Tumbuh Bersama Masyarakat, Marriott Bali Legian Kenalkan Produk Lokal ke Internasional

(Baliekbis.com), General Manager Fairfield by Marriott Bali Legian Lasta Arimbawa mengatakan produk lokal Bali memiliki kualitas yang bagus. Karena itu pihaknya terus berupaya meningkatkan pemanfaatan produk lokal kepada tamu-tamunya.

“Goalnya bagaimana kehadiran kita bisa bertumbuh bersama-sama dengan masyarakat lokal, khususnya Bali. Kan ada Pergub 99 Tahun 2018 tentang Penggunaan Produk Lokal. Nah, di Marriott, ada 27 hotel di Bali, ada namanya Business Council. Business Council ada namanya Procurement. Jadi, secara rutin, seperti bulan kemarin, kita ke Tabanan mengunjungi peternak lokal, itu salah satunya,” jelas Lasta didampingi I Komang Ari Sadewa (Digital and Marketing Communications Coordinator) dan Rema Putri Anggreni (Assistant Sales Manager) pada acara ‘Sundowner Party’, Jumat (17/4/2025) malam di hotel setempat. Acara tersebut menghadirkan Arlin selaku Ambassador Arak Bali Dewi Sri dan DJ Herlina.

“Acara sekarang ini adalah Bar Takeover. Kita ada Bartendris. Nah, kita ajak berkolaborasi dengan arak lokal, arak Bali. Kita ingin memasukkan arak Bali itu ke internasional hotel,” tambah Lasta.

Seperti anjuran pemerintah Bali, paling tidak sekali pihaknya memperkenalkan produk lokal ke masyarakat hotel. “Kalau di sana benar-benar ada revenue, itu bonus. Tapi yang paling utama adalah membawa produk lokal kita. Dalam hal ini adalah arak Bali ke brand kita,” terangnya.

Lasta Arimbawa

Pihaknya juga sudah memasukkan arak sebagai salah satu ingredients di cocktail drink list. Juga ada kelas untuk bartender. Itu memakai arak Bali juga. Jadi kalau negara lain punya sake, champagne, masing-masing produk lokal mereka, maka Bali bangga dengan produk lokal sendiri. Apalagi sudah ada BPOM. Jadi kalau sebelumnya mungkin orang masih ragu-ragu bawa ke hotel karena dari sisi BPOM belum teruji, sekarang sudah legal. Kalau sebelumnya ada tamu masih ragu-ragu. Sekarang sudah tidak lagi. Karena sudah dilegalkan.

Ditanya respons tamu, menurut Lasta, sangat positif dan dari sisi kualitas, tidak kalah. “Ini sudah ada sekitar 2 tahun dimana antusiasme tamu sangat positif. Kita ada happy hour, Penjualan terhadap arak secara persentase sangat lumayan. Dari sisi cocktail, mungkin 35 persen dari arak,” jelasnya.

Lastra mengungkapkan pihaknya tidak lagi memakai botol plastik di kamar. Styrofoam juga sudah lama tidak dipakai. Untuk mengenalkan budaya, di hotel ada daily program seperti pembuatan canang, latihan gamelan rindik juga cooking class. Untuk cooking class itu dimulai pagi-pagi itu tamu diajak ke pasar beli bahan seperti kangkung untuk dibikin masakan. Juga produk lokal agar sebanyak mungkin terserap.

Di Marriott, juga ada namanya program Bali for Bali untuk menyerap produk-produk lokal. Beras, telur, sayuran dan buah-buahan. Dan sekarang yang lagu digencarkan adalah cage-free egg. Dan itu distandarkan oleh Marriott tahun ini paling tidak 50% konsumsi telur itu datangnya dari cage-free yakni telur yang dihasilkan dari kandang ayam yang luas, ayamnya bisa bebas kemana-mana.

Pertimbangannya, ayamnya tidak tersiksa/stress pada saat dia berproduksi. Karena dia bisa lari kemana-mana. Kedua, proses telurnya ternyata berbeda. Dari hasil lab ternyata berbeda.
Ini sedang gencarnya di part of sustainability itu.

Pihak Marriott Bali Legian juga punya staf yang disability. Saat ini ada 2 persen. Dan kinerjanya sangat luar biasa. Demikian halnya dengan sampah sudah ditangani. (bas)

Leave a Reply

Berikan Komentar