Universitas Tak Miliki 10 Prodi Diminta Merger
(Baliekbis.com), Universitas di bawah Kopertis Wilayah VIII yang meliputi Bali, NTB dan NTT diminta untuk meningkatkan kompetensinya serta memenuhi ketentuan yakni sedikitnya memiliki 10 prodi (Program Studi) di lingkungannya. “Bagi yang tak mampu kita dorong untuk merger,” ujar Koordinator Kopertis Wilayah VIII Prof. Dr. Dasi Astawa, Rabu (19/7/2017) menyusul kunjungan staf Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) Abdul Wahid ke Kopertis Wilayah VIII. Dalam kunjungan tersebut hadir seluruh pimpinan Perguruan Tinggi Swasta (PTS) se-Bali.
Dikatakan Prof. Dasi saat ini ada sejumlah universitas yang belum memiliki 10 prodi sesuai peraturan yang ada. Untuk itu pihaknya mendorong kepada universitas tersebut segera bisa melakukan upaya-upaya agar dapat memenuhi ketentuan tersebut. “Bagi yang tak bisa kita dorong untuk merger agar lebih kuat dan tambah maju,” ujarnya. Seperti Universitas Mahasaraswati yang memiliki tiga lembaga. Kalau ketiganya bisa merger tentu menjadi lebih besar dan tambah kuat. “Ibaratnya orang punya rumah banyak kan lebih sulit merawatnya. Kalau punya satu rumahnya bisa lebih bersih dan tertata,” tambah Dasi mencontohkan.
Selain Univ. Mahasaraswati, Prof. Dasi juga mengambil contoh Universitas Tabanan (Untab) yang saat ini baru memiliki 3 prodi dan masih kurang lagi 7 prodi yang harus dipenuhi untuk syarat bisa menjadi universitas. “Batas yang ditentukan untuk bisa memenuhi 10 prodi agar bisa disebut universitas diberikan tenggang waktu sampai tahun 2019,” imbuhnya. Ke depan tambahnya perizinan soal pendirian universitas terus diperketat. “Untuk lahannya saja minimal satu hektar. Bayangkan kalau itu di Denpasar yang harga lahannya sangat mahal,” ujarnya. Jadi menurutnya untuk membikin universitas bukan saja dibutuhkan semangat, juga komitmen untuk mengabdi di bidang pendidikan serta modal yang kuat. “Tak bisa bikin universitas hanya modal semangat saja, tapi finasial juga harus mendukung,” tegasnya.
Soal kunjungan staf Kemenristekdikti, Prof. Dasi Astawa mengatakan tema yang diangkat yakni sejauh mana kesiapan pimpinan PTS se-Bali untuk bisa menjadikan PTS sehat, unggul dan berbasis budaya mutu. “Karena itu, pihak Kemenristekdikti menginginkan agar PTS se-Bali mampu menghasilkan sarjana yang siap kerja atau bisa membuka lapangan pekerjaan sendiri sesuai keterampilan (skill) yang dimiliki,” katanya. Pada zaman modern sekarang ini bagi masyarakat yang kuliah di PTS bukan semata-mata gelar sarjana yang menjadi tujuan utama. Akan tetapi yang diinginkan masyarakat setelah tamat pada PTS bisa langsung bekerja atau membuka lapangan pekerjaan sendiri. Pasalnya tamatan SMA maupun Perguruan Tinggi jauh lebih tinggi dibandingkan tersedianya lapangan pekerjaan. “Jadi jangan sampai universitas mencetak pengangguran karena tamatannya tak memiliki kecakapan yang memadai,” tambahnya. Rektor IKIP PGRI Bali, Dr. I Made Suarta, S.H., M.Hum. saat diminta komentarnya terkait kunjungan staf Kemenristekdikti mengatakan dirinya bersama pimpinan PTS se-Bali diundang Kamis (19/7) ini terkait Rapat Kerja Koordinator dan Sespel Kopertis se-Indonesia tahun 2017 sesuai surat edaran No. 2353/K8/TU/2017. “Adapun undangan yang dimaksud adalah membahas tentang membedah metamorfose dan anatomi Kopertis menjadi L2Dikti dalam rangka peningkatan budaya mutu perguruan tinggi. (sus)