Tumbuhan Teratai Sebagai Bioremidiasi Perairan

(Baliekbis.com), Indonesia memiliki perairan umum yang sangat luas, mencapai 54 juta hektar atau sekitar 540 ribu km². Indonesia tercatat memiliki perairan umum terluas di Asia. Perairan umum merupakan permukaan atau daratan yang berada di bumi yang secara permanen atau berkala ditutupi oleh massa air, baik secara alami maupun buatan. Ekosistem perairan air tawar dibagi menjadi dua, yaitu ekosistem perairan buatan dan alami. Ekosistem air tawar buatan mencakup kolam, waduk, dan tambak, sedangkan ekosistem perairan air tawar alami meliputi sungai dan danau.

Menurut Haryani (2001), wilayah perairan Indonesia menyediakan berbagai sumber daya alam yang sangat produktif, termasuk air minum, keperluan sehari-hari, sumber protein, energi, transportasi, tambang mineral, dan pariwisata. Oleh karena itu, sumber daya ini sangat dibutuhkan sebagai tumpuan kehidupan manusia dalam memenuhi kebutuhan saat ini dan masa mendatang. Perairan air tawar di Indonesia memiliki keanekaragaman yang kaya dan beragam jenis. Perairan air tawar Indonesia mencakup ekosistem yang sangat luas, seperti sungai, rawa, danau, dan kolam, di mana setiap ekosistem tersebut berperan penting dalam mendukung keanekaragaman hayati.

Aspek ekonomi dan ekologi, termasuk penyediaan air bersih, mitigasi perubahan iklim, dan perikanan, sangat penting. Selain itu, perairan juga merupakan habitat bagi hewan-hewan endemik dan sebagai sumber air. Indonesia memiliki banyak sumber daya air tawar, termasuk lebih dari 7.000 sungai dan lebih dari 1.000 danau. Beberapa danau besar, seperti Danau Toba di Sumatera dan Danau Sentani di Papua, merupakan ekosistem kaya keanekaragaman hayati dan sering menjadi tujuan wisata.

Pemanfaatan sumber daya perairan umum yang berlebihan, yang disebabkan oleh sektor tertentu, dapat berdampak negatif terhadap sektor lainnya. Oleh karena itu, perlu dilakukan pemanfaatan sumber daya perairan umum secara terpadu dan berbasis ekologis, karena kondisi dan pemanfaatan perairan yang beragam. Dengan pengelolaan yang terpadu, diharapkan dapat memberikan dampak positif terhadap perairan umum dan ekosistem di dalamnya.

Namun, ekosistem perairan air tawar di Indonesia menghadapi masalah pencemaran serius, salah satunya di perairan danau yang diakibatkan oleh aktivitas penduduk dan kawasan industri. Padatnya pemukiman di sekitar danau sering menyebabkan deforestasi dan hilangnya vegetasi, yang mengakibatkan penurunan kualitas air dan mengancam ekosistem di danau. Selain itu, padatnya pertanian di sekitar danau juga dapat berakibat buruk terhadap ekosistem. Penggunaan pestisida dan pupuk yang berlebihan dalam pertanian dapat mencemari danau karena pencucian tanah saat hujan. Oleh karena itu, pertanian perlu menerapkan metode pertanian berkelanjutan untuk mencegah erosi tanah. Tanah yang tererosi akan mengalir ke danau, menambah sedimentasi, dan merusak habitat akuatik di dalamnya.

Pemanfaatan sumber daya harus dilakukan secara optimal karena sangat penting untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia dan berperan penting dalam perkembangan ekonomi. Namun, saat ini terdapat banyak penggunaan sumber daya alam yang berlebihan, seperti alih fungsi lahan yang dapat menghasilkan dampak negatif yang signifikan. Salah satu contohnya adalah alih fungsi lahan untuk industri dan pertanian, di mana limbah dari kegiatan tersebut menyebabkan pencemaran lingkungan. Alih fungsi lahan hanya memberikan manfaat ekonomi jangka pendek, namun sering kali berdampak negatif terhadap lingkungan dan masyarakat. Oleh karena itu, penting untuk melakukan pengelolaan lahan yang berkelanjutan dan pelestarian lingkungan.

