Upaya Pencitraan Pariwisata Bali, Komite China Menghadap DPR-RI
(Baliekbis.com), Pengurus Komite China, “Association of the Indonesian Tours and Travel Agencies (Asita)” Chandra Salim mengatakan pihaknya akan menghadap anggota DPR-RI yang membidangi pariwisata dalam upaya pencitraan pariwisata menghadapi erupsi Gunung Agung. “Kami sudah melakukan pertemuan dengan pengurus Komite China, DPP Asita dalam upaya mempersiapkan dan membahas upaya strategi pencitraan sektor pariwisata, khususnya di Bali di tengah menghadapi erupsi Gunung Agung,” kata Chandra Salim di Denpasar, Senin (4/12). Ia mengatakan jajaran pengurus Komite China, DPP Asita sudah melakukan langkah-langkah strategi, dan surat usulan kepada anggota Dewan untuk mendapatkan dukungan penuh oleh pemerintah dalam pencitraan pariwisata tersebut. “Kami rencananya besok (Selasa) akan menghadap anggota DPR-RI yang membidangi pariwisata tersebut. Tujuan kami menghadap adalah untuk mendapat dukungan dalam pencitraan pariwisata di Bali,” ujarnya. Chandra Salim lebih lanjut mengatakan jika tidak dilakukan upaya pencitraan sektor pariwisata Bali di tengah situasi erupsi Gunung Agung, terlebih pemberitaan di luar negeri (China) dampak erupsi gunung tertinggi di Bali ini sampai terjadi penutupan Bandara Ngurah Rai (Bali) dan Bandara Lombok (NTB), ke depannya pariwisata pemulihan atau pencitraannya akan lebih sulit. “Oleh karena itu kami bersama pengurus Asita lainnya akan bertemu dengan anggota DPR-RI di Jakarta guna membahas permasalahan itu,” ucap Chandra Salim yang juga pengusaha kerajinan kayu Gaharu tersebut.
Menurut dia, langkah untuk pencitraan sektor pariwisata tujuan ke depannya adalah untuk bisa memenuhi target kunjungan wisatawan asing sebanyak 20 juta pada tahun 2019. “Kalau tidak dilakukan pencitraan sektor pariwisata di tengah erupsi Gunung Agung, terlebih harapan pemerintah setengah lebih dari target kunjungan wisman tersebut dari Bali, maka tidak menutup kemungkinan target itu akan tak tercapai,” ujarnya. Chandra Salim mengatakan dampak erupsi Gunung Agung dan tutupnya Bandara Ngurah Rai membawa pengaruh sangat besar terhadap sektor pariwisata di Pulau Dewata. “Bahkan dari informasi, Pemerintah RRT mengeluarkan peringatan kepada warganya untuk menunda bepergian ke Bali, karena terjadi bencana yang berdampak ditutupnya Bandara Internasional Gusti Ngurah Rai,” ucapnya.Termasuk juga maskapai penerbangan dari China, kata dia, waktu Bandara Ngurah Rai ditutup pada Senin (27/11) karena debu vulkanis Gunung Agung mengarah bandara, maka penerbangan itu memutuskan tidak terbang hingga 1 Januari 2018. “Kalau wisatawannya mungkin tidak takut datang ke Bali. Bahkan kalau bisa mengemasnya erupsi Gunung Agung bisa jadi tontonan objek wisata. Tapi yang menjadi mereka khawatir masalah layanan untuk mereka kembali ke negaranya, karena tidak ada yang menjamin penuh penerbangan ke China. Termasuk jika sewaktu-waktu di Bandara Ngurah Rai ditutup, siapa yang menjamin pemberangkatan dari Surabaya,” ujarnya. Hal-hal itulah yang nantinya akan disampaikan kepada wakil rakyat di Senayan, Jakarta, sehingga nantinya ada penanganan serius sektor pariwisata tersebut agar tidak terpuruk lagi. Memang waktu Bandara Ngurah Rai ditutup beberapa hari lalu, bagi wisman yang menggunakan BPW resmi terlayani dengan baik. “Justru yang banyak komplin karena bandara tutup itu adalah wisatawan China yang menggunakan jasa online atau berjaringan. Jadi wisman China yang menggunakan BPW resmi kami melayani dengan baik. termasuk juga mencarikan bus ke Bandara Juanda, Surabaya untuk bisa kembali ke negaranya,” katanya. (ksa)