan pekerja non-klinis di bidang kesehatan memiliki akses terhadap tool kolaborasi dan kemudahan dalam menggunakan perangkat mobile mereka untuk mengakses aplikasi layanan kesehatan.
Hal ini mungkin terdengar mengejutkan mengingat teknologi mobile sudah digunakan baik di alur kerja klinis maupun non klinis selama beberapa tahun. Pada tahun 2017, sebagian besar perawat, dokter dan teknisi lab sudah menggunakan perangkat mobile, dan penggunaan perangkat mobile di kalangan staf farmasi dan perawat di ICU juga meningkat. Namun, beberapa fasilitas perawatan darurat membolehkan staf mereka menggunakan perangkat pribadi untuk terhubung ke sistem informasi layanan kesehatan dan aplikasi alur kerja pada saat itu.
Pendekatan ke mobilitas kini berubah. Hampir setengah (49%) eksekutif yang mengikuti survei saat ini mengatakan mereka telah memperlengkapi para karyawan mereka dengan perangkat khusus layanan kesehatan milik rumah sakit. Karena saat ini semakin banyak tenaga kesehatan membutuhkan perangkat yang tahan banting dan kuat, rumah sakit juga membutuhkan kemampuan yang lebih besar dalam mengelola perangkat secara remote, dan keamanan data kini semakin menjadi prioritas utama. Mereka yang sudah menggunakan solusi clinical mobility melihat dampak positif dalam hal kualitas dan biaya layanan pasien, di mana delapan dari 10 melaporkan beberapa kelebihan seperti peningkatan dalam akurasi dan presisi alur kerja medis, serta berkurangnya kesalahan medis yang bisa dicegah.
Semua Investasi Teknologi Terkait dengan Transformasi Tenaga Kerja
Sebagian besar eksekutif di rumah sakit memperkirakan dalam lima tahun ke depan hampir semua staf mereka akan diperlengkapi dengan perangkat khusus. Akan tetapi, fokusnya sekarang adalah pada perawat yang bertugas di departemen gawat darurat, kritis, dan ICU, serta ruang operasi, maupun staf yang bekerja di departemen IT, rantai pasokan/manajemen inventaris, dan transportasi pasien. Ini sedikit bergeser dibandingkan data tahun 2017 di mana yang diprioritaskan untuk memiliki perangkat khusus saat itu adalah para perawat dan staf pengelolaan fasilitas rumah sakit.
“Komunikasi tim memainkan peran penting dalam layanan pasien saat mengurangi risiko penularan virus dan menjaga moral para staf. Perangkat mobile adalah tool yang sangat penting bagi rumah sakit untuk mengelola sumber daya mereka dengan lebih baik pada tahun-tahun mendatang, mengingat meningkatnya permintaan untuk mengotomatisasi orkestrasi di area dengan trafik tinggi di rumah sakit,” kata Johnny Ong, APAC Healthcare Practice Lead, Zebra Technologies Asia Pacific.
Selain itu, teknologi telehealth dan remote patient tracking sedang naik daun dalam daftar prioritas eksekutif, karena kedua teknologi ini dapat memberikan manfaat bagi staf di ruang ICU dan ruang gawat darurat. Pemimpin yang berpikiran jauh ke depan akan memulai transisi dari proses manual reaktif ke sistem yang lebih responsif prediktif dalam beberapa tahun ke depan.
Hasilnya, kebanyakan dari tim pengadaan dan IT kini bekerja untuk memperlengkapi semua staf dengan solusi mobility yang memungkinkan mereka mengakses alat komunikasi pintar dan tool locationing serta memanfaatkan solusi otomatisasi yang dirancang untuk memudahkan alur kerja dan meningkatkan model delivery layanan. Bahkan, banyak dokter, ahli farmasi, radiologis dan teknisi lab diharapkan sudah memiliki perangkat khusus di tangan mereka dalam dua tahun mendatang, sama seperti tenaga kesehatan di unit gawat darurat dan layanan kritis.
“Perkembangan global yang tidak diharapkan seperti pandemi COVID-19 telah mengakselerasi perubahan dalam ekosistem layanan kesehatan,” tambah Ong. “Saat rumah sakit menggunakan inovasi teknologi, mereka harus memastikan bahwa mereka sudah memiliki sistem informasi yang tepat, terkoneksi satu sama lain dan bekerja bersama seperti satu ekosistem kohesif. Melengkapi setiap staf di garis depan dengan perangkat yang tepat seperti ZD510-HC, printer gelang identitas pasien yang harus dimiliki setiap rumah sakit; ZD421-HC, printer label untuk segala kebutuhan di rumah sakit; ZC300 – card printer untuk mencetak kartu anggota pasien; TC52ax-HC, sebuah computer mobile sebagai perangkat gadget/gawai untuk mendukung operasional perawat dan dokter selama bekerja di rumah sakit, serta TC26-HC, perangkat mobile yang sangat berguna untuk dunia kesehatan, akan menjadi langkah pertama untuk mencapai level efisiensi yang baru dalam layanan pasien.”
POIN-POIN UTAMA
- Laporan global “Smarter, More Connected Hospitals” Zebra mengungkapkan bahwa rumah sakit berinvestasi di clinical mobility tools, real time location systems (RTLS), dan solusi alur kerja yang cerdas. Namun 67% eksekutif rumah sakit setuju bahwa ada lebih banyak yang harus dilakukan di masa depan.
- Sebagian besar rumah sakit berkomitmen untuk memberikan “perangkat yang tepat untuk pekerja yang tepat”, berubah dari pandangan yang populer pada 2017 yaitu “bawa perangkatmu sendiri (bring your own device/BYOD)”.
- Walaupun rumah sakit menargetkan untuk menyediakan perangkat mobile bagi hampir semua staf dalam lima tahun mendatang, prioritas saat ini adalah tim layanan darurat yang membutuhkan solusi clinical mobility supaya dapat mengelola lonjakan pasien dengan lebih baik, dan berkolaborasi dengan dokter dan perawat saat bertugas.
- Teknologi yang mengotomatisasi alur kerja dan menyediakan real time intelligence bagi para staf rumah sakit akan menguntungkan pasien maupun dokter, dengan mengurangi waktu yang dihabiskan untuk melacak aset dan informasi medis yang penting. Ekosistem informasi yang dioptimalkan ini akan mendukung pengambilan keputusan yang lebih cerdas dan mengurangi terjadinya kesalahan.
- Telehealth dan pengawasan pasien secara remote akan sangat transformatif, baik bagi para dokter maupun para pasien, dalam beberapa tahun mendatang, dan kebanyakan dari eksekutif rumah sakit berencana untuk menambah anggaran untuk mendukung aplikasi baru.