Meskipun telah ada kebijakan dan peraturan untuk mengendalikan pencemaran di perairan, penurunan kualitas air masih terus berlangsung. Hal ini disebabkan oleh kurangnya kesadaran masyarakat serta lemahnya pengawasan dan penegakan hukum.

Bioremediasi merupakan teknik alternatif untuk mengatasi pencemaran di perairan. Teknik bioremediasi adalah metode biologis yang digunakan untuk menghilangkan atau menyisihkan polutan dengan memanfaatkan bakteri, jamur, alga, dan tanaman. Teknik ini ramah lingkungan dan sangat ekonomis dibandingkan dengan metode lain, seperti penggunaan bahan kimia atau fisika. Prinsip dasar bioremediasi adalah memecah senyawa berbahaya menjadi senyawa yang lebih aman melalui proses metabolisme. Saat ini, teknik bioremediasi telah banyak digunakan untuk menghilangkan polutan di berbagai negara. Salah satu tumbuhan yang dapat digunakan sebagai bioremediasi adalah tumbuhan teratai, yang dapat menyerap nutrien berlebih, seperti nitrogen dan fosfor dari air. Kelebihan nutrien di perairan dapat menyebabkan eutrofikasi, yang merusak ekosistem akuatik.

Tumbuhan teratai (genus Nymphaea) adalah tumbuhan air tawar yang hidup di kolam, waduk, dan rawa. Tumbuhan ini dikenal memiliki keindahan, dengan berbagai warna bunga yang indah dan daun lebar yang mengapung di permukaan air.

Klasifikasi Tumbuhan Teratai:

  • KINGDOM: Plantae
  • SUB KINGDOM: Viridiplantae
  • INFRA KINGDOM: Streptophyta
  • SUPER DIVISI: Embryophyta
  • DIVISI: Tracheophyta
  • SUB DIVISI: Spermatophytina
  • KELAS: Magnoliosida
  • SUPER ORDO: Nymphaeanae
  • ORDO: Nymphaeales
  • FAMILI: Nymphaeaceae
  • GENUS: Nymphaea L
  • SPESIES: Nymphaea alba L

Selain memiliki bunga yang indah dan menyediakan habitat bagi berbagai organisme akuatik, teratai juga dapat dijadikan sebagai bioremediasi di perairan. Teratai dapat menyerap logam berat, seperti merkuri dan timbal, yang membahayakan kesehatan hewan dan manusia. Selain itu, akar dari tumbuhan teratai dapat membantu menstabilkan sedimen di bawah perairan, mengurangi erosi, dan mencegah kontaminan berbahaya ke dalam lapisan tanah.

Berdasarkan hasil penelitian NS Abd Rasid, Mn Naim, dan H Che Man (2019) terkait evaluasi air permukaan yang diolah dengan tanaman teratai (Nelumbo nucifera), teratai dapat menghilangkan kontaminan organik dari air permukaan dengan memasok gas O₂ sebanyak 0,2-2,1 mL/menit dalam jumlah yang cukup untuk meningkatkan aktivitas mikroba dalam kondisi terkontrol.

Berdasarkan hasil penelitian Tommy Martho Palapa tahun 2005 terkait bioremediasi merkuri (Hg) dengan tumbuhan air pada limbah tambang emas rakyat di Dimembe, Kabupaten Minahasa, Provinsi Sulawesi Utara, tumbuhan teratai merupakan yang paling efektif dalam bioremediasi. Dengan biomassa 15 kg, teratai dapat menurunkan kadar merkuri (Hg) dalam air limbah hingga 0,022 mg/L dengan IBR 99% pada hari ke-15, dan teratai memiliki nilai FBK 8,30.

Keunggulan penggunaan teratai sebagai bioremediasi tidak hanya dapat membersihkan air dari kontaminan dan nutrien berlebihan, tetapi juga dapat menciptakan lingkungan yang mendukung keanekaragaman hayati. Oleh karena itu, teratai merupakan salah satu solusi yang efektif dalam menjaga lingkungan dan kualitas air.

oleh: I Kadek Riko Adi Antara

Leave a Reply

Berikan Komentar